(26)

250 37 14
                                    

"Maafin saya Irene, tolong jangan pecat saya. Saya butuh banget pekerjaan, saya janji setelah ini bakal berusaha ga lancang kaya gini lagi. Maafin saya" Mino memohon pada Irene dengan wajah yang masih menunduk, ia terlalu takut dan malu untuk menatap Irene.

"Ngga akan aku pecat tenang aja, aku udah terlanjur percaya sama kamu. Susah nyari penggantinya"

"Makasih Irene, tapi tolong kasih saya waktu buat menghilangkan rasa suka ini"

"Kenapa?"

"Saya butuh waktu, maaf. Harusnya memang dari awal saya cepet cepet tepis perasaan ini biar ga sampai sejauh ini. Tapi saya ga lakuin itu, jadi tolong beri saya waktu sedikit lagi. Saya gabisa langsung ilangin itu sekarang. Tapi saya berusaha secepanya Irene" jelas Mino dengan posisi wajah masih menunduk

"Aku ga tanya alasan kamu butuh waktu, yang aku tanyain kenapa kamu mau ilangin perasaan itu"

Apa maksud Irene bertanya seperti itu, dalam keadaan begini otak Mino berhenti bekerja dan diberi pertanyaan serumit itu.

"Irene pasti akan risih ke saya setelah tau bagaimana perasaan saya. Gausah dipikirin, anggap aja saya ga ada rasa apa apa ke Irene. Itu akan membuat Irene lebih nyaman" jawab Mino dengan asal, dia tidak tau kalimat yang diucapkannya benar atau salah, apakah Irene bisa memahami maksudnya itu atau tidak.

"Siapa yang bilang aku bakal risih?"

"Hmm?" akhirnya Mino mendongakan kepalanya "Ehm itu menurut saya aja"

"Gausah" kata Irene

"Gausah berusaha buat lakuin itu, katamu gabisa yaudah gausah coba lagi. Toh kamu malah pengin perasaan itu dibales kan?" lanjutnya

Kata kata Irene sudah benar benar tidak bisa diolah oleh otak Mino. Mino sudah salah dari awal, dia gabisa jawab apa apa lagi.

"Aku akan bales perasaanmu" kata Irene lagi

"Engga Irene, jangan gitu. Jangan lakuin itu karena Irene iba dengan cerita saya. Saya udah bilang, saya ga mengharapkan balasan kan"

"Ga ada yang iba, ga ada yang mau balas perasaanmu karena kasian. Itu murni karena aku emang punya perasaan yang sama kek kamu" jelas Irene dengan nada meninggi, dia mulai kesal menghadapi Mino sepertinya

"Maksud Irene?"

"Kurang jelas apa si Mino. Aku juga bingung nih mau jelasin gimana lagi" kata Irene yang sudah benar benar emosi, kenap Mino ga paham paham

"Aku juga suka kamu no, entah sejak kapan. Sama seperti apa yang kamu alami, perasaan ini tiba tiba muncul gitu aja. Awalnya aku ga sadar kalo ternyata aku suka, tapi waktu kamu pulang kemarin aku merasa kehilangan banget. Padahal kamu pergi cuma sebentar" jelas Irene

Mino tentu saja kaget, tidak menyangka akan mendengar kalimat itu muncul dari orang yang dicintainya, sekaligus bosnya. Dia berkali kali mencubit punggung tangan kirinya dengan tangan kanan secara diam diam. Mino merasa ini seperti mimpi, tapi ternyata bukan. Ia bisa merasakan sakit dari cubitannya sendiri.

"Aku jadi suka pake bajumu, aku lebih nyaman disini daripada di apartemenku sendiri. Itu membuat aku merasa kamu ada bersamaku no, aku baru sadar itu setelah kamu balik" lanjut Irene

"Irene tolong jangan bercanda, saya tau saya salah. Tapi tolong jangan kaya gini, nanti saya kegeeran malah makin susah buat lupain"

"Ga ada yang bercanda Mino, aku lagi ngomong serius"

"Beneran? Yang Irene bilang tadi beneran? Irene lagi ngeprank ya? Saya takut kalo udah seneng nanti tiba tiba Irene bilang "tapi boong", saya udah malu Irene, jangan buat saya tambah malu"

NOBODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang