OO.

15.2K 860 160
                                    

Kali pertama Jiyeon bertemu dengan saudara laki-laki Yumi, sempat terbesit perasaan asing yang membuatnya tidak nyaman lantaran terlalu diintimidasi melalui sorotan iris pekat Jeon Jungkook.

Namun, demi sang sahabat ia tetap membingkai senyum sambil mengucapkan harapan agar Yumi tetap berumur panjang—ini hari ulang tahunnya omong-omong. Semua berjalan dalam keadaan normal, dan Jiyeon mulai mencoba berbaur dengan kondisi apa adanya.

"Jiyeon, aku tinggal sebentar disini dengan Kakak, ya."

Total Jiyeon diserang cemas mendadak manakala Yumi mulai menjauh. Namun sebelum itu, Jiyeon mencekal pergelangan tangan sahabatnya.

"M-mau kemana?" Jiyeon bertanya lirih. Figur wajahnya menggurat rasa khawatir yang membuat Yumi diserang rasa bersalah.

Tapi, bolehkah Yumi egois kali ini?

"Sebentar, kok. Oke?" Ia mencoba tersenyum menenangkan Jiyeon. "Kakakku orang baik, tenang saja. Cobalah mengobrol dengannya sampai aku datang lagi."

"Memangnya kau mau kemana?" Jiyeon bertanya gusar. "Jangan tinggalkan aku, rasanya asing sekali."

Maka, kekehan Yumi mengudara saat mendengar rengekan kecil sahabatnya. Sembari menunggu tawanya reda, Yumi memutar kepala menghadap sang Kakak. Mengangkat satu alisnya yang dibalas Jungkook dengan dagu yang digerakkan.

"Hanya sebentar, kok. Sebentar, hm." Yumi memaksa pegangan tangan Jiyeon melepas, mengurai dari sisinya. Lekas berjalan menjauh dengan lambaian tangan. "Aku tidak lama. Selamat bersenang-senang."

Dan pada saat itu Jiyeon sadar, frasa yang diucapkan oleh Jeon Yumi memulai sebuah kehancuran hidupnya pada malam ini.








sough









Yoon Jiyeon harus mengakui jika kekuatan Jungkook mampu menaklukkannya dalam satu jentikan jari saja. Melalui sentilan dari kata-katanya, membuat Jiyeon dan pergerakannya tak berdaya. Hanya mampu menangis, meraung, segala asa yang akan ia berikan kepada Jungkook harus terkubur dalam-dalam ketika pemuda itu menggagahinya. Tidak membiarkan Jiyeon lepas, barangkali bergerak sedikit saja, sebab Jungkook telah membuat pergerakannya dipaku terpatri.

Menangis sejadi-jadinya, tidak akan membuat Jungkook dan gerak pada pinggulnya berhenti. Gencar dalam menusuk, sampai-sampai perut Jiyeon melilit sebab kue tart yang mereka nikmati bersama beberapa waktu yang lalu belum tercerna dengan baik. Bahkan, tanpa segan Jungkook akan membawa jemarinya bermain di tempat batangannya berlabuh. Menusuk, bermain-main disana, mencubit, dan gilanya lagi Jungkook akan merendahkan Jiyeon melalui kata-katanya.

"Sayang, lubangmu menghisap ku terlalu kuat." Jungkook menggigit sudut bibir seraya memaku pandangan pada kelamin mereka yang menyatu. Tergelak singkat sebelum berbisik seduktif, "Kau suka dengannya, ya."

Tawa membahana miliknya keluar setelah usai melecehkan Jiyeon. Merasa senang melihat sahabat adiknya dihimpit dari bawah tanpa tenaga begini. Membiarkannya bergerak sesuka hati, mendulang nikmat melalui hentakan pinggul, semakin kuat cengkeraman Jungkook pada pinggangnya maka semakin dalam milik Jungkook menghujam Jiyeon.

Tangisan si gadis diabaikan, sebab Jungkook sudah kelewat lama menarik minat berkat pikatan visual Jiyeon manakala sering mampir ke rumah—mengerjakan tugas sekolah bersama adiknya, atau barangkali sekedar pergi bermain bersama, dan momentum yang tepat malam ini Jungkook menjadikan Jiyeon miliknya.

Dengan begini, penderitaanmu sudah berakhir, Jeon Yumi.

Mereka membuat sebuah kesepakatan gila tanpa sepengetahuan Jiyeon—dengan alibi merayakan hari ulang tahun. Sepenggal kalimat yang Jungkook deklarasikan akan membawa Yumi lepas dari tindakan bejat kakaknya sendiri—yang juga seringkali melecehkannya.

[M] SOUGH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang