"Bagaimana hasil labnya Dok?" Tanya Risa pada Dokter Anggara. Setelah drama kemarin sore akhirnya Risa bisa sedikit tenang. Risa ditemani Alfan di ruangan Dokter Anggara untuk membahas hasil lab Arini.
"Gejala tipes Bu Risa, Arini mengalami kelelahan berlebih akibat terlalu serius belajar untuk menghadapi UN. Kemarin setelah saya tanya dia mengaku sering telat makan dan kurang tidur, mungkin itu pemicunya." Papar Dokter Anggara.
"Arini harus banyak istirahat, usahakan selama dua minggu ini dia benar-benar istirahat total dan tidak melakukan aktivitas berat. Kalau bisa, tidak usah masuk sekolah dulu." Tambahnya.
Risa mengangguk paham, "Baik Dok, kami usahakan Arini istirahat total. Memang satu bulan terakhir ini saya amati di rumah dia terlalu memaksakan diri belajar sampai larut malam. Bahkan pernah sampai tidak tidur sama sekali."
"Apa Arini punya masalah?" Dokter Anggara mengernyitkan dahi.
"Sepertinya iya Dok." Jawab Alfan.
"Coba dekati dan minta dia bercerita, karena saya lihat raut wajahnya penuh beban yang ingin dicurahkan. Sepertinya masalah hati." Dokter Anggara tersenyum.
Risa dan Alfan mengangguk-angguk kembali.
"Baik Dok, kalau begitu kami permisi dulu. Terima kasih atas penjelasannya." Risa pamit.
"Tunggu dulu Bu Risa dan Mas Alfan. Ada yang ingin saya bicarakan lagi." Ucap Dokter Anggara menghentikan niat mereka kembali ke ruangan Arini.
Bunda Risa menatap Alfan lagi, wajahnya penuh kekhawatiran. Takut jika apa yang menimpa Alifah akan terjadi pada Arini.
"Apa Dok?" Tanya Risa, mereka berdua duduk kembali. Wajah Risa penuh kekhawatiran.
"Begini Bu Risa dan Mas Alfan, sebenarnya ini masalah pribadi saya." Dokter Anggara membuat Risa dan Alfan semakin penasaran.
"Apa itu Dok? Katakan saja, jika kami bisa pasti akan kami bantu." Ucap Alfan.
"Bolehkah saya menjadi bagian dari keluarga Bu Risa dan Mas Alfan?"
"Sudah lama saya menaruh hati pada Aura, putri Bu Risa."
"Jika berkenan, setelah Aura wisuda nanti saya akan melamarnya."
Tutur Dokter Anggara dengan serius."Kami tidak salah dengar Dok?" Tanya Alfan.
"Apa Aura tidak pernah menceritakannya Bu? Saya sudah pernah mengutarakannya berkali-kali, namun jawabannya hanya diam." Ucap Dokter Anggara.
"Emmm, begini saja Dok. Kami akan bicarakan dulu dengan Aura karena semua keputusan ada di tangan Aura." Ucap Alfan.
Risa dan Alfan sama-sama tidak tahu menahu tentang hal ini, tentang Dokter Anggara yang berusaha mendekatinya. Aura memang tertutup karena ia lebih dekat dengan Ayahnya, sejak Ayahnya dinas di luar kota lima tahun belakangan ini. Aura jarang sekali menceritakan segala hal yang ia alami pada Alfan ataupun Risa, Bundanya.
Berbeda dengan Arini yang selalu terbuka dengan siapapun, karena Arini lebih dekat dengan Risa dan Alfan. Namun, masalahnya dengan Shaka dan Fisya tak pernah ia ceritakan karena takut jika hubungan keluarganya dengan keluarga Shaka akan renggang.
Risa dan Alfan keluar dari ruangan Dokter Anggara dengan perasaan bahagia dan lega. Bahagia karena anak perempuannya dilamar oleh seorang pemuda tampan, mapan, religius, dan bertanggung jawab.
Risa merasa lega karena apa yang ia pikirkan tak terjadi, dan semoga tidak akan pernah terjadi. Ia begitu khawatir, ia tak ingin kehilangan buah hati untuk kedua kalinya. Cukup Alifah yang merasakannya, jangan Arini.
Alifah adalah kembaran Alfan, kakak Arini. Alifah meninggal pada saat ulang tahunnya yang ke-16 tahun karena leukimia. Saat itu Arini masih lima tahun, ia tak cukup mengerti dengan apa yang terjadi pada kakaknya. Bahkan sampai saat ini Arini tak pernah tahu bahwa Alifah meninggal karena leukimia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu Tanpamu
Fiksi Remaja"Sewindu tanpamu telah kulalui bersama luka yang bertubi-tubi kau torehkan dalam hatiku." (Arini) "Maafkan aku Arini, sewindu mempermainkan perasaan dan rindumu yang tulus padaku." (Shaka) "Berawal dari jingga dalam senja, aku menyukaimu tanpa senga...