23 | Menjemput Patah Hati

8.9K 1.5K 265
                                    

"Ayo, kita jemput patah hati kita sama-sama."
-Rosa Azalea-
🥀

Tatapan Rosa mengitari ruangan kelas. Saat didapatinya Indri dan Olif di paling pojok, ia segera berjalan menghampiri. Ujian semester itu akan dimulai dalam beberapa menit lagi. Ia suka ruangan kelas yang tercipta saat ini, di mana semua mahasiswa fokus mempersiapkan materi untuk diujikan sebentar lagi. Hening, tenang, dan terasa nyaman.

"Nggak duduk di sana aja, Ros?" tanya Olif saat Rosa baru saja meletakkan tas.

"Kenapa?" Rosa bertanya balik. Tumben sekali Olif menolaknya duduk di samping perempuan itu.

Olif mendekat ke Rosa dan berbisik, "Kak Ren."

Rosa mengernyit. Ia menoleh ke ujung kiri ruangan. Ada sebuah tas di meja tapi kursi dalam keadaan kosong. Rosa tahu itu ransel milik Ren. Di sebelah kanan dan kiri, sudah ada pengisi tempat duduk yang tidak memungkinkan Rosa untuk menempati keduanya.

"Ada orang," jawab Rosa singkat. Ia bersiap mengeluarkan buku saat Olif kembali berbisik.

"Katanya mau minta maaf."

Kata maaf bahkan belum Rosa ucapkan pada Ren. Teleponnya dua hari lalu juga diabaikan. Dan Rosa bukan tipe orang yang tidak tahu malu dengan menghubungi terus menerus padahal Ren bahkan sepertinya tidak mau lagi bersinggungan dengannya.

"Ini makul terakhir, loh, Ros kita sekelas sama dia. Besok mungkin dia nggak ngampus lagi sampai semester depan. Belum lagi dia udah skripsi, kan? Susah ketemunya. Mumpung ada kesempatan."

Rosa terdiam. Memikirkan itu membuatnya takut. Bukan takut seperti apa yang dirasakan teman-temannya saat berhadapan dengan Ren, tapi Rosa takut tidak dipedulikan. Nyatanya perasaan itu menyakitkan.

"Yang duduk di kiri itu Ilham inih, Ros. Nggak ember kayak duo ceriwis kelas kita yang tempo hari kena marah Kak Ren."

"Lif," panggil Rosa pelan. Ia benar-benar sudah menghadap Olif dengan wajah resah. Seakan meminta sebuah dukungan yang membuatnya tambah yakin.

"Cuma minta maaf." Didukung dengan sebuah anggukan meyakinkan, Olif berusaha membuat Rosa tidak ragu lagi.

Terakhir kali, Rosa menoleh ke kursi kosong di ujung sana. Tanpa menunggu lama, ia meraih tas dan mulai berjalan dengan yakin walau setiap pijakan membuat nyalinya tidak seutuh di awal. Bahkan saat pada akhirnya ia sudah duduk di tempat yang sebelumnya Ilham duduki-benar, lelaki itu hanya mengangguk dan berpindah tempat tanpa bertanya-perasaan Rosa makin kacau.

Dalam hati ia menghitung. Masih tetap dengan keadaan menunduk seakan fokus pada bacaannya, ia merasakan seseorang duduk di sampingnya. Rosa belum berani mengangkat pandangan. Ia paham aroma yang baru terhidu, dan ia yakin itu Ren.

Beberapa detik tetap terdiam. Dari sudut mata Rosa, ia bisa tahu Ren sedang mengobrak-abrik tas seakan mencari sesuatu. Rosa sigap mendongak dan mengulurkan buku pada lelaki di sebelahnya. Ren menoleh, untuk pertama kali Rosa merasa menyerah. Nyatanya ia rindu saat kedua matanya bertemu dengan tatap Ren.

"Apa?" Ren menyentak Rosa. Keningnya berkerut saat menatap sebuah buku yang disodorkan padanya.

"Nggak bawa buku, kan?" tanya Rosa dengan suara yang mendadak hampir kehilangan nada. Terkesan sangat tidak percaya diri.

"Bawa." Ren menunjukkan sebuah buku ke Rosa sebelum meletakkan di meja lalu fokus ke sana.

Bahu Rosa meluruh. Ada perasaan mencelos saat tahu Ren tidak sepenuhnya mengabaikan. Justru perlakuan Ren seperti itu yang membuat Rosa semakin dikungkung rasa bersalah.

Menjemput Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang