"Yerin, kalau aku tidak dapat menepati janji kepadamu tidak apa, kan?" aku mengelus tangan Yerin. Dua minggu berlalu tubuhku semakin lemah. Aku semakin tak berdaya menghadapi penyakit ini. Dan semakin lama, aku semakin tak mengenali tubuhku sendiri.
Ini mungkin yg terbaik.
Ketika tubuhku semakin melemah dalam waktu singkat, aku jadi berpikir tentang hubunganku dengan Yerin. Baru sebentar saja, tubuhku sudah melemah seperti ini, bagaimana satu bulan mendatang, satu tahun mendatang, atau sepuluh tahun mendatang? Jangan-jagan, aku hanya tinggal nama di dunia ini.
Akhirnya, aku membuat keputusan.
Keputusan yg sangat berat. Keputusan yg mungkin mebuatku dan Yerin sangat menderita.
Aku sudah memutuskan untuk pergi selama-lamanya dari hidup Yerin. Aku tidak akan menemui Yerin lagi. Aku tidak akan menghubungi Yerin lagi. Aku akan membuat Yerin menganggap seakan aku sudah tidak ada di dunia ini.
Menyakitkan? Tentu saja
Tapi, apa yg dapat kulakukan? Aku terlalu mencintai Yerin dan aku tidak ingin ia menderita karena berpacaran dengan laki-laki penyakitan seperti aku. Lelaki yg mungkin tidak akan hidup lebih dari satu tahun lagi.
Lalu, aki memutuskan menemui Yerin untuk yg terakhir kali.
"Yerin, aku minta maaf kalau telah mengkhianati janji kita. Aku minta maaf karena akhirnya kita tida bisa bersama untuk selamanya." Air mataku mulai tumpah dan membasahi tangan Yerin.
Hatiku kembali terasa sakit.
Padahal, aku sudah merangkai masa depanku bersama Yerin. Ia memang belum kuceritakan tentang rencana tersebut. Tapi, aku sidah merangkai semuanya di dalam kepala. Aku sudah merencanakan akan menjadikan Yerin istriku dalam waktu tiga tahun kedepan. Tentu saja kami akan menjadi pasangan suami istri paling mesra yg pernah ada.
Kini, semua angan-angan itu tinggal kenangan.
Aku sudah tidak mungkin mewujudkannya lagi, meskipun sangat ingin.
❣Ending Scene(n)❣
"Kamu tidak apa-apa, kan?" perawat masuk ke dalam ruanganku dan menancapkan selang infus pada tanganku. Hari ini hari pertama kemoterapi ku.
"Santai saja. Kamu akan di bius, jadi tidak akan terasa menyakitkan."
Tentu saja tidak terasa menyakitkan, sus. Terasa menyakitkannya kan bukan kemoterapinya, tapi efek dari kemoterapi itu sendiri. Aku menjawab dalam hati sambil tersenyum kecut.
Perlahan-lahan, kesadaranku mulai hilang.
Tak lama, kesadaranku mulai kembali lagi dan saat itu ibu sudah duduk di samping meja ranjang sambil menatapku dengan wajah iba.
Aku menatap ibu dan tersenyum. "Aku baik-baik saja,bu. Jangan menatapku seperti itu." kataku sambil tersenyum. Bukannya tenang, ibu justru bangkit dari duduknya dan segera memelukku.
"Maafkan ibu, Taehyung-ie. Maafkan ibu karena terlalu sibuk mengurus hal-hal tak penting sampai tidak menyadari kamu sakit." ibu menangis tersedu-sedu. Mendengar tangisan itu, tubuhku terasa bergetar. Aku merasa sangat sedih karena sudah membuat ibu menangis seperti ini.
"Ini semua bukan salah ibu." aku mulai terisak. Air mata ibu telah menggugah hatiku dam membuatku mengeluarkan butir-butir bening dari mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
❣Ending Scene(n)❣ |End|
Novela JuvenilSelama kamu merasa kesepian aku harap kamu menemukan seseorang yg lebih mencintaimu dari dirimu sendiri, maaf karena orang itu bukan aku, sangat sulit untuk melakukan itu~ Kim Taehyung Tolong jangan mengatakan hal itu, kamu tahu itu akan lebih membu...
