10 menit Kevin harus menunggu diruangan yang sebenarnya adalah ruang interogasi berkedok ruang kerja. Disetiap lantainya terdapat ruangan yang sama seperti yang saat ini Kevin tempati, bertujuan agar tidak memakan waktu yang lam bila terjadi hal yang tidak diinginkan."Ck, Tak kusangka mereka akan bermain rapih seperti itu" ucap Kevin seorang diri, dirinya sejak ditinggal oleh Carlos masih mencoba untuk membuka borgol otomatis yang mengunci kedua pergelangan tangannya.
Cklek!
Suara pintu terbuka terdengar dari arah belakang Kevin.
"Aku ambil alih dari sini!" Ucap seorang pria yang masuk kedalam ruangan tersebut. Kevin sudah menghafal suara pria itu, pria tua yang sempat berdebat dengannya kemarin, Darius.
Darius kemudian menggeser kursi lalu duduk di kursi tersebut yang berada di hadapan Kevin.
"Jadi, anak magang?, Tak buruk, meski tidak bertahan lama",
Kevin hanya tersenyum mendengar itu ntah itu sindiran atau pujian tapi ia berusaha terlihat tenang didepan pria tua itu.
"Apa kau sudah menemukan apa yang kau cari disini?" Tanya Darius sambil meletakkan secangkir kopi panas di meja yang ia bawa tadi kedalam ruangan.
Kevin melakukan gerakan memutar bola matanya, "apa aku terlihat sudah menemukan apa yang ku cari?"
Darius menyeruput kopi hitam itu sejenak lalu setelah itu ia meletakkannya kembali di meja "mengapa kau sangat ingin tahu tentang pembahasan kita kemarin?"
Kevin menegakkan gaya duduknya, "karena........ Mungkin itu akan menjadikan alasanku untuk semakin memantapkan keputusan ku melanjutkan tugas tuanmu itu"
"Bagaimana jika jawaban itu berbeda dari ekspektasimu?, Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Darius memastikan tindakan nekat Kevin itu.
"Ntahlah, tapi setidaknya aku tahu kebenaran yang sesungguhnya"
Darius mengehela nafas sejenak kemudian ia meraih sebuah remot kecil dari saku blazernya. Remot itu ia arahkan kepada pergelangan Kevin yang terborgol dan ketika ia menekan tombol merah yang berada di remot itu, borgol tersebut langsung terbuka.
"Aku tidak punya hak untuk menutupi sebuah kebenaran, terlebih disaat kebenaran itu ingin di ketahui oleh orang terdekatnya" ucap Darius yang terdengar begitu puitis.
Kevin sejenak memegangi pergelangan tangannya yang akhirnya terbebas dari borgol tersebut.
"Ayo, kalau kau memang ingin tahu, ikut denganku" ajak Darius. Kedua orang itu kemudian pergi dari ruangan tersebut.
Disepanjang perjalanan mereka menuju ruangan pribadi Harrison, beberapa pegawai menyapa Darius seraya sedikit membungkukkan badan mereka memberi hormat.
Saat ini Darius harus menjadi pemimpin sementara perusahan YAMAcorp. Keputusan itu diambil oleh para dewan karena menurut mereka Darius lah yang paling cocok karena ia sudah bersama Harrison dan paham betul cara kerja dari perusahaan YAMAcorp ini.
Para dewan yang lainnya sedang sibuk untuk menentukan siapa yang nantinya akan menggantikan Harrison di kursi direktur utama.
Ditengah perjalanan, kedua orang itu bertemu dengan Apollo, jendral besar Peacekeeping Force New Southeast (PFNS) beserta 5 orang anggota pasukannya.
"Jendral" Darius memberikan hormat kepada jendral Apollo begitu mereka berpapasan. pria tua itu sedikit terkejut dengan kehadiran apollo di perusahaan hari ini.
"Oh, Darius!, Sudah lama" Apollo menyapa Darius layaknya seorang teman yang sudah lama tidak bertemu.
"Mengapa kau tidak memberitahukan ku kalau kau datang hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEADHAND : Rise Of The VIGILANTE (REVISI)
Ação(telah selesai revisi) Ketika takdir memilihmu menjadi seseorang yang memegang kunci dalam memberantas kriminalisme. Seseorang yang dibutuhkan kehadirannya walau resikonya adalah orang-orang terdekat akan menjadi sasaran kejahatan Kevin putra, seora...