5 - Gadis Manis

94 33 40
                                    

Manis dan Humoris dengan senyum tipis, aku suka.

***

Semenjak kejadian kemarin di toilet, entah kenapa aku menjadi tertarik dengan gadis manis nan menggemaskan itu.

Senyum yang selalu ia tampilkan seperti tak ada beban sedikitpun yang ia pikul.

Mataku seolah terhipnotis dengan senyumannya. Seperti ada magnet yang menyuruhku untuk mendekatinya.

Manis dan humoris mungkin itu cocok untuk menggambarkan sifat dari siswi asal Jakarta itu.

Rambutnya yang hitam panjang dan bergelombang. Kulit putih dan hidung mancung. Membuatnya begitu menarik di mataku.

"Ansyah!" sentak Lala sehingga membuat Ansyah terkejut.

Aku menoleh ke samping dengan menampilkan wajah datar. Dia terlihat begitu sangat kesal. Dan aku? Hanya diam dan tidak perduli.

Aku kembali pada kegiatan ku. Sedangkan Lala si gadis menyebalkan itu ia terus saja mengoceh tanpa henti.

Aku melirik jam tangan ku yang menunjukan bahwa aku harus pergi untuk menjalani ibadah sholat Jumat.

Aku beranjak dari tempat duduku. Lala yang melihat aku berdiri dan bersiap-siap untuk pergi dari sana pun bertanya, "Mau kemana?"

"Sholat Jum'at," jawab ku singkat lalu pergi meninggalkan Lala dari tempat duduknya.

Saat aku ingin melangkah keluar dari ruangan Animasi, tiba-tiba aku harus berhadapan dengan dia, si gadis manis.

Perempuan yang ku ketahui bernama Julia Putri Maharani. Gadis yang terang-terangan tidak menyukai ku. Gadis yang kemarin berbicara dengan ku di depan toilet. Iya dia orangnya. Dia yang mampu membuat ku tidak fokus dan tidak bisa berfikir lurus.

Dia menatap ku begitu tajam. "Minggir! Gue mau lewat."

"Coba aja," jawab ku singkat.

"Ansyah. Yuk berangkat," ajak Galang yang tiba-tiba muncul dan merusak moment. Shit.

Aku melirik gadis itu. Ternyata dirinya masih setia menatap ku. Lalu pandangan ku beralih pada Galang. Lalu aku mengangguk mengiyakan.

Sebelum aku melangkah pergi menyusul Galang, aku membisikan sesuatu kepada gadis itu. "Manis dan Humoris dengan senyum tipis, aku suka."

Setelah membisikkan kalimat tersebut, seketika raut wajahnya berubah menjadi merah.

"Dingin dan ngeselin, mungkin itu nama yang cocok untuk cowok kaya lo," pekik gadis itu, sehingga membuat ku tersenyum simpul.

***

Galang bergidik ngeri saat melihat Ansyah yang sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Astagfirullah, segitu cintanya kamu sama dia? Sampai edan kaya gini?" kata Galang.

Ansyah menjitak kepala Galang sehingga sang empu mengadu kesakitan. "Kalau ngomong itu disaring dulu. Jangan asal jeplak aja," sungut Ansyah dan Galang hanya nyengir.

"Woy kenapa pada diem aja di sini. Ayok berangkat, entar telat." Itu suara Arjun yang tiba-tiba dateng dengan wajah songong nya.

Galang dan Ansyah hanya diam sembari menatap Arjun. "Woy! Lu berdua budeg apa gimana? Ayo, tunggu apa lagi. Udah mepet nih waktunya."

Setelah Arjun berucap seperti itu, mereka bertiga keluar dari gedung Star Media dan pergi menuju masjid yang tidak jauh dari tempat prakerin mereka.

Juli [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang