"Aku seneng deh bisa jalan bareng kamu lagi." Ucap Fisya pada Shaka yang kini sedang duduk di hadapannya.
Shaka tersenyum, "Aku juga, sudah lama kita nggak ketemu."
"Jangan pergi lagi ya..." Fisya menggenggam tangan Shaka.
"Pasti Fisya." Ucap Shaka tulus.
Dari balik meja kasir, Diana berdiri di sana, mengamati gerak-gerik putranya dengan perempuan yang selalu asing baginya walaupun Shaka telah mengenalkannya berkali-kali. Bagi Diana, tak ada gadis sebaik dan sesempurna Arini di matanya. Diana menyayangkan keputusan Shaka yang lebih memilih Fisya daripada Arini.
"Kenapa kamu rela melepaskan sebongkah berlian hanya demi sebutir batu kerikil itu nak?" Bisik Diana lirih.
Diana masih ingat ketika dulu ia membicarakan keinginannya membuka restoran ini bersama Arini. Rasanya tawa-tawa Arini masih terngiang di telinganya, senyum Arini masih tersimpan di benaknya dengan rapih, dan juga perhatian Arini padanya yang tak akan pernah bisa ia lupakan. 'Arini adalah calon menantu terbaik untukku.'
Rencananya denga Risa akan menikahkan Arini dan Shaka setelah selesai pendidikan sepertinya tak akan pernah terwujud. Diana bisa membayangkan bagaimana bencinya Arini pada putranya. Shaka telah menceritakan semuanya pada Diana, namun Risa tidak tahu tentang masalah ini.
Matanya menatap sekeliling restoran barunya itu, konsep restoran yang pernah ia bicarakan dengan Arini kini telah terwujud. Ia merindukan Arini yang sudah seperti anak kandungnya sendiri.
Tiba-tiba mata Diana menangkap sekelebat senyum yang ia rindukan, senyum Arini. Ia amati dengan mata terbuka lebar, berharap apa yang ia lihat benar-benar nyata.
"Arini...." ucapnya lirih, "Dia bersama.... Bara?"
"Tidak salah lagi, itu pasti Arini!"Langkah Diana secara otomatis mendekati Arini, seperti besi yang tertarik oleh magnet. Semakin lama langkahnya semakin dekat dengan meja tempat Arini dan Bara makan. Bara melihat Diana dari kejauhan sedang berjalan ke arahnya, saat ini ia sedang bingung harus berbuat apa. Kehadiran Shaka dan Fisya di sana sudah cukup membuat Arini syok, ditambah lagi kehadiran mantan calon ibu mertuanya.
'Astaga! Ini semua salahku.' Bara menepuk jidatnya.
"Rin...." Diana memegang bahu Arini.
Arini yang merasa bahunya disentuh oleh seseorang di belakangnya segera menoleh. Bara berpura-pura tidak tahu, ia berpikir keras membayangkan akan habis dimaki oleh Arini karena ia tak pernah mengatakan bahwa Shaka adalah sepupunya.
Mata Arini berbinar saat tahu siapa orang yang memanggil namanya dan juga menyentuh bahunya itu.
"Tante......" Bibir Arini tertahan.
🍃🍃🍃🍃
"Ra, nih coba pakai." Arini menyerahkan sebuah tas kecil dari kertas berisi dua buah kerudung instan hasil karyanya. Sejak SMP Arini memang suka menjahit, ia mengikuti ekstrakurikuler tata busana. Sejak saat itulah ia belajar jahit-menjahit, bahkan Risa membelikannya sebuah mesin jahit yang masih ada dan dipakai Arini hingga kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu Tanpamu
Novela Juvenil"Sewindu tanpamu telah kulalui bersama luka yang bertubi-tubi kau torehkan dalam hatiku." (Arini) "Maafkan aku Arini, sewindu mempermainkan perasaan dan rindumu yang tulus padaku." (Shaka) "Berawal dari jingga dalam senja, aku menyukaimu tanpa senga...