Disebuah ruangan berbentuk persegi dengan warna dinding berwarna putih dan diameter yang cukup besar dimana ruangan itu memiliki cukup banyak prabotan seperti sebuah rak buku, 4 buah sofa diantaranya dua buah sofa single set dan dua lagi adalah double set. Diruangan itu juga terdapat sebuah televisi LED dengan lebar 32 inch. Dibagian sisi kanan ruangan tersebut terdapat sebuah jendela besar yang menampakan pemandangan kota yang begitu luas.Diruangan tersebut itu terlihat dua orang sedang bercakap. Seorang pria dengan stelan kemeja berwarna putih dan celana bahan berwarna hitam sedang duduk di sebuah sofa single set serta seorang perempuan berambut blonde yang mengenakan sebuah pelindung tubuh anti peluru. Perempuan itu menggenggam sebuah pisau ditangan kanannya.
"sekarang kau sudah mengancamnya untuk keluar dari sarangnya, lantas apa rencanamu untuk melawannya?. Besar kemungkinan dia akan datang dan aku tidak yakin anak buah kita akan bisa menahannya" sahut perempuan tersebut sembari bersender di sebuah meja dekat sebuah lemari kaca diruangan tersebut.
Marco, pria itu mengubah gaya duduknya menjadi lebih tegap yang tadinya terlihat begitu santai.
"Tenang saja Karin, aku sudah memiliki rencana. aku yakin rencana ini akan sangat berhasil".
"Sepertinya terdengar menarik" ungkap Karin.
Perempuan itu kemudian berpindah menuju sofa single set yang sedang diduduki Marco. Perempuan itu kemudian duduk di pangkuan pria tersebut, membelai dengan lembut wajahnya
Dan memberikan sebuah kecupan di pipi pria itu."Mau kah kau memberitahukannya padaku?" Rayu Karin dengan nada bicara yang begitu manja.
Marco yang mendengar nada bicara Karin ditambah posenya yang saat ini membuat hasrat birahi seketika meninggi membuat pria itu tanpa pikir panjang memberitahukan rencana yang sudah dibangunnya.
Karin sedikit terpukau dengan penuturan rencana yang di pikirkan oleh bosnya itu.
"idemu sungguh brilian bos, aku bahkan tidak memikirkannya"
Karin memuji setinggi langit ide yang disampaikan marco kepadanya.
Perempuan itu kemudian mengambil sebuah korek api. Korek api itu kemudian ia nyalakan dan mengarahkannya kepada sebuah rokok yang Marco letakkan Di sudut bibirnya.
Marco kemudian menghembuskan asap rokoknya itu dengan santai. Sebuah senyuman licik terpancar dari kedua sudut bibirnya.
"tidak akan ada yang bisa melawanku!. Aku akan membuat bocah itu bertekuk lutut dihadapan ku"
"Dihadapan kita tentunya" sahut perempuan itu.
Tapi, tanpa sepengetahuan mereka berdua, Malik mendengarkan semua rencana itu. sebelum Karin menemui Marco diruangannya, laki-laki itu secara diam-diam menyelipkan sebuah perekam suara berbentuk bulat yang sangat kecil seperti sebuah kancing baju berwarna hitam. Perekam suara itu langsung tersambung kepada earbuds miliknya.
Mendengar rencana gila yang direncanakan Marco tanpa sepengetahuan dirinya membuat semakin muak dengan keadaan yang terjadi ditambah dengan sosok Karin yang selalu dijadikan prioritas yang membuatnya selalu atau bahkan terkadang di lupakan. Hal itu membuatnya semakin membulatkan tekad untuk melakukan pembelotan terhadap Marco.
bagi Malik, Naura adalah orang yang sangat berharga untuknya, melihat rencana yang membuat adiknya tersiksa hingga terluka seperti ini membuat hatinya terasa begitu teriris.
Tak ada keraguan dihatinya lagi dalam mengambil sebuah keputusan sekarang karena nyawa seseorang yang di pertaruhkan adalah nyawa adik kesayangannya itu. Dia lebih baik berkhianat dari pada harus kehilangan adik dan juga orang yang disayangi adiknya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEADHAND : Rise Of The VIGILANTE (REVISI)
Action(telah selesai revisi) Ketika takdir memilihmu menjadi seseorang yang memegang kunci dalam memberantas kriminalisme. Seseorang yang dibutuhkan kehadirannya walau resikonya adalah orang-orang terdekat akan menjadi sasaran kejahatan Kevin putra, seora...