17 - Flashback

19 5 14
                                    

Cerita kita benar-benar singkat padat dan jelas, seperti ucapan mu.

***

Nadine mendekati Juli. Sedaritadi Juli hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Semenjak pulang dari pantai ia berubah drastis. Menjadi lebih pendiam dari biasanya.

Jika Juli sudah menjadi pendiam seperti ini pasti ada masalah. Ia yakin itu. Atau jangan-jangan Juli kerasukan setan pantai lagi? Wah bahaya kalau itu benar-benar terjadi.

"Nad gue lagi pengen sendiri. Lo bisa pergi dari sini?" mohon Juli.

Nadine mengangguk. "Apapun masalah yang lagi hadepin semoga lo bisa bersikap profesional, Li."

Juli mengangguk mengerti. Seharusnya ia tidak mencampur adukan masalah pribadi dengan prakerin. Mau gimana pun ia harus profesional, bukan?

"Akhirnya selesai juga," gumam Juli. Tanpa sengaja tatapannya bertubrukan dengan mata elang milik Ansyah.

Juli kesal dengan Ansyah karena dia berhasil membuatnya jatuh hati untuk kedua kalinya. Dan Juli kesal karena Ansyah ternyata tidak peduli sama sekali dengannya. Bahkan dia tidak menjelaskan apapun mengenai kejadian di pantai.

Juli melangkah mendekati Ansyah. Ansyah yang melihat Juli mendekatinya hanya menatap Juli dengan tatapan datar.

"Aku mau ngomong," ujarnya singkat. Namun bukannya menjawab ucapan Juli, Ansyah mengangkat satu alisnya keatas.

Juli berdecak kesal. "Ansyah," lirih Juli dengan mata yang penuh harap.

Ansyah mengehela napas pelan. Lalu detik selanjutnya ia mengangguk. Dan, mereka mencari tempat yang pas agar tidak terdengar oleh siapapun.

"Mau ngomong apa?" tanya Ansyah to the point.

"Siapa cewek yang kemarin sama kamu di pantai?" Itu adalah pertanyaan yang ingin Juli lontarkan kepada Ansyah. Namun sayang dirinya hanya bisa diam tanpa mau berbicara.

"Kalau gak penting, aku tinggal. Banyak hal yang harus di urusin," sentak Ansyah membuat Juli mendongak.

"Kemarin kamu kemana?" tanya Juli.

"Nganterin Bunda ke rumah sakit," jawabnya membuat Juli tersenyum miring.

Apa tadi katanya? Nganterin bundanya? Shit! Jelas-jelas ia melihat Ansyah dengan perempuan lain di pantai kemarin. Bahkan, ia pun sempat mengobrol dengan perempuan yang bersama Ansyah.

Juli tidak bodoh. Udah tau ketahuan, masih aja ngelak. Dasar cowok! Batin Juli.

"Nganterin Bunda atau kencan ke pantai," sarkas Juli.

Ansyah mengerutkan dahinya bingung. "Aku beneran nganterin Bunda ke rumah sakit kemarin karena Bunda aku drop. Kamu kali yang mesra-mesraan sama cowok di pantai," sangkal Ansyah.

"Nggak, ya. Jelas-jelas kamu yang batalin janji sama aku karena urusan penting. Eh, gak taunya malah pergi ke pantai sama cewek lain. Apalagi pura-pura nggak kenal sama aku," sindir Juli.

Ansyah yang mendengar ucapan Juli sukses membuatnya tersulut emosi.

"Jangan pernah ngarang cerita buat nutupin kebusukan lo bangsat!" Pertahanan Ansyah untuk tidak berkata kasar sudah roboh. Dari semalam ia sedang menahan emosi dan amarah. Apalagi mengingat foto yang dikirim oleh seseorang kepadanya. Dalam foto itu terdapat Juli dan seorang laki-laki sedang berpelukan di pinggir pantai. Begitu romantis bagi siapa saja yang melihatnya.

Juli [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang