Setelah beberapa hari Lia bergabung bersama sahabat Velin. Lia nampak mulai terbiasa dengan canda tawa keenam teman barunya. Sebenarnya si bukan teman baru, hanya saja yang baru adalah rasa kepeduliannya terhadap keenam orang ini. Mungkinkah ada sesuatu yang ingin Lia lakukan dengan bergabung pada Velin? Semua merasakan perbedaan sikap Lia saat sebelum dan sesudah bersama kelima sahabat Velin.
Kadang Lia sengaja berhenti dan berdiri di depan kelas nya yang jaraknya hanya bersebelahan dengan kelas milik Velin, untuk sekedar memastikan apakah ia datang ke sekolah? Atau justru tidak? Mungkinkah Lia datang di kehidupan Velin untuk mendapatkan Bima?
"Lia? Ngapain?" Ucapnya yang membuat Lia sedikit gelagapan. Bagaiman tidak? Secara tidak langsung ia sudah tertangkap basah menatap Bima. Seperti seorang pencuri saja bukan?
"Ah, itu tadi gue mikir-mikir gitu kayak berasa ada yang lupa aja hehe" jelasnya.
"Ouh" beo April.
Lia terus menatap Bima yang masih fokus dengan setiap kata-kata yang di keluarkan Bu ega, guru Bahasa Indonesia kelas 11 IPA1.
Tunggu!! Kalian pasti pernahkan berfikir 'bukannya Velin sekelas ya sama Bima?'
Jadi sejak 3 bulan yang lalu. Entah apa penyebabnya, Velin dan Meira di pindahkan ke kelas 11 IPA2. ada sedikit rasa kecewa dalam lubuk hati Bima yang paling dalam.
Setelah dicari tahu oleh Bima, Velin dan Meira di pindahkan karena murid di kelas 11 IPA1 sudah menyimpan banyak murid cerdas. Jadi wali kelasnya menggunakan sistim barteran. Hal itu terjadi sebelum Lia pindah ke sekolah ini.
"Bim, gue takut si Lia Dateng ke kita cuman ada maunya doang"bisik Fahmi yang duduk satu meja dengan Bima.
"Gosah soudzon. Gak Bae" jawabnya enteng.
"Dih ngeyel bangetsi si Abang satu ini"
Bima yang mendengar itu hanya mendengus.
Bu ega mengucapkan salam saat pelajarannya berhenti di karenakan bel istirahat berbunyi sedikit cepat.
"Eh tumben si Abel bunyi cepet" ujar Aden, cowok absurd yang di kenal sokap (so akrab) dengan semua murid.
Mendengar namanya di sebut, Abel pun dengan sewotnya tak terima "eh, ko Lo nyama-nyamain nama gue sama bel si? Gak nyambung Lo!!"
"Suka-suka gue dong, Abel, bel. Sama-sama punya embel-embel yang sama. Wlee"ejeknya sambil mengeluarkan lidahnya.
"Awasloo Aden. Gue cium Lo sampe gak bisa nappaaasss" teriak Abel dengan spontan nya. Aden yang tengah berlari karena takut Abel mengejarnya sontak berhenti. Begitupun dengan Bima dan Fahmi yang asik membahas soal gamenya ikut menatap Abel yang terlihat gugup saat ini. Semua mata tertuju pada Abel. "A-apa? Gue bercanda doang yah. Gausah halluuuu" katanya sambil menatap Aden dengan sinis.
Aden yang masih mematung setelah di tinggalkan Abel and the geng. Lia yang mendengar ucapan Abel yang spontan tadi hanya terdiam sambil memikirkan kata-kata Abel tadi, berani Skali dia bicara begitu? Pikir Lia.
Bima dan Fahmi pun menghampiri Aden yang masih diam di ambang pintu. " Eh den. Beneran gak si si Abel gitu?" Tanya Fahmi menggoda Aden.
"Mana gua tau, palingan juga bercanda doang. Mana berani si dia ngelakuin kayak gitu, beraninya cuman di mulut doang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Velin
Teen FictionGak ada spoiler, kalo penasaran tinggal baca aja. -author cantik.