13 - Bukti

41 7 26
                                    

Janji harus ditepati. Demi menuruti hati, aku rela menurunkan gengsi untuk menjadi bukti.

***

Arga tertawa saat melihat ekspresi menggemaskan dari Juli. Rindu yang menyelimuti dirinya dari kemarin pun sedikit terobati.

Ini kali kedua mereka dipisahkan. Namun, pada kenyataannya mereka dipertemukan kembali. Seperti definisi jodoh. Sejauh apapun kamu pergi pasti akan kembali juga.

Entahlah, hanya Tuhan saja yang tahu, Apakah mereka berjodoh atau tidak. Kita lihat saja endingnya seperti apa nanti.

Juli menyudahi video call dengan Arga karena dirinya sudah mengantuk dan tidak bisa tidur terlalu malam. Mengingat besok pagi dirinya masih harus berangkat prakerin.

Juli terkejut saat melihat pesan masuk yang ternyata dari Ansyah tiga puluh menit yang lalu. Namun, detik selanjutnya ia tersenyum. Ternyata Ansyah membuktikan ucapannya.

Semenjak, kejadian dimana Juli meminta pembuktian dari Ansyah dia mulai merubah sikapnya menjadi lebih manis kepada Juli. Dan, lebih dingin kepada semua perempuan yang hendak mendekatinya.

Tidak mau berlama-lama Juli pun membuka pesan dari es batu bernyawa nya itu.

Es Batu Bernyawa : udh mlm tdr. Bsk msh PKL. Jngn tlat klau nggk mau kna tgur dri pmbmbng.

Huftt. Ternyata Juli salah. Nyatanya Ansyah masih suka dingin kepadanya. Lihat saja, pesan yang dikirim oleh Ansyah bisa membuat mata Juli sakit karena telah membacanya. Harus mempunyai bakat khusus untuk menerjemahkan arti dari isi chat tersebut. Dan, untungnya Juli sudah Pro perihal menerjemahkan pesan chat yang bisa membuat semua mata sakit.

Beruntung sekali Ansyah jika bisa mendapatkan seorang Juli anak dari Bapak Juanda Megantara ini. Bagaimana tidak? Jika perempuan lain yang menerima pesan tersebut pasti sudah ngomel-ngomel tidak jelas karena matanya sakit melihat isi pesan dari Ansyah itu.

Oke, baiklah. Lebih baik dirinya tidur dan hanya membaca pesan dari Ansyah tanpa berniat membalasnya.

***

"Li, si Ansyah ngapain pagi pagi ke sini? Lo habis buat masalah sama dia?" tanya Nadine. Pasalnya tiba-tiba Ansyah datang pagi pagi sekalih ke rumah.

Juli mengangkat bahunya acuh. Dirinya pun sebenernya tidak tahu, ada perihal apa tiba-tiba Ansyah datang pagi pagi ke rumahnya.

Ansyah mulai mendekat ke arah Juli dan juga teman-temannya yang hendak masuk ke dalam mobil milik Juli.

Ansyah bersalaman dengan Mang Kodir dan Juga Bi Imah yang sedang berdiri di dekat Juli dengan sopan. Tindakan Ansyah yang seperti itu membuat Bi Imah kagum. Ternyata di jaman yang sudah maju ini masih ada anak yang mempunyai tata krama dan juga sopan santun, pikir Bi Imah.

"Waalaikumsalam, Den Ansyah." Dengan ramah Bi Imah menjawab salam dari Ansyah.

"Ngapain lo pagi pagi ke sini? Ada yang kebawa lagi sama gue?" tanya Juli pada Ansyah.

"Jemput."

Juli tidak mengerti dengan ucapan Ansyah pun mengernyit bingung. Apa tadi katanya? Jemput?

"Cie Juli dijemput bebebnya. Ihir, udah sanah lo berangkatnya bareng Ansyah aja. Biar gue sama Melinda berangkat bareng Mang Kodir," goda Nadine.

Juli [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang