13 | Menghampiri

8.6K 1.6K 204
                                    


Sejenak tatapannya terhenti di detik pertama menggoreskan tanda tangan di presensi. Sebuah nama yang ditulis tangan tepat di bawah namanya membuat Rosa memejamkan mata beberapa saat, mengusir sedikit resah yang sempat muncul.

Ada empat kolom kosong pada nama itu, tanpa tanda tangan. Artinya, Ren sudah melewatkan empat pertemuan. Artinya lagi, Ren tidak terlihat di kampus selama dua minggu.

Entah ke mana lelaki itu menghilang. Ren tidak menunjukkan batang hidungnya seminggu setelah insiden tangisan memalukan dan tanpa sebab Rosa. Ia sadar itu hanya hormon menstruasinya yang membuat hatinya mudah tersinggung. Padahal setelah dipikir-pikir, untuk apa ia menangisi hal bodoh seperti itu? Ren memang tidak seharusnya peduli padanya, kan?

Itulah yang membuat Rosa membuka mata lebar-lebar dan sadar bahwa ia sangat kekanakan. Selama seminggu itu, Ren tetap menjadi mahasiswa tidak bisa diam yang tingkahnya membuat sekelas geleng-geleng kepala. Bukan menentang dosen, malah lebih sering menjawab dengan benar setiap kali pertanyaan tertuju padanya, tapi celotehan ngawur Ren yang membuat suasana kelas tidak terlalu serius.

Tapi sekarang perbedaan itu sangat terasa. Kelasnya begitu hening. Beberapa mahasiswa bahkan terlihat menjatuhkan kepala di meja saat kantuk mereka tidak bisa ditahan. Termasuk Rosa yang mendadak kurang fokus pada mata kuliah hari itu.

Parahnya, ketidakfokusannya terus terbawa ke kuliah-kuliah berikutnya di hari itu. Bahkan saat di perpustakaan, bukannya membaca buku, Rosa malah mengecek ponsel berulang kali. Tercenung, Rosa tidak mengerti kenapa rasa tidak nyaman mendadak muncul saat tidak tahu keberadaan lelaki itu.

Walau sudah berulang kali meyakinkan diri bahwa Ren adalah lelaki yang wajib ia hindari, justru kilasan momen bagaimana Ren bersikap di tengah keluarganya saat itu berhasil membantah pemikiran apa pun yang tertuju pada kejahatan-kejahatan Ren.

Dan itu fatal, karena entah keberanian dari mana, Rosa justru menurunkan egonya dan mencari cara agar hatinya merasa tenang. Satu-satunya jalan hanya dengan tahu keberadaan lelaki itu. Apakah akan menghilang dari kampus selamanya? Atau hanya beberapa saat?

Tapi Rosa tidak bisa menunggu lebih lama. Rasa penasaran sekaligus kekhawatiran mendadak campur aduk membuat Rosa menjatuhkan kepalanya di atas buku yang terbuka. Kenapa ia harus sefrustrasi itu, sih?

Biarkan Ren pergi. Tiga tahun ini bahkan Rosa hampir tidak mengingat lelaki itu. Tapi ... bukankah itu wajar? Dulu ia masih gadis SMA belasan tahun dan belum terlalu pemikir, jadi melupakan adalah hal yang mudah. Sekarang mereka dipertemukan kembali dalam keadaan dan kondisi yang berbeda. Melihat wajah Ren lagi saat itu rasanya semua tanya berkelebat ingin menuntut sebuah jawab. Dan Ren belum memberikan itu, kenapa sudah menghilang?

Saat pikirannya sibuk menerka, tangannya justru bergerak di ponsel melihat semua akun sosial media milik Ren. Dalam hidup, baru sekali Rosa menyelami dunia maya untuk mencari akun lelaki di sosial media. Nihil, tidak ada hasil yang Rosa dapatkan. Semua akun Ren seperti mati total. Ia juga tidak ingat rumah Ren, kalaupun ingat, sepertinya nyalinya tidak sebesar itu untuk menghampiri.

Tidak habis akal, Rosa melihat riwayat transaksinya di aplikasi ojek online untuk mencari sebuah nama di sana. Kata Ren, akun itu milik temannya, kan? Dan tidak mungkin bukan teman dekat. Setidaknya pasti orang itu tahu nomor Ren.

Bodohnya, Rosa hilang pengendalian diri. Bukannya berpikir matang-matang, ia malah langsung mengetikkan sebuah pesan. Tubuh Rosa mendadak lemas ketika jarinya menekan tombol kirim di dm instagram. Sebuah akun bernama Gilang Setiawan sepertinya masih aktif, terbukti dari unggahan terakhir di minggu-minggu terakhir. Nama itu ia dapatkan dari driver yang ia pesan beberapa minggu lalu.

Sejenak Rosa merasa bodoh mempermalukan dirinya sendiri, tapi bagaimana lagi, ia sadar tanda tanya di benaknya tidak akan bisa hilang sebelum Ren memberi jawab yang ia harapkan. Ia yakin tujuannya hanya itu.

Menjemput Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang