Ciiiiitttttt!!!!!Mobil Bara berhenti tepat di muka pintu UGD. Dua orang perawat dengan cekatan mendorong brankar dan membawa Arini ke dalam UGD. Bagas dan Zahra yang membawa tas Arini menunggu di depan UGD dengan risau, berkali-kali Zahra beristighfar, bersholawat, dan membaca doa memohon pada Allah semoga tidak terjadi sesuatu yang serius pada Arini.
Zahra dan Bagas begitu khawatir, pasalnya mereka telah berkali-kali melihat Arini mimisan dan tiba-tiba jatuh pingsan seperti itu. Namun saat ditanya, Arini hanya menjawab bahwa ia hanya kelelahan dan butuh istirahat. Rasanya ada yang janggal, sebenarnya apa yang terjadi dengan Arini?
Bara yang baru kembali dari memarkir mobil berlari tergopoh-gopoh ke depan UGD. Ia merasa setengah warasnya hilang saat melihat Arini seperti itu lagi, ini kesekian kalinya ia melihat Arini tiba-tiba mimisan dan jatuh pingsan. Bara duduk di kursi bersebelahan dengan Bagas yang sedari tadi mencoba menghubungi Alfan, namun tak ada jawaban dari Alfan.
Bagas teringat bahwa Aura sedang praktik di rumah sakit ini. Ia segera mencari nomor Aura dalam ponsel Arini yang tak terkunci itu.
"Gimana Gas? Abangnya Arini udah jawab?" Tanya Bara.
"Belum, enggak ada jawaban. Aku coba telfon mbak Aura, kakak perempuannya. Kayaknya dia magang di sini." Jawab Bagas.
"Kenapa enggak telfon tante Risa aja?" Tanya Bara lagi.
"Tante Risa orangnya gampang khawatir berlebihan, takutnya malah syok." Ucap Bagas dengan pandangan dan jari-jari sibuk mengetik pesan pada Aura.
'Semoga Arini baik-baik saja Ya Allah...' bisik Bara dalam hati.
'Semoga tidak terjadi sesuatu dengan Arini...' Bagas juga sangat mengkhawatirkannya.
Hampir tiga puluh menit mereka menunggu di depan UGD. Belum ada tanda-tanda dokter keluar dari sana. Zahra, Bagas, dan Bara semakin khawatir.
"Bagas!!!" Suara seorang perempuan memanggil namanya, ia berlari mendekat. Jas putih yang ia kenakan melambai-lambai diterpa angin yang berembus perlahan.
"Gimana Arini?" Tanyanya.Bagas berdiri dari kursinya, "Mbak Aura! Dokternya belum keluar mbak."
Tiba-tiba pintu UGD terbuka, seorang dokter muda, tampan, dan gagah keluar dari sana. Sepertinya ia dokter yang menangani Arini.
"Keluarga pasien Arini?" Panggilnya."Saya Dok! Saya kakaknya. Bagaimana keadaan Arini?" Tanya Aura.
Bara, dan Zahra juga ikut berdiri."Oh, jadi Arini itu adik kamu Ra?" Tanya dokter itu.
"Iya Dok. Dokter Anggara yang menangani Arini?" Tanya Aura.
Dokter Anggara mengangguk, "Mari ikut saya, pasien sudah sadar."
"Alhamdulillah...." semua mengucap syukur.
Aura mengikuti dokter Anggara menemui Arini, sedangkan Bagas, Bara, dan Zahra tetap menunggu di depan UGD. Ada perasaan sedikit lega setelah mendengar kabar bahwa Arini sudah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu Tanpamu
Genç Kurgu"Sewindu tanpamu telah kulalui bersama luka yang bertubi-tubi kau torehkan dalam hatiku." (Arini) "Maafkan aku Arini, sewindu mempermainkan perasaan dan rindumu yang tulus padaku." (Shaka) "Berawal dari jingga dalam senja, aku menyukaimu tanpa senga...