Dulu aku punya rumah
Rumahku di rawa-rawa
Tempat hutan bertemu genangan
Membuat pertiwi jadi hidup dengan segala napas hayatiTapi sekarang, rawa itu kau timbun
Kau sekap dengan pasir dan semen
Untuk kau bangun perumahan dan permukiman di atasnya
Kini aku tak bisa pulang ke rumahku di rawa-rawaDulu aku punya rumah
Rumahku di sungai-sungai
Tempat tirta bermuara ke segala penjuru negeri
Membuat jenggala jadi tumbuh dengan semua buaian kearifanTapi sekarang, sungai itu kau putus
Kau timpa dengan sampah dan kau bangunkan bendungan
Untuk kau bangun jalan beraspal dan gedung pencakar langit di tempat yang ditinggalkannya
Kini aku tak bisa pulang ke rumahku di sungai-sungaiDulu aku punya rumah
Rumahku di danau-danau
Tempat banyu berkumpul menjadi satu mandala
Membuat wana jadi megah dengan segala alunan damaiTapi sekarang, danau itu kau kuras
Kau isap airnya dengan lumpur dan kau kais tanahnya dengan mesin-mesin pencipta awan hitam
Untuk kau bangun pertambangan mahakaya dan sawah serta kebun yang lahannya beracun
Kini aku tak bisa pulang ke rumahku di danau-danauDulu aku punya rumah
Rumahku di samudra-samudra
Tempatku kembali setelah usai menjadi hujan
Membuat bumi jadi subur dengan segala tetes kehidupanTapi sekarang, samudra itu kau lecehkan
Kau kotori dengan tumpahan minyak dan segala ocehanmu tentang harta duniawi
Untuk kau bangun istana paling megah yang setiap dindingnya berlapis emas perak dan berlian paling mahal yang tak lapuk oleh badai dan tak lekang oleh tsunami
Kini aku tidak bisa pulang ke rumahku di samudra-samudraKemana lagi aku harus pulang, jika semua rumahku telah kau hancurkan?
Lantas saat aku mencari tempat bernaung, tak sengaja masuk ke rumahmu
Kau maki-maki diriku, kau hina diriku
Kau sebut aku durjana, titisan iblis yang senantiasa menghancurkan alam
Kau bilang aku penuh angkara, pendendam, perusak bumantaraAku juga tidak mau menggenangi permukimanmu
Banjir di jalan-jalan dan gedung-gedungmu, menghanyutkan sawah dan kebunmu, atau tinggal di tambang serta istanamu
Namun semua rumahku telah kau renggut dan kau rusak
Siapa penjajah sebenarnya di antara kita?Aku tak ingin tenggelam dan menenggelamkan
Aku pun tak ingin merebut rumahmu
Aku hanya ingin kembali ke rumahku di rawa, sungai, danau, juga samudra
Aku hanya ingin pulang
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Poetry"Monokrom, mungkin kata yang tepat untuk dunia, untuk kita." "Tapi aku janji! Dunia akan berwarna mulai esok hari!" Apa yang menyesakkan kalbu, belum pasti terjamah. Apa yang terucap menyakiti lisan, belum pasti terlihat. Konsep kata dunia kita sang...