2 Months LaterSudah sebulan lebih, monitor tersebut masih mengeluarkan bunyi bip yang teratur, kondisi imunitas Langit semakin lemah kian hari, ternyata kenoterapi bukan ide yang bagus, karena tubuh ringkihnya terus menunjukkan respon penolakan terhadap zat penjinak kanker tersebut, hingga ia tak sanggup lagi bertahan, bahkan untuk sekadar membuka mata. Selang dan kabel dimana-mana, berharap bisa membangunkan Langit kembali dari tidur lelapnya.
Sebenarnya kadang Langit terbangun, tapi hanya dua atau tiga jam, lalu kondisinya kembali melemah, pun setiap siuman, ia tidak mengatakan apapun, hanya matanya yang menelusuk ke seisi ruangan. Jika melihat ada Raina disana, Langit tersenyum tipis, lalu tertidur lagi.
"Langit... Padahal belum genap setahun kamu bangun, masa tidur panjang lagi?"
"kamu mimpi apa sih Langit? Kayaknya betah banget tidurnya."
"Semarah itu ya kamu sama Raina? Sampe gak mau bangun?"
"Bangun yuk, Raina gak bakal paksa kamu lagi buat jadi Langit dewasa yang pandai sembunyikan luka, Langit kemarin sudah cerah dengan senyumannya, tapi kok mendung lagi?"
Semua sahutan itu tak terhitung berapa kali Raina ucapkan. Semua waktunya ia habiskan di sini, di tempat ini, menemani Langit yang masih tertidur pulas dengan raut damainya.
Tapi setidaknya ini sedikit lebih baik, daripada Langit harus kesakitan atau menangis.
Untuk sekadar bertukar dengan Wulan pun, Raina merasa enggan, saat koma dulu, Raina sudah meninggalkan Langit berjuang sendirian dalam waktu yang lama, kini tidak lagi, ia tidak mau mengulang kesalahan yang sama, ia ingin habiskan waktunya bersama sang sahabat itu.
Walaupun jujur, Raina sedikit menyesali, komunikasi terakhirnya dengan pria itu yang jauh dari kata baik. Tapi Raina tidak peduli, bahkan jika Langit tidak memaafkannya sekalipun, yang penting ia berada di sampingnya .
"Ra, kamu pulang bentar gih, istirahat. Tuh kamu makin pucet, makan gak teratur, gak cukup tidur." sahut Wulan yang dibalas gelengan oleh Raina, seperti biasa.
"heh Ra! Kalo lu sakit juga gimana? Yang repot bukan lu doang," tambah Raihan yang juga berada dalam bilik Langit, ia sering berkunjung ke tempat ini saat luang.
"Gimana gue bisa istirahat tenang atau makan enak, saat Langit sedang berjuang sendirian ngelawan sakitnya!" timpal Raina keras kepala.
"Terus kalo lo kayak gini ada yang berubah? Yang ada lo ikutan sakit."
"Adek kamu bener Ra, yang bisa kita lakuin buat Langit cuma berharap keajaiban akan terjadi, lebih baik kamu pulang tenangin dulu diri kamu, terus berdoa sama Tuhan," ucap Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUETH • SKZ 00L
Fiksi Penggemar[Antologi Cerpen] In this vast, ever-expanding universe, Our love shines bright, a celestial verse, Two souls entangled, forever finding home. Parallel realities may keep us apart, But my devotion to you will never depart. Was 3#Leeknow 3#Skijeu