Kini hanya tersisa mereka berdua didalam ruangan itu, walau pun sejak dini hari mereka memang hanya berdua saja tapi kali ini suananya terlihat lebih akward karena mereka saling diam, ditambah karena sejak pagi Naura disibukkan dengan banyak hal yang membuat mereka tidak banyak melakukan pembicaraan akhirnya Naura memulai percakapan lebih dahulu.
"apa kepalamu masih terasa begitu sakit?"
Naura berusaha untuk breskpresi setenang mungkin, walau sejujurnya di dalam lubuk hatinya tersimpan sebuah perasaan bahagia ketika dirinya hanya berdua dengan Kevin.
"hmm, tidak sih. Tapi sesekali datang rasa sakitnya dan juga sampai sekarang aku tidak bisa menggerakkan tangan kiriku ini" sahut Kevin yang berusaha menggerakkan tangan kirinya walau telihat tidak ada satu pun gerakan yang membuat tangannya itu berpindah.
Tangan kirinya di perban dengan perban yang begitu tebal karena tulangnya benar-benar patah.
"Karena tanganmu itu patah, mau kubantu gerakkan?, Tapi jangan berteriak ya" ledek Naura.
Kevin langsung menggelengkan kepalanya mendengar ucapannya Naura tersebut.
Setelahnya raut wajah Naura berubah, perempuan itu merasa sangat bersalah karena membuat Kevin harus terluka dan dirawat seperti ini sekarang, dia tidak ingin kejadian seperti ini terjadi.
"hei, hmm...... Aku minta maaf, semua ini karena diriku" ucap Naura dengan wajah tertunduk
"buat apa minta maaf?, Aku tidak mau memaafkanmu" sahut Kevin acuh.
Naura mendengar ucapan Kevin barusan terdiam mematung, dia sadar, semua ini karena salahnya, sehingga Kevin kini terbaring lemah di rumah sakit.
"hehehe, canda kok, jangan baper gitu dong, aku hanya bercanda. Kau tidak seharusnya meminta maaf karena ini bukan salahmu"
Ucapan Kevin yang sukses dibalas dengan tatapan dan raut wajah kesal dari Naura, bukannya takut justru Kevin tertawa karena menurutnya Naura itu justru terlihat lucu saat dia sedang marah.
"tidak lucu vin, kau itu sedang seperti ini, jangan membuat ku semakin merasa bersalah dong" umpat Naura.
"karena wajahmu terlihat lucu kalo sedang marah" ucapnya dengan masih tertawa puas. Naura hanya mendengus kesal melihat tingkah laki-laki yang ada didepannya ini.
"sejak kapan kau melakukan hal ini?" tanya naura penasaran.
"Melakukan hal apa?"
"Itu memakai armor seperti kemarin"
"Ohh, itu hmm, belum lama ini. Mungkin sekitar satu bulan lebih. Kau sendiri?, Bagaimana dengan luka-lukamu itu?. Aku melihat banyak sekali plenter yang menempel dibeberapa bagian tubuhmu itu. Lama-lama kau seperti tiang listrik saja yang di dipasangi selembaran yang begitu banyak" tanya Kevin yang diakhiri dengan candaan lagi.
"kau ini!!!, ini luka-luka semua tau,..... aku sudah lebih baikan dari pada kemarin-kemarin, tapi terkadang masih suka terasa seperti ngilu dibagian pundak" jawab Naura.
Tok!tok!tok!
Seketika Naura dan Kevin melihat kea rah pintu ruangan yang diketuk kemudian di buka, seorang suster masuk sambil membawa nampan berisi makanan rumah sakit. Setelah menaruh makanan di meja dorong, si suster kemudian pamit untuk keluar dari ruangan itu.
"mau makan?" tanya Naura.
"hmm, mau, aku lapar banget" ucap Kevin tapi dengan nada yang sedikit dimanjakan.
Naura kemudian mengambil makanan itu dan menggeser meja dorong ke sebelah kursi yang dia duduki.
"suapin" pinta Kevin seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEADHAND : Rise Of The VIGILANTE (REVISI)
Action(telah selesai revisi) Ketika takdir memilihmu menjadi seseorang yang memegang kunci dalam memberantas kriminalisme. Seseorang yang dibutuhkan kehadirannya walau resikonya adalah orang-orang terdekat akan menjadi sasaran kejahatan Kevin putra, seora...