Rena(Dua Puluh empat)

64 7 0
                                    

Rena memakan coklat yang ia bawa tadi sore sambil menggulir-gulir layar handphonenya. Dia menatap layar hp nya dengan bosan. Membuka seluruh aplikasi yang ia punya, demi mencari hal yang bisa membuat moodnya baik. Bahkan, setelan google pun sampe ia buka, meski akhirnya gak tahu apa yang harus ia lakukan dengan aplikasi itu.

Rena melemparkan hp nya sembarangan, dia kesal karena tak ada hal menarik yang bisa ia lihat. Dia lalu beranjak dari tepi kasur, duduk di kursi meja belajar lalu menghidupkan laptopnya, dia menonton drama china yang berjudul 'A love so beautiful' yang menceritakan seorang gadis remaja yang mencintai seorang pria satu sekolahnya yang sangat dingin. Sungguh sangat mengemaskan.

Rena tersenyum-senyum sendiri melihatnya. Bahkan, saat adegan kesal pun ia malah senyum-senyum sendiri karena kesalnya malah merasa uwwu. Dasar! Uwwuphobia yang sudah sangat akut!

BEEP BEEP

Nada dering handphone Rena berbunyi. Dengan malas, Rena mengambil hanphonenya yang berada di ujung kasur. Dia membuka roomchatnya dan muncul nama Martin di paling atas.

"Eh, Kok nomornya si Martin di pinned? Sejak kapan gue sematkan?" ujar Rena. Dia mengerutkan dahinya bingung.

Rena membuka chat dari Martin. seperti biasa, Martin mengirimkan sebuah video dirinya yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi.

"Aaaa uwwuuu banget sih!" teriak Rena yang sudah gak tahan lagi untuk berteriak karena gemas.

Siapa yang bisa tahan, ketika kalian selalu diberikan sebuah video ataupun voice not berisikan lagu romantis dan bisa merubah mood menjadi sangat baik?

Di akhir video itu selalu saja ada sebuah kalimat kecil berwarna merah muda yang selalu tak bisa terbaca oleh Rena.

Indah pada waktunya ~~~

Handphone Rena berbunyi menandakan ada seseorang yang menelponnya. Martin.

Rena segera mengangkat telpon dari Martin.

"Makasih," ucap Rena dengan tulus.

"Kembali kasih, Rena," jawab Martin di seberang telepon dengan manisnya.

"Najis," pekik Rena merasa jijik sekaligus senang dengan nada suara Martin.

"Dih," ucap Martin lalu tertawa.

"Tidur, gue tahu lo lagi gabut. Dan sekarang lo lagi senyum-senyum di kamar karena gue telpon."

"Pd banget, Akhi."

"Pasti dong, ukhty. Tidur sana."

"Siapa gue, Lo nyuruh-nyuruh gue."

"Tertulis di kalimat kecil," ujar Martin dan langsung mematikan telponnya.

"Eh?" Rena mengerutkan dahinya. Dia lalu mengangkat bahunya dan pergi ke kamar mandi menyikat gigi.

Rena kembali dari kamar mandi, handphonenya kembali berdering. Kalimat berwarna merah muda itu .... Rena senyum-senyum sendiri melihatnya. Dia melemparkan hp nya dan langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

°°°°°

"Ma, Nek, Kek, Rena berangkat sekolah dulu, assalamualaikum," Rena salim kepada Mama, Nenek dan Kakeknya. Dia lalu pergi masuk ke dalam mobil untuk berangkat sekolah.

"Neng, tadi Den Rocky ke rumah nyari Neng shubuh-shubuh," ucap Pak Asep tiba-tiba saat sedang verada di dalam mobil.

"Eh, iya kah? ngapain?"

"Gak tahu, tapi tadi dia ngobrol sama nyonya," ucap Pak Asep.

"Oh gitu ya, ya udah nanti pulang sekolah aja deh Rena tanyain Mama," ujar Rena.

Selama perjalanan ke sekolah, Rena hanya diam, begitupun dengan Pak Asep.

Rena turun dari mobilnya, dia lalu masuk ke area sekolah dengan senyuman manisnya. Sesekali, Rena menyapa kakak kelas ataupun adi kelas yang ia kenal atau sekedar tersenyum pada orang-orang yang melirik ke arahnya. Rena yang ramah.

"Rena," panggil seorang guru di dekat lift khusus guru.

Rena menghampiri guru itu, dia salim lalu tersenyum ramah.

"Ada apa, pak?" tanya Rena.

"Nanti, setelah upacara kanu langsung ke ruangan saya, ya, kita bahas perihal olimpiade fisika," ucap Pak Wicak.

Rena mengangguk lalu pamit untuk pergi ke kelasnya yang berada dilantai 4 dan ia harus berlari dengan segera karena lift sangat terlihat penuh.

Rena memasuki ruang kelasnya dengan peluh yang berada dipelipisnya. Napasnya terengah-engah dengan wajah memerah.

"Kenapa lo? lupa kalau di sekolah ada lift? Dan lo malah lari-larian naik tangga?" ucap teman sebangku Rena. Siapa lagi kalau bukan Teesya.

"Temen laknat," ucap Rena kesal lalu meneguk minuman yang ada dihadapannya.

"Thanks, Sya," ucap Rena.

"Punya gue."

"H-hah?" Rena menatap orang yang berada di sampingnya. Pria jangkung berjaket hitam yang sedang menunduk tersenyum ke arah Rena.

"Anjay gue baperrr," pekik Disya yang ada di depan Rena dengan keras karena melihat senyuman Martin yang sangat manis.

"Gue setuju," bisik Teesya menahan tawa di telinga Rena.

Rena langsung saja memalingkan mukanya. Apalagi saat ia kembali teringat dengan kalimat kecil semalam. Siapapun, tolong bawa Rena ke atas pelaminan sekarang. Eh.

°°°°°

Rena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang