4. ❣Ending Scene(n)❣

184 136 4
                                        


13-04-2019



Perlahan aku membuka mata. Cahaya matahari langsung menyilaukan sinarnya. Aku mengerjapkan mata beberapa kali sampai akhirnya mataku terbiasa untuk melihat sinar kembali. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

Kamar rumah sakit? Aku bertanya-tanya sendiri. Mendadak, kepalaku pusing. Sekelebat ingatan langsung terputar seperti film di dalam kepalaku. Benar, aku kecelakaan. Aku menatap tangan, keduanya dibebat perban. Sepertinya, tulangku patah karena kecelakaan itu. Aku berusaha mengerakkan jari tanganku yg terasa kaku.

Tiba-tiba, pintu ruang rawatku terbuka. Ibu masuk ke dalam. Wajahnya menunduk, mata sayu, pipinya cekung.

Ibu ada apa denganmu? Tanyaku dalam hati. Ibu benar-benar terlihat sangat lelah. Saat melihat kearah ku, wajah ibu yg semula suram berubah menjadi cerah. Ia berlari ke arahku dan memeluk erat.

"Yerin-ie syukurlah....akhirnya kamu membuka mata." Ibu terlihat benar-benar bahagia. Sebenarnya, aku sudah 'tertidur' berapa lama sehingga membuat ibu begitu bahagia sampai-sampai menitikkan air mata yg begitu banyak?






❣Ending Scene (n)❣






"Tidak ada masalah dgn anak ibu. Setelah ini, dia hanya harus mengikuti beberapa terapi untuk pemulihannya. Kecelakaan ini tidak akan menggangu apapun." kemudian, dokter itu pun keluar dari ruang rawatku. Aku menghela napas lega, syukurlah kalau aku baik-baik saja. Syukurlah kalau aku selamat dari kecelakaan maut itu.

"Ibu benar-benar takut ketika mendengar kabar kamu kecelakaan." ibu mengusap pipi ku pelan. Aku tersenyum kepada ibu. Aku sendiri tidak pernah menyangka akan selamat dari sebuah kecelakaan yg begitu hebat.

Ibu bilang aku koma selama hampir tiga tahun. Ibu bilang saat di bawa kerumah sakit, keadaaku sangat parah. Dokter sampai harus mencari donor darah ke rumah sakit lain karena persediaan di rumah sakit ini dan pusat darah sedang habis. Aku di beri transfusi darah hingga berkantong-kantong. Namun, keadaanku tak kunjung membaik. Akhirnya, dokter memutuskan untuk mengoperasiku. Saat itulah, para dokter itu menemukan jika ginjal ku sobek. Belum lagi, terjadi komplikasi si dalam otakku.

Saat ibu menceritakan hal itu, aku memegang perutku sendiri. Menyentuh bagian kulitku yg di jahit. Cerita belum selesai sampai di sana. Kaki ku nyaris harus di amputasi. Namun, dokter berhasil menyelamatkannya. Sekarang, aku harus menjalani terapi untuk memulihkan kondisi kaki kiriku tersebut. Dan, kedua tangan ku yg mengalami patah tulang.

Meski cerita yg ibu ceritakan itu cukup mengerikan, aku bersyukur karena masih bisa membuka mata hari ini. Ibu bilang, meski luka-luka ku sangat serius, aku tidak mengalami pendarahan otak dan tidak mengalami trauma pada otakku sehingga kemungkinan aku bisa selamat dari maut cukup besar.

"Bu, Taehyung ke mana?" Tiba-tiba saja, aku teringat pada Taehyung. Aku baru sadar Taehyung tak ada di sini. Apakah Taehyung sudah meninggalkanku karena ia pikir aku tidak akan mungkin sadar? Ataukah ia.......? Aku segera menepis semua prasangka buruk tersebut. Aku dan Taehyung sudah berjanji akan selalu bersama. Jadi, aku tidak perlu takut ia akan meninggalkanku.

Ibu tidak langsung menjawab pertanyaanku. Beliau malah terdiam, seperti memikirkan sesuatu. Melihat ekspresi ibu yg ganjil, aku jadi merasa khawatir. Tuhan, tolong jawab aku, Taehyung tidak mungkin meninggalkanku, kan? Taehyung dan aku akan selalu bersama selamanya,kan?

"Taehyung sedang sibuk. Ia bilang tidak bisa datang untuk menjenguk mu dalam waktu dekat."
Aku menatap ibu dengan pandangan curiga. Nada bicara ibu sedikit ganjil.

❣Ending Scene(n)❣ |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang