Aku kecewa pernah menaruh harapan besar padanya
--to someone out there
YCD
--DIYANATA--
Yang aku tahu selama ini Bagas belum bisa melupakan teman perempuannya waktu SMA. Bagas sering ketahuan melihat sosial media perempuan itu. Tak heran, Bagas terus terbayang wajah cantik gadis lain. Aku kalah jauh soalnya.
Tetapi hari ini dimana harusnya kita makan berdua merayakan anniversary, Bagas keterlaluan. Aku kecewa pernah menaruh harapan besar padanya. Kurira perasaan Bagas berhasil kujangkau. Kebersamaan kita lambat-laun memalingkan hatinya padaku. Sayang, masih jauh dinyana. Ternyata begini sakitnya patah hati. Melihat sang kekasih merayakan ulang tahun bersama gadis lain. Aku hanya bisa melangkah mundur perlahan meninggalkan pesta. Sebab tamu tak diundang tidak punya hak berada di sana.
Langkahku lebar keluar gedung yang punya banyak kenangan antar aku dan Bagas. Menembus keramaian akhir pekan di malam itu, akhirnya aku berhasil melewati pintu utama. Entahlah, aku tidak bisa melanjutkan langkah lagi. Aku terduduk di pinggirian gedung dengan air mata bercucuran. Menyedihkan.
Ketika aku menangisi kemalanganku sendiri, kain dilipat rapi berwarna merah marun terulur di depanku. Lantas aku mendongak.
"Nangis kayak anak kecil."
Laki-laki berhoddie hitam memandangku dengan kernyitan di dahi. Mengabaikan keterkejutan aku akan kehadirannya yang tiba-tiba. Dia duduk di sampingku dan perlahan mengusap pelan basah di pipiku.
"Kenapa, hm?"
Suaranya lebih lembut dari biasa. Selaras dengan sorot sendu seperti ikut merasakan kesedihanku. Posisinya sangat dekat, tanpa sadar pandang kami saling bertubrukan. Cukup bikin aku deg-degan.
"Jop?" Aku terkejut suaraku jadi serak hampir tak terdengar.
Jopanra memamerkan senyuman tipis yang sering dia bagi para perempuan lain. Dia seperti sedang menyihir aku.
"Ya?" Dia lanjut menghapus bekas-bekas air mataku. Hidungnya yang mancung, rahang tegas, bola mata indah itu kembali menatap aku. Kedua alisnya terangkat bertanya-tanya. "Apa, Diy?"
"Kenapa kamu ada di sini?"
"Ngikutin lo."
"Hah?"
Akhirnya Jopanra menarik diri dari posisi condong. Aku jadi bisa bernapas setelah tertahan beberapa saat.
"Tadinya gue nggak mau muncul, tapi karena lo nangis ya ... masa gue diam aja?" katanya lalu menoleh. "Cowok di yang dapat kejutan dari teman-temannya itu orang yang bikin lo nunggu di lobi bioskop, 'kan?"
Dia tahu? Atau aku terlalu mudah ditebak? Aku nggak berani jawab apa pun, takut dia sebenarnya nggak tahu apa-apa cuma mancing aku buat cerita segalanya.
"Kayaknya sih iya dia orangnya. Lo nangis dan pergi gitu aja setelah lihat mereka. Kenapa lo nggak samperin? Cowok kayak gitu kurang ajar banget. Gue ngomong gini karena gue nggak pernah mainin perasaan cewek."
"Bagas pasti punya alasan," belaku.
Jopanra berdecak sembari menggelengkan kepala tak menyangka. "Sesayang itu lo sama dia? Gue bisa selalu ada buat lo, Diy. Apa nggak mau ngasih gue kesempatan? Sekali ... aja?"
"Jop, kamu ngomong apa?" Aku tersadar permbicaraan jopanra mulai keluar jalur.
"Gue lagi nembak lo, Diy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Break The Rules [End]
Aktuelle LiteraturBagas dapat melihat masa depan setelah menerima kalung keramat pemberian Diyana. Ia sering mendapatkan mimpi-mimpi aneh. Terutama mengenai hal yang berhubungan dengan keselamatan sang kekasih. Berlomba dengan waktu Bagas harus bisa menghindarkan Diy...