Aku Juli, sedangkan dia Maret. Kita bertemu di bulan Juli.
Singkat, namun membekas. Itulah kisah kita.
-Julia Putri Maharani-***
Aku bersyukur bisa dipertemukan dengan mu. Pria dingin, berhati hangat.Dan, aku sangat bersyukur bisa duduk berdua sembari menatap senyum indah yang kau ukir di bibir mu.
Simple, hanya sebuah senyuman, bisa membuatku begitu beruntung.
"Kenapa? Ada yang salah sama muka aku?" pertanyaannya itu membuat ku terkekeh.
"Nggak, kok," jawab ku singkat.
Jujur, pertama kali aku bertemu dengannya. Aku sudah berpikiran buruk tentangnya. Bukan tanpa alasan aku berpikir seperti itu.
Dia cuek, pendiem dan jarang ngomong. Dan, karena dia seperti itu, aku menilainya sebagai orang jutek dan gak asik. Namun, nyatanya aku salah. Dia terlalu baik untuk aku miliki.
"Kamu kenapa liatin aku gitu amat?" lagi-lagi pertanyaan-nya membuat ku tersenyum.
"Aku beruntung, ya. Bisa liat kamu tersenyum, ngomong panjang lebar, dan bisa sedekat ini dengan kamu," ucap ku jujur. Dia menyengrit bingung.
"Maksudnya?" Aku tidak menjawab pertanyaan-nya itu. Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis.
"Permisi, ini mie ayamnya sudah jadi. Silah kan dimakan," ujar penjual mie ayam sembari meletakan dua mangkok mie ayam ke meja.
"Syah, asal kamu tau ya. Mie ayam Pak De ini, mie ayam Favoritenya aku sama temen-temen aku," ucap ku kepada Ansyah.
Selama kita makan, Ansyah lah yang paling cerewet diantara aku dan dia.
Aneh. Diantara aku dan Ansyah, aku lah yang paling cerewet. Namun, suasanya kini terbalik.
Aku bahkan seperti tidak mengenalnya. Ansyah yang aku kenal begitu dingin, kini berubah menjadi sosok orang yang begitu hangat.
Seketika raut wajah ku berubah menjadi sedih. Dan itu disadari oleh Ansyah.
"Kamu kenapa Li? Kok sedih?" Aku diam sembari menatap Ansyah.
"Satu minggu lagi kamu udah selesai prakerin. Dan, itu artinya ...." aku mengalihkan pandangan ku ke bawah. Enggan rasanya untuk melanjutkan ucapan ku.
"Kamu enggak usah khawatir. Aku akan tetap ngabarin kamu setelah kita berpisah nanti," tutur Ansyah untuk menenangkan aku. Seolah-olah Ansyah mengerti apa yang kini sedang aku rasakan.
Rasanya ingin sekali menghentikan waktu sejenak. Menikmati angin malam yang dingin sembari duduk berdua menikmati semangkuk mie ayam favorite.
Rasa takut kehilangan yang sudah menyelimuti jiwa dan raga. Rasanya enggan untuk melepaskan.
Kamu, iya kamu. Aku ingin selalu bersama mu tanpa harus dengan kata berpisah.
Juli. Satu kata yang penuh makna dan spesial dihidup ku.
***
Rah🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli [On Going]
Teen FictionAku Juli sedangkan dia Maret. Kita bertemu di bulan Juli. Ceritanya singkat, namun membekas. Itulah kisah dari perempuan biasa yang bernama Julia Putri Maharani dengan pria dingin bernama Pratama Juliansyah. Bertemu dengan sosok pria dingin seperti...