10. ❣Ending Scene(n)❣

130 100 2
                                    

Bulan demi bulan berlalu dengan cepat, sampai akhirnya aku bertemu dengan penghujung bulan desember. Aku mendorong kursi roda, menghampiri kalender yg ku gantung pada sudut ruangan. Jari jemariku menunjuk tanggal demi tanggal ke depan.

"Sepertinya, aku butuh pulang." kataku sambil mendesah.

Keadaanku berubah naik turun dengan sangat cepat. Pada awal-awal sakit, aku merasa lebih sering sehat dibanding sakit. Namun, beberapa bulan belakangan aku merasa lebih sering sakit di banding sehat. Bahkan, aku pernah tidak dapat bangun dari tempat tidur selama dua minggu.

Belakangan ini, saat tidur, aku sering mendengar seseorang terisak. Aku tahu itu adalah ibu. Mungkin, ibu sudah tidak tahan melihat keadaanku yg semakin memburuk. Apalagi, belakangan ini aku semakin lemah dan semakin sering muntah-muntah.

Karena keadaanku semakin buruk, aku semakin jarang menulis di buku harian. Aku juga sudah mulai jarang membalas surat-surat yg Yerin kirimkan dengan rutin. Aku hanya membacanya dengan keadaan setengah tertidur tanpa memiliki kekuatan untuk membalas surat tersebut.

Semakin hari, aku semakin kesepian.

Menghilang dari kehidupan banyak orang ternyata tidak seenak yg kubayangkan. Seharusnya, dulu aku tidak menghilang seperti ini dan berani mengatakan yg sejujurnya kepada Yerin.

Tapi, sekarang sudah terlambat.

Satu tahun berlalu dengan cepat dan aku sudah tidak dapat melakukan apa pun.

Jaehyun rutin mengunjungi ku setiap minggu untuk menghibur. Tapi, itu semua tidak cukup. Aku membutuhkan Yerin. Aku membutuhkan senyumannya. Aku membutuhkan sorot matanya yg teduh setiap kali memandangi diriku. Aku membutuhkan gadis itu di sampingku.

"Payah!" saat aku sedang termenung, Jaehyun tiba-tiba saja membuka pintu kamar dengan kasar. Aku terlonjak kaget dan menatapnya dengan garang.

"Kamu ingin aku membuatku kena serangan jantung?! Dokter kemarin bilang aku mengalami komplikasi pada jantung."

"Maaf." Jaehyun langsung menghampiriku dan memohon maaf berulang kali.

Aku tertawa. "Bercanda kali. Bukan jantungku kok yg mengalami komplikasi, tapi paru-paruku. Jadi, aku tidak akan kena serangan jantung seperti yang tadi aku katakan."

Jaehyun mengelus dada. "Kamu benar-benar membuatku terkejut, Taehyung." katanya. "Kalau kamu benar-benar terkena serangan jantung karena perbuatanku barusan, bisa-bisa bibi tidak memaafkan ku seumur hidup."

Jaehyun ini bisa saja bercandanya.

"Kamu kenapa lagi? Yerin?" tanyaku.

Ah, iya. Jaehyun jatuh cinta kepada Yerin dan sejujurnya aku sangat mendukung hal itu. Apalagi, Jaehyun tidak pernah menutupi apa pun dari ku tentang perasaanya tersebut kepada Yerin.

Setidaknya, kalau akhirnya aku tidak bisa dapat di sembuhkan, aku bisa menitipkan gadis yg paling ku cintai kepada seseorang yg aku percaya.

"Tadi akhirnya aku mengatakan kalau aku suka sama dia, tapi dia langsung memukul meja dengan kesal dan meninggalkanku sendirian."

Aku tertawa. Ternyata Yerin bukan gadis yg mudah ditaklukan. Berarti, aku dulu beruntung sekali dapat menaklukan hati gadis itu.

"Kamu pasti memakai cara-cara konyol lagi seperti yg selama ini kamu lakukan."
Jaehyun langsung memberengut. Sepertinya, kata-kataku benar.

"Ah iya, tadi kamu bilang paru-parumu terkena komplikasi? Kamu serius?" tanya Jaehyun dengan mata terbelalak. Dasar, saking semangatnya menceritakan kebodohannya, ia sampai tidak mengindahkan kata-kataku.

❣Ending Scene(n)❣ |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang