Chapter 5 : Hari itu

11.7K 1.3K 376
                                    

         Jika aku mengatakan bahwa semua ini sulit sambil menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika aku mengatakan bahwa semua ini sulit sambil menangis. Akankah semuanya menjadi lebih baik?

[Jonghyun ft. Taeyong - Lonely]

🥀🥀🥀

Entah mengapa sekarang suasana begitu mencekam. Sangat mencekam. Terutama teruntuk Renjun yang sangat merasa bahwa kehadirannya membuat hubungan sepasang suami-istri ini merenggang.

Jaemin sedari tadi hanya diam dan duduk di depannya tanpa berniat mengatakan apapun. Jeno beberapa kali berusaha mencegah keheningan yang mencekam dengan melontarkan kata candaan yang tidak berguna.

Taeyong dan Jaehyun telah kembali ke rumah hangat mereka beberapa menit yang lalu. Dan dalam menit-menit itulah suasana mencekam ini terjadi.

"Jaeminie."

Entah sudah kali keberapa nama Jaemin tersebut dari suara khas sang suami. Jaemin nampak masih enggan berkutik dan mengatakan sesuatu.

Renjun menunduk semakin dalam setelah mencuri pandang pada pria manis di hadapannya. "Maafkan aku. Aku benar-benar tidak memiliki niat apapun."

Jaemin mengedipkan kedua matanya lagi. Dengan senyuman tipis yang tidak bisa dimaknai apapun. "Cantik Jeno. Pilihan eomma benar-benar luar biasa."

Renjun tersentak. Ia memandang Jaemin dengan kedua mata yang menampakan binar tak percaya. Jaemin menumpu pahanya di atas paha lainnya. Matanya tak lepas dari pria manis di hadapannya.

"Namamu Renjun bukan? Kudengar kau melakukan ini untuk ibumu yang sedang sakit di China."

Jaemin tersenyum. Matanya mengerjab sebelum beralih ke Jeno yang berada disampingnya. Jaemin langsung memeluk lengan kekar suaminya dan menyenderkan bahu nya di bahu lebar tersebut. Matanya tak lepas dari Renjun yang kini memalingkan muka secara perlahan.

"Terima Kasih karena tanpa sadar kau telah menolong kami, Renjun-ssi."

"Ah, iyaa.. tentu."

Renjun tidak memandangnya sama sekali. Nampak takut angkat muka. Karena ia sendiri tidak tau harus berlaku seperti apa ketika pandangannya harus bertemu pada sepasang suami istri yang memandangnya lekat.

"Kapan?"

Suara itu kembali bersuara. Memecah pekat kecanggungan yang menjadi jarak di antara ketiga orang di ruang tamu yang sunyi.

"Huh?" Jeno bersuara. Memandang wajah istrinya yang tidak terlalu nampak karena tengah bersender di bahu lebarnya.

"Kapan kalian akan melakukannya?" Tidak ada senyuman disana. Wajah Jaemin begitu serius dan sorotnya mata masih memandang setiap gerak-gerik pria manis yang akan bermalam dengan sang suami.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang