Saya harap bukan hanya masa lalu kita saja yang sama. Tapi masa depan kita juga. Sama-sama bahagia dan melengkapi satu sama lain menjadi ikatan Cinta.
—Es batu bernyawa—
***
Setelah adegan debat yang dilakukan dua sejoli yang memiliki sifat bertolak belakang ini, akhirnya harus di pending dulu karna waktu sudah menunjukan bahwa semua orang merdeka dari tugasnya masing-masing. Jam makan siang.
Semua karyawan bergegas keluar dari ruangan yang cukup luas ini untuk mengisi perut mereka yang sudah minta di isi.
Ketika yang lain berlomba-lomba keluar untuk makan siang. Juli malah masih asik dengan komputernya. Walau terkadang matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata karyawan perempuan yang sedang memandangnya tidak suka. Apalagi mengingat kejadian di mana ia tanpa malu bermain Tik-Tok di jam kerja.
Bukan Juli namanya jika tidak melakukan sesuatu yang membuat orang menggeleng kepala ketika melihat kebrobokanya. Itulah Juli. Dengan sifat yang sulit di tebak.
"Si Ansyah emang aslinya gitu ya orangnya?" Itu adalah suara Bang Jo. Seketika indra pendengaran Juli menajam saat nama Ansyah disebut-sebut.
"Gitu gimana, Bang?" tanya Galang yang tidak mengerti dengan pertanyaan Bang Jo.
"Pendiem dan suka menyendiri. Kek gak mau sosialisasi sama sekitar. Kek nutup diri gitu," balas Bang Jo. Galang diam. Dirinya sedang mencerna ucapan Bang Jo.
Arjun mengangguk setuju dengan ucapan Bang Jo. Selama dirinya PKL di sini, hanya Ansyah saja yang jarang berinteraksi dengannya. Walaupun dirinya selalu bersama pria itu.
Juli yang mendengar obrolan tentang Ansyah hanya bisa diam dan berpura-pura sedang sibuk dengan komputernya.
Entah mengapa ada rasa tidak Terima ketika Ansyah dibicarakan seperti itu. Walaupun itu fakta.
Bang Jo, Arjun dan Galang pergi meninggalkan ruang desain grafis. Mereka bertiga pergi menuju kedai mie ayam yang ada didekat Star Media.
Juli menghela nafas. Sungguh, hari ini begitu sangat menyebalkan dan berhasil membuatnya badmood.
***
"Lo kenapa Nad? Ada masalah?" tanya Juli ketika mendapati Nadine sedang duduk melamun di atas ranjangnya.
Nadine menunduk. Seketika air matanya menetes tanpa izin. Terdapat luka yang tersirat di matanya.
Juli memeluk Nadine dari samping. Dan meninggalkan drama Korea kesukaannya yang sedang ia tonton tadi di laptopnya.
Dirinya tau. Saat ini Nadine sedang ada masalah. Namun Juli juga tidak mau memaksakan dia untuk bercerita padanya. Cukup memberi dukungan melalui pelukan hangat.
Nadine menangis sembari memeluk tubuh mungil Juli. Sehingga membuat bajunya terkena ingus milik Nadine. Tak apa, asalkan itu membuat Nadine sedikit lega.
"Li," sebut Nadine. Tangisnya sudah mulai mereda. Dan kini Nadine melepaskan pelukannya dari Juli.
Juli menunggu Nadine melanjutkan ucapannya. "Daniel minta break. Bahkan dia minta putus sama gue. Gue gak tau Li, ada apa sama dia. Kenapa dia tiba-tiba minta putus sama gue. Apa dia udah bosen sama gue? Jadinya dia minta udahan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli [On Going]
Genç KurguAku Juli sedangkan dia Maret. Kita bertemu di bulan Juli. Ceritanya singkat, namun membekas. Itulah kisah dari perempuan biasa yang bernama Julia Putri Maharani dengan pria dingin bernama Pratama Juliansyah. Bertemu dengan sosok pria dingin seperti...