9. ❣Ending Scene(n)❣

120 102 6
                                    

"Oppa, ini ada kiriman surat lagi dari bibi." Eunha muncul dan berlari menghampiriku dengan penuh semangat. Ia mengacung-acungkan selembar amplop. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

Ah, iya. Keluargaku tidak pernah benar-benar pindah. Kami hanya mencabut telepon dan menyuruh tetangga untuk mengatakan kebohongan tentang keluarga kami. Sebenarnya, keluargaku kurang setuju dengan usulku. Tapi setelah aku memohon berulang kali, akhirnya mereka menyerah dan menuruti kemauanku tersebut.







❣Ending Scene(n)❣










"Hei." aku tersenyum ketika melihat sahabat lamaku datang dan menemuiku. Aku sudah lama sekali kehilangan kontak denganya dan tiba-tiba saja ibu bilang Jaehyun akan pindah ke Seoul untuk menjadi ceo dan ingin bertemu denganku.

"Kamu baik-baik saja, kan? Kenapa jadi sekurus ini?" tanyannya sambil bercanda.

Aku membalasnya dengan sebuah cengiran. "Bagaimana lagi? Setiap malam, aku selalu memuntahkan isi perutku. Sekarang, beratku hanya empat puluh kilo." ujarku, ya. Beratku sekarang benar-benar empat puluh kilo. Turun tujuh belas kilo selama beberapa bulan terakhir. Hanya beberapa bulan saja, aku sudah turun tujuh belas kilo. Bagaimana tahun-tahun mendatang? Tubuhku sudah tidak terbungkus daging kali, ya?

"Ah, aku dengar kami diterima di perusahan Jung, ya? Belum jadi Ceo?"

"Aku masih tahap latihan, aku di simpan beberapa bulan ini di departemen kantor. Kamu sendiri?"

Departemen kantor? Berarti Jaehyun sekantor dengan Yerin. Berarti, aku bisa minta tolong kepada Jaehyun untuk mengawasi Yerin selama berada di kantor dan melapokkannya kepadaku.

"Aku sekarang tidak bekerja, Jaehyun. Lagi pula, mana mungkin aku pergi kuliah dengan tubuh seringkih sekarang?" tanyaku. Jaehyun tersenyum padaku. Senyum ganjil yg sulit ku artikan maksudnya.

"Ah, iya. Kamu kerja di bagian departemen kantorkan? Boleh aku minta tolong?" aku menganti topik pembicaraan.

"Apa pun itu, selama aku bisa melakukannya, aku pasti akan membantumu, ko." jawab Jaehyun kepadaku.

"Tolong awasi gadis bernama Yerin."

Jaehyun mengeryitkan dahi dan menatapku bingung. "Yerin? Siapa dia?"

"Kami ini ingin tahu sekali, ya?" ujarku. Jujur, aku sedang tidak ingin berbagi kisahku yg cukup menyedihkan kepada orang lain, meski kepada sahabat dekatku sekalipun.

"Kalau tidak mau memberitahuku, ya sudah. Aku tidak akan membantumu untuk mengawasi perempuan itu." jawab Jaehyun.

Aku mendesah pelan sambil menatap Jaehyun dengan sebal. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencrritakan semuanya secara detail kepada Jaehyun.

"Baiklah." Jaehyun akhirnya menyerah. "Aku hanya harus mengawasinya, kan? Tapi hati-hati lho, nanti dia malah jatuh cinta kepadaku." Jaehyun mengedipkan sebelah matanya dengan genit. Membuatku bergidik ngeri.

"Nggak masalah kalai dia jatuh cinta kepadamu. Aku malah bersyukur kalau dia tidak lagi memikirkan diriku." kataku dengan wajah muram.

"Kamu jangan mengatakan hal seperti itu. Kita baru bertemu lagi setelah sekian lama, kenapa kamu malah berubah jadi orang yg muram seperti ini?" Jaehyun merangkul bahuku dengan penuh semangat.

Jaehyun benar-benar tidak berubah. Dia masih seceria terakhir kali aku bertemu dengannya.

"Oh iya, ngomong-ngomong kamu lapar tidak?" tanyaku sambil melirik jam yg menempel pada dinding.

Jaehyun nyengir sambil memegang perut. "Aku belum makam sejak pagi. Aku buru-buru datang ke sini setelah tiba di Seoul dan lupa kalau aku belum mengisi perut."

❣Ending Scene(n)❣ |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang