14. Pertemuan

30 2 0
                                    

Arini merapikan jajaran produk hijabnya dalam rak, menatanya sesuai dengan jenis dan warna. Walaupun tempatnya kecil, jika keadaannya rapi dan kualitas produknya bagus, pelanggan pasti akan kembali. Nur Hijab milik Arini selalu mengutamakan kepuasan dan kenyamanan pelanggan.

Saat Arini membereskan meja kasir, ia melihat sebuah benda pipih berwarna merah jambu dengan gambar Hello Kitty teronggok di sana. Ponsel? Ia tekan tombol power dan menyalalah layar ponsel itu, terpampang gambar wanita muda cantik yang tak lain adalah Kirana, kakak Bara.

"Wah tertinggal, pasti Mbak Kirana nyariin nih. Aku antar aja ya ke rumahnya." Gumamnya.
"La, aku mau pergi sebentar ya." Pamit Arini pada Nila yang sedang memasang beberapa hijab dalam hanger.

"Kemana Rin?" Tanya Nila.

"Mau mengembalikan ini," Arini menunjukkan ponsel merah jambu itu, "Miliknya pelanggan yang tadi."

"Emang kamu tahu rumahnya?"

"Tahu dong, itu kakaknya temanku. Pamit dulu yah..." Arini mengambil sling bag dan kunci mobil dari laci meja kasir.
"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam, hati-hati Rin, jangan ngebut!" Pesan Nila.

"Siap bos!" Ucap Arini dari kejauhan.

Ia segera masuk mobil dan melajukannya perlahan. Ada rasa yang aneh dalam hatinya saat kembali mengingat kejadian di tokonya tadi, ia takut jika salah tingkah lagi saat bertemu Bara nanti. Beberapa kali ia melihat cermin kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana, melihat apakah penampilannya sudah rapi dan rambutnya juga rapi. Tak lupa ia mengecek apakah lipstiknya juga sudah natural dan tidak offside.

Selama lima tahun terakhir ini Arini benar-benar belajar melupakan Shaka. Perlahan-lahan Bara menggeser Shaka dari hati Arini tanpa ia sadari. Namun Arini tak juga menyadari perasaannya, dan juga perasaan Bara untuknya.

"Oke hampir sampai." Ucapnya saat memasuki gang rumah Bara. Ia cukup hafal jalanan menuju rumah Bara, karena jauh sebelumnya ia sering ke rumah Bara bersama Shaka mengantarkan sesuatu untuk Mama Bara. Mama Bara adalah kakak dari Mama Shaka, Diana. Bara sudah menceritakan yang sebenarnya bahwa Shaka adalah sepupunya, setelah mereka bertemu Diana di restoran.

Arini menepikan mobilnya di bawah pohon rindang di depan rumah bernuansa hijau itu, rumah yang terasa sejuk dan asri saat memandangnya. Ia turun dari mobil dan melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah itu, ia melihat sebuah mobil yang penyok di bagian depan dan juga mobil yang dikendarai Bara tadi lecet pada bagian belakangnya. 'Ada apa ya? Jangan-jangan kecelakaan!' Pikirnya.

"Assalamualaikum...." Ucap Arini saat ia sampai di ambang pintu.

"Waalaikumsalam..." Jawab semua orang yang ada dalam ruang tamu itu.

Arini sedikit terkejut. Ia terkejut melihat Shaka dan Fisya ada di sana, lebih terkejut lagi melihat penampilan Fisya dengan rambut warna-warni, rok pendek di atas lutut, dan kaos biru muda yang ketat. "Astagfirullah, dia lagi dia lagi." Batinnya.

Sejenak semuanya diam menatap Arini. Seperti de javu. Ia teringat bagaimana saat memergoki mereka berdua di teras rumah Fisya dan di tengah derasnya hujan. "Ah, aku benci ingatan itu." Keluhnya dalam hati.

Fisya terlihat tidak menyukai kehadiran Arini di sana, dan Shaka juga terlihat tidak nyaman atas kehadiran Arini. Mengapa mereka dipertemukan kembali di saat yang tidak tepat, pikir Shaka.

"Arini! Silakan masuk Rin." Bara berdiri dan menyambut kedatangan Arini.

"Aku cuma mau balikin ini kok, ponselnya Mbak Kirana tertinggal di meja kasir." Arini menyodorkan ponsel Kirana.

Sewindu TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang