Jarak tercipta untuk membuat
Rasa Rindu ada.
Hanya ada 2 hal yang membedakannya.
Jarak yang sementara atau
jarak yang memang tak bisa lagi bersama dan bertemu di dunia.°°°°°
"Assalamualaikum, Rena pulaaang!" teriak Rena seperti biasanya di ambang pintu.
"Jangan berisiiik. Kakek lagi tiduuur!" teriak pria paruh baya dari ruang tamu.
"Katanya berisik. Tapi, Kakek juga teriak!" teriak Rena kembali sambil menghampiri kakeknya yang sedang tiduran di sofa.
Rena menyalami punggung tangan kakek lalu duduk di samping kakeknya yang masih tiduran di sofa. Kemudian dari arah dapur keluar sang Nenek yang memakai celemek berwarna hijau dengan rambut disanggul. Rena kemudia berdiri dan menghampiri neneknya untuk salam.
Nenek dan Kakek Rena memang berencana akan tinggal di sini untuk waktu yang lama. Papa Rena pun sudah tahu akan hal ini.
"Mama belum pulang, Nek?" tanya Rena karena tidak melihat Mamanya padahal sudah jam 4 sore hari.
"Belum. Mending kamu cepetan mandi dan cuci pakaian kotor kamu yang numpuk itu. Anak gadis kok jorok banget sihhh," ujar Nenek Rena menatap galak Rena.
"Isssh! Nenek sama aja kayak Mama," gerutu Rena kesal.
"Cepetan cuci pakaian kamu kalau gak mau kakek jodohin," celetuk Kakek dengan tegas.
"Enak aja! Gak mau ya aku dijodohin. Aku bisa cari jodoh sendiri," ucap Rena lalu berlari ke kamarnya.
"Anak ituuu," Nenek Rena menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan cucunya yang kadang minta dikasih ceramah panjang selama 2 jam tanpa henti.
"Biarin aja. Nenek sama menantu kita juga pas Remaja kayak gitu," ucap Kakek membuat Nenek menatap garang Kakek.
"Enak aja!" hardik Nenek.
Nenek sama Kakek itu awet muda banget padahal umur mereka udah 60 tahun lebih. Mereka juga kelakuannya masmasihyak Remaja. Selalu romantis.
°°°°°
"Ya Allah hamba lelah... hamba sudah tak sanggup lagi. Lengan hamba pegel-pegel Ya Allah." Rena sudah lelah mencuci dan menjemur pakaiannya yang mencapai 2 ember besar. Ini semua karena Mamanya yang sudah melarang para ART dirumahnya untuk mencuci pakaian Rena.
"Kerasa 'kan sekarang gimana capeknya beresin rumah."
Rena berbalik. Di sana sudah terlihat mamanya yang melipat kedua tangan di dada.
"Makannya jangan males-malesan terus. Tiap hari kerjaannya rebahaaan aja. Kamar sendiri harus diberesin sama Bi Inah. Belajar mandiri. Udah tahu 'kan sekarang capeknya kerja."
Rena hanya menunduk mendengarkan daripada dia ngomong terus salah bicara. 'Kan repot.
"Dengerin enggak Mama ngomong?"
"Denger," ucap Rena.
"Udah. Jangan diomelin terus anak kamu itu. Mending kalian cepetan masuk. Kita makan sama-sama," ujar Nenek menengahi dan langsung pergi duluan masuk ke dalam rumah.
Mama Rena masuk ke dalam rumah meninggalkan Rena yang matanya sudah berkaca-kaca. Rena menyeka setitik air matanya yang terjatuh. Dia berjalan santai memasuki rumahnya sambil menguatkan diri agar tidak nangis.
Bukannya dia gak mau beresin kamarnya sendiri, tapi dia juga kadang kakinya merasakan lemas yang sangat dan kepalanya sering kali sakit. Rena seringkali berusaha membereskan kamarnya. Namun, dia justru sering membuat kamarnya semakin berantakan tatkala kepalanya sangat sakit lalu pingsan tanpa diketahui orang lain karena dikira Rena sedang tertidur pulas.
"Ya Allah... berikan hamba kekuatan. Rena capek sama kehidupan Rena. Rena benci sama diri Rena sendiri. Rena juga mau kayak orang lain yang selalu deket sama orangtuanya. Jalan-jalan sama orangtuanya. Rena juga mohon berikan Rena sehari ajaaa tanpa diomelin Mama. Rena capek," batin Rena bermonolog dengan air mata yang sudah tidak bisa ditahan lagi.
Rena membalikkan tubuhnya. Dia terisak tanpa diketahui orang lain. Tubuhnya bergetar. Dia lalu mengusap air matanya dengan baju yang dipakainya. Mengatur napas agak tidak tersenggal-senggal seperti orang yang habis menangis lalu berjalan pelan memasuki rumah.
Rena duduk di samping Mamanya saat tiba di meja makan. Dia diam membisu tanpa mau mengatakan sepatah katapun. Rena, Mama, Kakek, Nenek dan para ART di rumah itu makan dalam satu meja dengan keheningan.
°°°°°
"Papaaa, Rena kangen bangeeet!" teriak Rena saat melihat Papanya dilayar laptop Mama.
"Papa juga kangen bangeeet sama kamu, Nak," balas Papa Rena.
Saat ini, Rena, Mama dan juga Kakek Neneknya sedang berada di ruang keluarga. Mereka awalnya sedang menonton televisi bersama. Namun tiba-tiba telepon mamanya berdering dan ternyata Papa Rena menelpon.
Mama Rena pun mengangkatnya dan bilang untuk tunggu sebentar lalu video call di Laptop agar lebih besar.
"Ah iya Rena inget!" ujar Rena tiba-tiba.
"Pa, Ma, Nek, Kek, Rena diajak Pak Wicak lagi bua ikut olimpiade mewakili sekolah. Boleh enggak?" tanya Rena menatap mereka bergantian.
"Boleh dooong," teriak mereka yang ada di sana membuat Rena kicep seketika.
"Masyaallah. Jiwa-jiwa orang tua berkobaaarrr." ujar Rena menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka semua lalu tertawa bersama.
"Papa kapan pulang?" tanya Rena yang berubah lirih.
Entah mengapa rasanya kali ini dia selalu rindu pada Papanya itu padahal keberangkatan Papa Rena sudah biasa sejak dulu. Semua yang ada di sana menatap sendu Rena. Mama Rena memeluk anak semata wayangnya.
"Papa janji. Nanti pas kenaikan kelas, Papa pulang buat kasih selamat karena kamu menjadi juara satu kembali. Papa yakin banget kalau kamu pasti akan menjadi juara satu lagi. Rena doain Papa terus ya biar Papa selalu sehat dan bisa kembali berkumpul sama kalian," ujar Papa Rena sambil tersenyum.
"Rena kangen banget sama Papaaa. Rena juga mau kayak orang lain yang bisa selalu bersama sama keluarganya. Rena gak apa-apa kalau Mama sama Papa kerja, karena Rena tahu itu semua buat Rena juga. Tapi, Rena juga mau kita setiap harinya bisa kumpul meskipun hanya sedetak nadi," ucap Rena dengan isak tangisnya.
Nenek dan Mama Rena sudah menitikkan air matanya mendengar ucapan Rena.
"Rena kangen Papa, pengen peluk Papa."
Papa Rena menatap sendu putrinya. "Rena sayang sama Papa?" tanya Harris yang tentu saja langsung diangguki Rena.
"Kalau gitu... Rena harus jadi wanita yang kuat. Jangan cengeng. Doain terus Papa agar kita bisa sama-sama terus, ya?" Rena mengangguk.
Kakek Rena beranjak dari duduknya lalu memeluk Rena dengan erat. Rena yang biasanya kuat diluaran sana juga bisa menjadi manja dan cengeng saat bersama keluarganya.
Tangisan Rena mereda dipelukan kakeknya. Mereka kembali mengobrol bersama Harris -Papa Rena- sambil bergurau selama dua jam lebih.
°°°°°
Ada yang sama gak kayak Rena?
Sedang terpaut jarak yang jauh dengan salah satu anggota keluarganya.Atau....
Sedang merasakan rindu dengan orang tersayang tapi tak bisa memeluknya. Ada?
Kalau kalian sedang merasakannya... semoga kalian bisa bertemu secepatnya lalu saling memeluk erat melepaskan rindu yang seringkali membuat penat.
See u next part seyeng😚😚
Love,
Retno FS
KAMU SEDANG MEMBACA
Rena [END]
Teen FictionJika kebahagiaan datang karena seorang teman. Apakah dengan cara selalu mengalah... kebahagian itu akan selalu datang? Rena seorang gadis remaja yang ceria. Menjadi makcomblang adalah hal biasa dan melihat seorang teman bahagia adalah hal yang utama...