Kesalah pahaman

86 57 18
                                    

Hari ini Velin pulang dengan Ojek online, bukan dengan sepedahnya. Sebab Andi melarangnya untuk tidak banyak beraktifitas dulu, Andi merasa bahwa Velin masih kurang sehat, namun Velin memilih diam dan merasakannya sendiri. Andi tau, belom buka tipikal anak yang lebih mementingkan urusannya sendiri. Itulah yang membuat Andi kagum pada anak angkatnya, Velin.

Velin membaringkan tubuhnya begitu saja, Velin merasa bahwa hari ini hari yang cukup melelahkan. Di tambah lagi dengan ocehan-ocehan Meira serta April yang mengatakan bahwa sekolah heboh dengan ucapan yang di katakan oleh Bima malam itu yang sempat membuat Velin bungkam.

Velin meraba-raba tasnya mencari benda pipih yang sedari tadi berbunyi. Drettt..drettt.. Dan... Yah, Velin menemukan satu nama yang sudah membuat harinya cukup lelah.

"Hal-hallo" ucap seseorang di sebrang sana.

"Hmm?" Jawab Velin sekenanya.

"Gue minta maaf. Gue gak bermaksud kayak tadi. Maafin gue ya Vel"

"He'eh"

"Gue peng-pengen ngajak lo keluar bisa?"

"Bisa-bisa aja sii'

"Gue jemput jam 07.39 Gimana?"

"Boleh" jawabnya tanpa berfikir panjang.

"Oke Vel, siap-siap yang cantik ya hehehe"

Velin malas menanggapi perkataan orang di sebrang sana. Velin hanya menurut dengan apa yang di katakan orang tersebut.

Velin kembali bergeming tanpa di sadari matanya menutup rapat, nafasnya berhembus dengan halus, dan kini sedang berdamai dengan alam mimpinya.

***

"Bi siti, kalo papa pulang, bilang Velin ijin keluar ya sama temen Velin," ucap Velin pada salah satu pembantu di rumahnya yang biasa di sebut dengan sebutan 'bi'

"Siap neng. Itu neng Velin udah cantik mau kencan sama pacarnya ya? cantik banget neng hehe," puji bi Siti sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Ah bibi bisa aja. Yaudah Velin berangkat yah bi.. Dadaaah." pamit Velin terburu-buru karena waktu yang dijanjikan sudah hampir terlewat.

Dan di dalam sana bi siti berteriak, "hati-hatiiii neng." Velin menanggapinya dengan senyuman.

Velin menghampiri tempat di mana sudah terparkir motor besar berwarna hitam. Velin tersenyum saat sudah berada di depannya.

Berbeda dengan yang ada di hadapannya. Cowok itu terbengong-bengong saat melihat Velin dari atas hingga bawah. Matanya sedikit memicing menatap Velin, dan langkahnya dimajukan sedikit, hingga jarak di antaranya sedikit menipis.

"Ngap-" belum sempat Velin bertanya apa yang di lakukan cowok di hadapannya, cowok itu lerlebih dahulu menutup mulut Velin. Dan Velin hanya bisa diam.

Saat mereka berdua sedang berada dalam kesibukannya. Mereka menoleh ke sumber suara yang di dengarnya seperti sebuah barang yang jatuh.

"Bim?"

Ya Itu Bima. Bima sudah berada sebelum sesuatu yang di lihatnya tadi terjadi, yang di anggap sangat menyebalkan, dan sedikit menyakitkan perasaannya.

"Bim. Ini gak kayak yang lo liat," ucap Velin meyakinkan Bima.

Bima mundur beberapa langkah lalu berbalik sambil berlari. Velin yang melihat itu mencoba mengejar Bima, namun sebuah tangan kekar mencegah lengan Velin agar mengurungkan niatnya.

Velin menghempaskan dengan kasar tangan itu.

"Jangan cegah gue Kak, Bima lebih berharga dari apapun buat gue!!" Ucapnya lalu meninggalkan cowok itu sendirian. Dan lebih tepatnya Rendi. RENDI VIERZA ANGGARA, kakak dari sahabat Velin sendiri, Bima.

Flassback..

Bima sengaja untuk datang ke rumah Velin dengan sedikit membawa makanan kesukaannya. Martabak keju. Bima lebih memilih memarkirkan mobilnya jauh dari halaman rumah Velin. Bima melangkahkan kakinya dengan senang hati.

Namun saat ia melangkahkan kakinya menuju pagar rumah Velin. Bima tak sengaja melihat adegan yang di rasanya bahwa itu tidaklah mungkin!! Martabak keju bawaannya terjatuh begitu saja. dadanya terasa sesak.

"Bim?" Panggil Velin saat mendengar suara sesuatu yang jatuh, lalu menemui Bima yang sedang berdiri di situ.

"Bim. Ini gak kayak yang lo liat," Ucap Velin panik.

Namun saat itu juga, bima memilih untuk pergi meninggalkan Velin serta Rendi yang masih diam tak menyangka.

"Biiimm!!!" Panggil Velin yang sudah merasa lelah mengejar langkah Bima yang terlalu cepat.

"It-itu gak ka-yak yang lo li-at bim!!" ujar Velin dengan suara yang terbata bata mencoba menghirup oksigen sebanyak banyaknya. Sepatu nya ia tenteng dengan kedua tanga, Kini ia terduduk lemas.

"Lo-salah-li-at biimm," katanya kini dengan sedikit tangisan yang di dengar Bima.

Bima memilih diam mendengarkan semua yang di katakan Velin tanpa berbalik menatap Velin.

Velin berusaha berdiri untuk menghampiri Bima, di tariknya tangan Bima dengan erat.

"Lo kenapa si kayak gini? Emang salah ya?" Tanya Velin jail.

"Ya-ya salah lah," jawab Bima dengan nada sedikit meninggi.

"Salahnya di mana?" Tanya Velin lagi yang kini sudah berdiri di sebelah Bima.

"Lo udah nyakitin perasaan gue secara gak sengaja!!" Ucapnya yang membuat Velin langsung menoleh pada Bima.

"Nyakitin? Dalam rangka apa gue sampe nyakitin lo?" Velin sedikit terkekeh dengan jawaban Bima.

Nyakitin katanya?nyakitin apanya? emang gue sama dia apa sampe dia bilang gue nyakitin dia? Monolog Velin.

Bima hanya diam. Dia begitu malu saat mengatakan hal yang tanpa Bima sadari sendiri perasaannya telah terungkapkan.

"Yaudah. Gue minta maaf, Kak Rendi cuma ngajak gue jalan doanh. Gara-gara tadi gak sengaja ngebasahin rambut gue," jelasnya Velin yang menurut dirinya sudah cukup detail.

"Terus?"

"Nabrak," Bima yang mendengar jawaban Velin melirik sinis seperti rasa kesalnya yang sudah tingkat dewa.

"Terus kenapa tadi lo kiss kissan di depan sama kak Rendi?" Tanya Bima dengan beraninya.

"Kiss?" Tanya Velin dan Bima hanya berdeham.

"Kiss? buset, Dia tuh tadi benerin anting gue, tadi tuh anting gue nyangkut di rambut." kini tawa Velin meledak dengan cepat.

"Gak usah ketawa!! Gak ada yang lucu vel, Gue balik." ucap nya lalu pergi meninggalkan Velin sendirian yang masih berdiri mematung sambil menatap kepergian Bian yang mulai menghilang dari pandangannya.

VelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang