8. Ikhlas

54 6 0
                                    

"Ra, aku mau cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ra, aku mau cerita...." Ucap Arini lesu, wajahnya ditekuk. Ia letakkan tasnya di kursi.

"Loh Rin, kenapa? Ada apa? Sini-sini cerita." Zahra meletakkan pensilnya yang sedari tadi ia gunakan untuk mengarsir gambarannya. Pandangannya beralih pada Arini.

"Lihat nih." Arini memperlihatkan chat dari Shaka semalam.

Zahra membulatkan matanya, "Maksudnya apaan nih anak? Dasar enggak waras!" Zahra geregetan.

"Enggak tahu Ra, aku bingung apa maksudnya." Arini menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Dia pikir dia siapa seenaknya mainin kamu kayak gini? Udah Rin, jangan digubris. Cuekin aja, biar tahu rasa dia." Ucap Zahra geregetan.

"Aku masih bingung dengan perasaanku Ra."

"Dia itu enggak baik buat kamu Rin, ingat apa yang dia lakukan. Jangan pernah berpikir kamu akan kembali dengan dia, dan jangan menunggunya." Tegas Zahra.

"Tapi Ra..."

"Cukup Arini!" Zahra memotongnya, "Kalau bisa jauhi dia, biar hati kamu bisa ikhlas lepas dia. Insya Allah akan datang yang terbaik nanti." Zahra menggenggam tangan Arini.

"Lebih baik sekarang kamu fokus karena tiga hari lagi kita ujian nasional."

Arini bangkit dan menatap Zahra, "Mungkin benar yang kamu bilang Ra, aku harus mengikhlaskan sesuatu yang memang bukan untukku."

"Kita tidak tahu masa depan kita nanti seperti apa Rin, yang jelas sekarang kita harus berusaha menjadi hamba yang taat pada Allah dengan menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya, seperti pacaran." Zahra tersenyum.

"Bolehlah kita memiliki rasa, tapi alangkah baiknya jika rasa itu berlabuh pada tempat yang semestinya. Jika belum ada ikatan yang pasti, jangan biarkan rasa itu tumbuh dan berkembang yang nantinya bisa menjadi bumerang untuk diri kita sendiri." Lanjutnya.

"Iya Ra, aku ngerti kok. Aku selalu berusaha untuk itu, mendekatkan diri pada Allah." Ucap Arini dengan lengkungan manis di bibirnya.

"Nah gitu dong, senyum. Oh iya, besok sore ada kajian remaja di masjid dekat rumahku. Temanya 'Menggapai Kesuksesan Dunia dan Akhirat dengan Ridho Orang Tua', mau ikut?" Ajak Zahra.

"Mau dong! Ikut ya!" Serunya, kali ini wajah Arini berseri-seri.

"Oke, jangan lupa pakai kerudung ya. Besok kutunggu di rumahku kayak biasanya."

"Oke Ra!" Jawab Arini.

Walaupun Arini menampilkan wajah yang ceria tetapi sesungguhnya dalam hatinya masih menyimpan rasa untuk untuk Shaka. Ia masih berat melupakan Shaka, apalagi saat ini Shaka sudah putus dari Fisya.

Berkali-kali Zahra selalu mengingatkan Arini agar melupakan Shaka yang telah menyakitinya, namun sepertinya Arini masih selalu mengharapkan Shaka.

Sedangkan Shaka, siapa dia beraninya mempermainkan hati Arini seperti itu? Dia adalah laki-laki plin-plan yang tidak memiliki pendirian sama sekali. Dengan mudahnya pergi dan kembali saat ia telah bosan.

Sewindu TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang