15 - Duet

24 7 21
                                    

Jangan terlalu merasa bahagia. Bisa saja ini awal dari rasa kecewa dan luka.

***

Galang menatap Ansyah dengan tatapan bertanya. "Kamu mau kemana, Syah?"

Ansyah yang sedang berdiri di depan cermin pun menoleh ke arah Galang yang sudah tiduran di ranjangnya.

"Jalan," ucapnya singkat.

Galang mengerutkan dahinya seolah bertanya. Ansyah yang melihat ekspresi wajah sahabatnya hanya menghela napas berat. "Sama Juli," kata Ansyah singkat.

"Kencan gitu maksudnya?" tanya Galang. Ansyah tidak menjawab pertanyaan Galang, ia hanya mengangkat bahunya acuh.

Ada rasa kesal bercampur bahagia saat melihat Ansyah yang seperti itu. Dia kesal karena Ansyah masih cuek dan mungkin selalu cuek dengannya. Namun Galang juga bahagia saat tahu sahabatnya yang memiliki sifat es batu itu ternyata sudah mulai membuka hatinya untuk memulai cerita baru.

Galang melangkah ke arah Ansyah. "Aku harap kamu ngga ngecewain Juli. Dia orang baik. Banyak yang suka juga. Jangan sampai kamu kehilangan orang kaya dia," tutur Galang.

Kali ini Ansyah yang menatap Galang dengan tatapan bertanya. Galang yang melihat tatapan Ansyah hanya tersenyum simpul. "Kalau cinta ya dikejar dan pertahankan. Tapi kalau cuman buat pelampiasan dan mainan, aku harap lepaskan. Masih banyak yang tulus sama dia soalnya. Contohnya ... Arjun," kata Galang seraya menepuk bahu Ansyah lalu dia melangkah keluar dari kamar Ansyah.

Ansyah masih diam dan mencerna ucapan sahabatnya itu. Dirinya masih belum mengerti. Entah kemana otak jeniusnya saat ini. Pernyataan yang dilontarkan oleh Galang berhasil membuatnya berpikir secara keras.

Namun saat Ansyah masih diam di tempat Seraya menunduk tiba-tiba Galang kembali dan menatap ke arah Ansyah. "Jangan bengong mulu. Kasian Julinya udah nunggu lama," ucapnya lalu pergi dari kamar Ansyah.

***

Juli saat ini sedang bersiap-siap untuk jalan keluar bersama Ansyah. Sebenarnya ini adalah permintaan dirinya untuk pergi berdua bersama Ansyah. Meskipun dirinya tidak tahu mau pergi kemana.

Satu minggu lagi Ansyah sudah selesai prakerin. Kemarin guru pembimbing prakerin Ansyah, Galang dan Lala datang ke Star Media untuk memberitahukan bahwa pada akhir bulan Juli mereka sudah selesai prakerin. Dan itu adalah berita buruk untuk Juli.

Sebab itu, Juli mengajak Ansyah jalan-jalan berdua. Karena jika nanti Ansyah sudah tidak lagi prakerin ia takut tidak ada lagi waktu untuk berdua. Apalagi mengingat Ansyah sudah kelas dua belas. Tidak menutup kemungkinan bahwa Ansyah akan disibukkan dengan ujian dan segala macamnya.

"Cie yang mau kencan," goda Nadine membuat Juli tersenyum malu.

"Bentar lagi ada yang mau official nih. Jangan lupa pajak jadiannya," canda Melinda.

Juli yang mendengar ucapan para sahabatnya itu hanya bisa berpura-pura cuek dengan merapihkan make up nya. Padahal asal mereka tahu, saat ini Juli sedang menyembunyikan rasa malu bercampur gugup. Seumur-umur dirinya tidak pernah merasakan hal seperti ini.

"Udah kali ngacanya. Udah cantik, kok." sindir Melinda membuat Juli mengerecut bibirnya.

"Non, Lia ada Mas Ansyah di depan," kata Bi Imah yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.

Juli [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang