Kenyataannya

45 48 3
                                    


Velin kenapa dok? Velin baik-baik aja kan dok?" Namun sang dokter dengan bernametag Drs. Hilman Suripto hanya diam sembari menggeleng.

"Velin kenapa dok? Ada apa dengan Velin? Gak usah bertele-tele lah dok" ucap Bima dengan nada sedikit meninggi.

" Bim, Lo harus sabar sabar" kata Azril sembari mengusap pelan pundak Bima dan yang lain pun ikut menenangkan Bima sembari menunggu sang dokter memberitahu apa yang terjadi dengan Velin.

Keadaan semakin di buat penasaran. Bahkan Di antara mereka ada yang bergelut dengan giginya sendiri. Saking gregetnya menunggu jawaban sang dokter yang di anggap lebay seperti di film-film saja.

"Maaf nak Bima. Kami akan periksa lebih dalam lagi soal penyakit yang di idap oleh nak Velin" ucapnya yang membuat mereka terkejut.

"Penyakit?" Tanya Bima dengan cepat. Dan yang lain hanya bisa saling berpandangan.

"Ya. Yang kami ketahui saat ini hanya lah gejalanya saja. Menurut yang di rasakan Oleh Velin sendiri, ia mengatakan sudah seminggu ia merasakan gejala-gejala ini. Namun kami akan memeriksa lebih lanjut soal gejala-gejala ini"

"Memangnya gejala apa dok?"tanya Meira.

"Gejalanya geger otak"

Saat mendengar itu, semua teman-teman Velin seketika terduduk lemas tak terkecuali Bima. Mereka menangis, menumpahkan segala kesedihan mereka dengan apa yang terjadi oleh Velin. Bima segera mengusap air matanya dan berdiri meminta izin untuk memasuki ruang inap Velin, setelah mendapat izin, Bima berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar.

Saat sampai di dalam, Bima mendapatkan Velin yang tengah menatap ke jendela yang terbuka, yang memperlihatkan dedaunan yang jatuh sebab tertiup angin, awan yang di rasanya kini tak bersahabat, hitam kelam yang menandakan akan datangnya hujan.

Velin masih tak sadar akan kedatangan Bima yang sudah duduk di samping ranjangnya.

"Vel"panggil Bima.

Seketika Velin pun terkejut dan segera menoleh ke arah suara "Bima"

"Gue yakin, Lo akan sembuh Vel, gue juga yakin, ini cuman gejala, dan belum tentu akan terjadi"

"Makasih Bim, gue pun berharap seperti itu. Oh ya Bim, gue gak mau di rawat Bim, gue pengen sekolah" pinta Velin berharap di kabulkan.

"Iya. Tapi Lo bakal tetep berobat jalan nantinya, dan gue yang bakal slalu nemenin Lo" ucapnya halus sambil mengusap punggung tangan milik Velin, dan menciumnya. Velin yang di perlakukan seperti itu hanya bisa diam, karena ini bukan sekali dua kalinya Bima memperlakukan nya seperti itu. Lain dengan Meira, April, Azril dan Fahmi yang merasa di bohongi oleh mereka.

"Nih ya. kalo gak pacaran itu, pastinya mereka gak kayak gini, sahabat juga gak gitu-gitu juga kali" ucap Azril dengan sedikit nada meledek.

"Iya nih, gue yakin. Lo berdua itu saling suka kan? Tapi gak ada yang berani ngungkapin, kayak cerita di wattpad yang gue baca, judulnya tuh. Friendshit! Iya itu dia.sad anjir ceritanya" April yang mendengar penuturan Meira sedikit terenyuh. Tapi boong.

"Heh kutu kadal. Lo tuh ya, dimana-mana pasti ngomongin wattpad Mulu. Yang berfaedah dikit kenapa"kesal Azril yang langsung mendapatkan tatapan mati Meira, dan yang melihat mereka hanya tersenyum geli. Karena setiap mereka bertemu,slalu terjadi pertengkaran. Seperti hal nya sekarang ini?

***

Setelah di perbolehkan berobat jalan sambil menunggu hasil laboratorium Velin. Velin menghabiskan waktunya untuk terus bersama teman-temannya. Saat ia di perbolehkan untuk kembali sekolah oleh Bima, alangkah senangnya Velin sambil bertingkah kekanak-kanakannya meloncat-loncat di atas ranjang tidurnya yang tak begitu besar namun terlihat unik, sebab Bima lah yang menatanya. Velin benar, ia tidak salah memilih Bima menjadi sahabat sehidup semati nya. Bukan teman, tapi sahabat.

Soal keluarga Angkat Velin yang tak menyukai Velin berkawan dengan Bima? Tenang saja. Andi ayah angkat Velin slalu ada dan mendukung Velin bagaimana pilihannya. Dan soal Gejala penyakit nya? Tentu tak satupun ada yang tau selain kelima sahabat nya saja. Velin takut, jika mereka tau, mereka akan panik sepanik-paniknya. Jadi Velin memilih menyuruh teman-temannya untuk bungkam.

"Bim, gue haus Bim. Gue gak bawa minum soalnya" keluh Velin pada Bima saat jam istirahat di dalam kelas.

"Gue beliin dulu yah, Lo sini aja sma mereka" pinta Bima sembari mengajak kedua sahabatnya. Siapa lagi? Kalo bukan Mail dan fizi? Panggilan baru buat Azril dan Fahmi dari Velin, panggilan yang menyenangkan untuk sedikit membully. Velin sendiri tidak tahu, mengapa ia ingin sekali mengubah nama sahabatnya sendiri.

Di saat para kaum Adam ke kantin. Ketiga kaum hawa ini sibuk menggibah salah satu murid ke murid yang lain, kecuali Velin yang hanya mendengarkan tanpa mau ikut berbicara.

Di saat mereka tertawa terbahak-bahak karena suatu cerita yang di anggap receh, duduklah cewek dengan rambut pendek yang terurai halus sehalus kapas.

"Hai kalian" sapa nya saat ketiga nya terdiam menatap cewe dengan bernametag AMELIA KOKASINA. Murid pindahan plus blesteran cina. Yang memiliki kelainan jantung sejak kecil, itu saja yang di ketahui Velin serta teman-temannya yang lain.

"Ada apa ya Lia?"tanya Meira dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Gue boleh gak, mulai saat ini gabung sama kalian. Nongkrong bareng kalian, ini itu bareng kalian?" Tanya Lia perlahan sambil menautkan kedua alisnya. Setelah Lia bertanya seperti itu, ketiga cewek tersebut lalu saling bertatapan, seakan-akan bertanya'dia kesambet paan?' lalu dengan pasti Velin tersenyum sembari mengangguk. "Boleh ko Lia, Lo boleh gabung sama kita. Karena kita open-open aja orangnya"

Berbeda halnya dengan Meira dan April yang nampak tak terima dengan apa yang dikatakan Velin, tapi karena mereka tak ingin melihat Velin sedih, mereka pun menyetujui nya dengan terpaksa.

Tak lama, Bima dan yang lain datang membawa minuman serta makanan yang di niatkan untuk makan bersama di dalam kelas Velin. Dan ya, kelas Velin dan Bima terpisah, mereka tidak sekelas, Velin Meira, sedangkan Bima, April, Fahmi dan juga Lia berada di dalam satu kelas. Jadi Bima sudah lebih tau tentang Lia sebelum Velin yang mengetahuinya.

"Eh ada neng Lia" goda Azril. Sedangkan Meira tak terima dengan godaan Azril yang sebenarnya tertuju pada Lia. Dan Lia yang di perlakukan seperti itu hanya tersenyum manis walaupun agak sedikit canggung. Fahmi yang melihat itu hanya menyenggol lengan Meira yang bertujuan mengejeknya. Dan Meira hanya menggerutu dalam hati, entahlah. Meira sendiri tidak tahu kenapa dia seperti itu.

VelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang