2 - Berpisah

215 78 175
                                    

Pergilah, dan kejar lah mimpi mu. Aku akan menunggu mu di sini, hingga kamu kembali membawa perasaan yang berbeda, Cinta.

***

Tubuh mungilnya terasa ada yang sedang menggerakanya. Hingga membuat tidurnya agak begitu tidak nyaman.

"Li. Bangun," ujar Ara yang berusaha untuk membangunkan adiknya ini.

Ara benar-benar kesal kepada adiknya ini. Sudah beribu satu cara untuknya agar Juli bangun dari dunia mimpinya itu. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Tidak ada tanda-tanda bahwa Juli akan bangun.

"Lia, bangun," kata Ara sekali lagi. Namun, hasilnya tetap nihil.

Sabar Ara, sabar. Kamu harus butuh ekstra sabar untuk menghadapi orang seperti adiknya ini.

Benar-benar ngebo, pikir Ara.

***

Tiga puluh menit lagi pesawat yang ditumpanginya akan Take off. Namun, gadis itu masih belum keliatan. Atau memang dia sengaja untuk tidak datang? Entahlah.

Novi mengernyit bingung setelah menatap anak semata wayangnya seperti sedang mencari seseorang.

"Kamu lagi nyari siapa sih Arga?" tanya Novi kepada anak satu-satunya itu.

Arga mengalihkan pandangannya kepada sang Mama. "Lia mah. Kok dia dari tadi nggak keliatan. Dihubungin juga nggak bisa."

Novi juga baru sadar jika gadis itu sedari tadi tidak terlihat di antara teman-teman Arga. Padahal dia adalah sahabat kecil dari anaknya.

Dan, di sini sudah banyak teman-teman Arga yang datang untuk mengantarnya ke bandara.

"Apa kalian berdua lagi berantem?" tanya Novi kepada Arga putranya.

Arga menggeleng. "Kita ngga lagi berantem, Ma."

Apakah Juli lupa jika hari ini adalah hari keberangkatannya ke London.

Ahh. Bagaimana ini? Apakah ia akan pergi begitu saja tanpa adanya ucapan perpisahan dari sahabat kecilnya itu.

Juli, datanglah. Waktu ku sudah tidak banyak lagi. Hanya ada waktu dua puluh menit.

"Hai!" sapa seseorang, hingga membuat Arga menoleh.

Alya. Orang itu ternyata Alya, perempuan yang sangat ia cintai.

Perasaan kahwatirnya mendadak berubah menjadi perasaan senang, di kala gadis itu datang.

"Juli mana? Kok nggak keliatan," tanya Alya sembari menelusuri pandangannya ke seluruh penjuru bandara.

"Aku juga bingung, dari tadi aku hubungin nggak bisa-bisa," balas Arga yang masih intens menatap Alya, gadis pujaannya.

***

"Gara-gara Kak Ara sih. Jadinya aku telat deh buat nganter Kak Arga ke bandara," tuduh Juli membuat Ara geram sendiri. Bisa-bisanya ia menuduh dirinya atas kesalahan ya sendiri. Sungguh adik gada akhlak, pikir Ara.

Juli [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang