Rena(Tiga Puluh Satu)

57 7 0
                                    

Rena menatap layar laptopnya dengan binar mata yang indah. Populasi cogan kian bertambah setiap harinya. Bahkan, bibit unggul pun sudah banyak diproduksi para keluarga dengan menggemaskannya.

“Tuhan, jadikan salah satu cowo ganteng itu jodoh hamba yang sholeh, rajin menabung, seiman, dan akhlaknya lebih bagus dari hamba.” Sebuah harapan para kaum remaja masa kini saat melihat aktor luar negeri ataupun dalam negeri yang sangat cakep namun ternyata beda keyakinan.

Rena kali ini sedang menonton suspicious partner yang tentu saja dibintangi oleh Ji Changwook suami halunya yang terlihat sangat keren. Seorang pengacara hebat diumurnya yang masih cukup muda lalu bertemu cewek yang ceroboh disaat situasi yang tak terduga. Aduuuh tahan, tahan. Kuatkan iman jangan tergoda karena melihat cogan.

“Mamaaa, Rena bapeeerrrr Aaa.” Rena menjerit saat melihat adegan yang padahal biasa saja namun terasa sangat romantis bagi manusia seperti Rena.

“Ya Allah senyumnya huhuuu.” Rena berbicara sendiri layaknya orang yang kurang sehat.

Memang ya kalau sudah nonton drama itu bawaanya selalu pengin punya keheningan dan dunia sendiri hingga tak ada seorang pun yang bisa mengganggu. Suka dongkol saja gitu kalau sedang asyik-asyiknya nonton tiba-tiba ada yang mengganggu dan membuyarkan suasananya menjadi tidak jelas.

Cukup dengan menonton drama yang romantis ataupun komedi, sudah mampu membuat Rena menghilangkan rasa sedihnya. Bahkan, hanya dengan memikirkan kejadian konyol diri nya saja itu sudah bisa membuat diri nya senyum-senyum sendiri. Mudah kalau mau membuat Rena tertawa itu, cukup berikan kenyaman ataupun berikan sebuah tontonan komedi.

“Renaaa makan malam dulu!” sebuah teriakan nyari yang pasti sudah dipastikan bahwa itu suara mama nya.

Rena yang sedang tersenyum menggigit selimutnya langsung mendengus kesal. Ya, Rena tahu bahwa itu demi kebaikan diri nya sendiri. Tapi, adegannya itu pas lagi romantis-romantisnya gitu. Meskipun dia jomblo, tapi ini itu waktunya dia merasakan kebaperan dari visual begitu.

Rena mematikan laptopnya dan sefera turun ke bawah sebelum suara teriakan yang lebih mengerikan muncul. Ya, suara kakek tercintanya.

“Kesini cepetan makan. Kasihan orang lain udah nunggu kamu lama tahu!” ujar Mrs. Erika.

Rena segera duduk di samping mamanya dan langsung diambilkan nasi serta lauk-pauk oleh Bi Inah. Rena tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

°°°°°

Rena dan keluarganya sedang duduk menonton film di ruang keluarga. Mereka menonton film komedi yang disalurkan dari handphone Rena. Saat sedang asyiknya menonton, handphone Mama Rena berdering dan menunjukan satu nama yang sangat mereka rindukan, yaitu Papa.

Mrs. Erika segera saja menerima telpon dari suaminya itu.

“Papaaa,” Rena menjerit senang.

"Aaa kangen Papaaa mau meluk Papaaa," ucap Rena menatap Papanya dengan sendu.

Semua yang ada di sana terkekeh melihat gadis remaja yang begitu rindu akan Papanya. Sudah biasa bagi Rena jarang bertemu papanya meskipun hingga bertahun-tahun. Tapi, bukan berarti rasa rindu dan ingin berjumpa memeluk erat itu tidak ada, bukan?

Dulu, saat dirinya masih kecil, tak sekali dua kali dia menangis merindukan Papanya. Merasa cemburu dan iri pada teman-temannya yang selalu diantar sekolah oleh Papa sedangkan ia diantar oleh Pak Asep.

Ya, meskipun seluruh yang ada di rumah besarnya itu ssuah dianggap keluarga, tapi tetap saja berbeda bukan rasa kasih sayang nya? ada sebuah hal yang lebih jika pada keluarga yang benar-benar keluarga itu.

“Besok kita bertemu, ya?” Rena sontak saja menjerit kaget dan menatap Mamanya sambil memeluk dengan erat.

“Rena bakalan jemput Papa ke bandara!” ucap Rena dengan mantap.

“Rena tetap harus sekolah! Papa janji pas pulang sekolah yang jemput Rena itu Papa.” Rena menggelengkan kepalanya tak mau. Dia ingin menjemput Papanya dan menjadi orang pertama yang memeluk papanya.

Mereka terkekeh namun tetap melarang Rena bolos sekolah. Apalagi kakeknya sudah berbicara tidak. Siapa lagi coba yang bisa melawan kakeknya itu?

“Janji ya!” Rena mengacungkan jari kelikingnya dan di balas anggukan serta jari kelingking lagi oleh Papa.

Ah Rena tak sabar untuk menunggu hari esok dan segera memeluk papanya dengan erat. Pokoknya Rena akan mengajak Papanya pergi ke manapun untuk berjalan-jalan sampai larut malam.

Memang benar ya. Rasa rindu itu ada karena terpisah oleh jarak. Rasanya ingin sekali untuk mendekat pada orang terkasih lalu memeluknya dengan erat.

“Pa, anak kita ternyata banyak yang suka lho. Dulu sama tetangga, kemarin sama temennya, terus di buku diarynya siapa, Kek?” celetuk Mama Rena yang membuat Rena tersenyum malu.

Aduh! Kenapa bisa terbahas tentang ini sih? Mereka gak tahu aja kalau dirinya harus terlibat pertengkaran dengan temannya karena masalah cinta ini.

"Mamaaa," Rena merajuk malu dan menyembunyikan mukanya di pelukan sang mama. Merea semua tertawa karena berhasil membuat remaja yang biasanya cuek akan masalah cinta itu kini tersipum malu.

°°°°°

Rena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang