Melepaskan mu adalah caraku melupakan mu
***
Drttt
Bunyi notif dari ponsel terus saja berbunyi. Namun, sang empu enggan untuk membuka nothif tersebut.
Mata indahnya itu menatap sebuah kalender yang berada diatas meja dekat tempat tidurnya.
Tanggal yang tak ingin ia nantikan.
Lalu tatapannya beralih ke jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya. Jam dinding tersebut menujukan pukul sembilan pagi. Rasanya enggan sekali untuk beranjak dari ranjangnya itu.
Drttt
Lagi-lagi ponselnya berbunyi. Dengan terpaksa ia meraih ponselnya itu. Membuka aplikasi WhatsApp yang ternyata sudah banyak chat dari temannya. Namun sayangnya, ia tidak membuka chat tersebut dan malah mematikan ponselnya, lalu ia meletakan kembali ke tempat semula.
***
"Nad, si Juli kemana sih. Kok, dari tadi gua hubungin nggak bisa," keluh Melinda kepada Nadine yang sedang sibuk mengurusi kegiatan graduation kelas dua belas. Karna dia bagian dari pengurus OSIS.
"Gua malah baru ngeh kalau si Juli dari tadi nggak keliatan," ucap Nadine yang baru saja menyadari bahwa sahabatnya itu dari tadi pagi tidak keliatan di sekolah.
"Yaudah Nadine, mending lo fokus aja sama acara graduation. Soal Juli, mending kita bahas nanti aja," ujar Melinda kepada Nadine.
Nadine mengangguk mengiyakan ucapan Melinda. Lalu ia melanjutkan kegiatanya dan meninggalkan Melinda di koridor sekolah.
Melinda sangat khawatir dengan sahabatnya itu, Juli. Seharusnya moment seperti ini ia datang. Karena bukan apa, hari ini adalah hari terakhir ia bertemu dengan pria yang ia suka.
"Lo dimana sih, li. Jangan bikin gue khawatir, dong," gumam Melinda.
***
Tok-tok ....
"Siapa? Kak Ara, Mama atau Ayah?" tanya perempuan ini kepada orang yang mengetuk pintu kamarnya.
Mendengar pertanyaan Juli barusan. Melinda yang merasa mengetuk pintu kamar Juli pun menjawab, "Ini gue Melinda sama Nadine. Bukain pintunya, cepetan."
Juli pun melangkah menuju pintu kamarnya. Setelah pintu terbuka, Melinda dan Nadine langsung masuk ke kamar Juli dan menuju ke ranjang Juli yang empuk itu.
Juli hanya menggeleng pelan setelah melihat kelakuan kedua sahabatnya ini. Benar-benar nggak ada akhlak.
Juli menatap kedua sahabatnya. "Kalian ngapain sih kesini?"
"Kenapa emangnya? Nggak boleh?" sanggah Nadine. Juli hanya memasang wajah datar, dan lebih baik ia melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda.
"Li. Lo kenapa nggak ke sekolah?" pertanyaa Melinda hanya dijawab dengan gelengan. Ia enggan membahas masalah ini. Menurutnya itu tidak penting.
Ahh. Ada apa ini? Kenapa ia seperti ini? Entahlah.
"Juli! Pengin gua gantungin lo ke pohon tomat, hah! Ditanyain bukanya jawab malah diem," kesal Nadine yang merasa pertanyaan Melinda dan dirinya itu tidak didengar oleh Juli.
Juli meletakan Novelnya kesamping, dan menatap kedua sahabatnya. "Gua lagi males ke sekolah. Apa lagi sekarang lagi ada graduation kelas dua belas, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juli [On Going]
Teen FictionAku Juli sedangkan dia Maret. Kita bertemu di bulan Juli. Ceritanya singkat, namun membekas. Itulah kisah dari perempuan biasa yang bernama Julia Putri Maharani dengan pria dingin bernama Pratama Juliansyah. Bertemu dengan sosok pria dingin seperti...