Pintu yang menuliskan 'ruang tunggu' sudah di penuhi dengan isakan tangis yang menunggunya.
Fahmi yang masih sibuk dengan handponenya mencoba trus menerus menghubungi seseorang nyatanya slalu tak ada respon. Fahmi tak ingin membuang-buang waktu dan segera mengambil tas miliknya lalu pergi entah kemana. April yang melihat kepergian fahmi berniat untuk menyusul namun di cegat langsung oleh meira.
Semua yang di situ hanya menunduk serta berdoa berharap keajaiban degera datang. Walaupun ada di antara mereka yang menginginkan kabar buruk segera datang.
lama mereka menunggu akhirnya seorang laki-laki dengan jas serba putih dengan stetoskop yang di lepaskan dari telinganya dan di sampirkan ke lehernya datang, semua yang hadir menunggu ikut berdiri tak terkecuali Meira, April serta Azril yang sudah sembab akibat menangis terlalu lama.
"maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin namun,,, allah lebih sayang pada nak Velin" ucapnya penuh dengan rasa pasrah.
Semua yang ada di situ mencerit histeris terkecuali meira yang masih diam mematung, berasa mimpi bahwa sahabatnya telah pergi terlebih dahulu Meninggalkannya.
Langkahnya lambat laun maju, seperti ada yang ingin di bicarakan meira pada sang dokter, namun Azril memeluknya dan mengatakan "Velin lebih tenang di sana ra, tuhan lebih sayang sama dia" Entah kenapa meira tak bisa menangis saat itu juga.
Dalam keadaan berduka seorang suster berbisik pada sang dokter. Entah membicarakan soal apa, yang pasti ada sedikit raut kebahagiaan yang tercetak di bibir sang suster. Dan dengan gesit sng doker kembali menangani Velin. Pinti ruanganpun kembali di kunci rapat-rapat.
"Velin masih hidup ra, Dokter lagi nanganin dia" bisik Azril tepat di telinga Meira. Meira hanya diam.
"kita berdo'a yah, semoga Dokter bisa menangani Velin dengan Sebaik mungkin" Ucap Azril lagi dengan suara yang agak keras agar yang lain mendengarnya.
Kini posisi Meira duduk dengan badan yang masih didekap oleh Azril. Dapat meira rasakan dekapannya itu sangat tulus, seakan-akan hanya di sinilah ia mendapatkan kebahagiaan.
saat sedang mendekap Meira, Azril sadar cewek di depannya merasa tidak nyaman dengan perilakunya pada Meira saat ini. Dengan perlahan ia melepaskannya lalu mencoba menyentuh tangan mungil nan halus milik cewek di depannya. Namun nihil, itu tidak berhasil saat seseorang datang dengan terburu-buru dengan wajah yang menahan amarah. Tak sampai semenit seseorang muncul di belakang Fahmi. Ya Fahmi lah yang datang dengan wajah bak menahan amarah.
"lo kemana aja si Bim? Velin kecelakaan, dan lo gak ada disini. Di telfonin gak di angkat-angkat. Di chattin cuman di baca doang. Ada apasi sama lo? Hah?" tanya April dengan raut wajah kalah sarkasnya dengan wajah Fahmk saat ini.
"sorry, tadi hp gue di pegang Alin seharian"
"hah?apa kata lo? Alin?"
"iy-iya Alin"ucap Bima ulang.
"kelewatan lo Bim. hampir beberapa jam kita disini nunggu Velin berharap keajaiban datang trus lo seenak jidatlo ngabisin waktu sama Alin? Shit!!"
"udah pril. lo tenangin diri lo dulu, kita bahas masalah ini nanti oke? Ini rumah sakit, kita disini buat nunggu kesadaran Velin"ucap Fahmi menenangkan.
"tadi udah dapet kabar apa tentang Velin?" tanya Fahmi.
"Velin di nyatain meninggal" ucap Lia dari arah belakang Fahmi.
"fake" jawab Bima.
"dan dokter kembali lagi nanganin Velin saat suster ngebisikin sesuatu ke sidokternya"
Ada rasa bahagia di dalam lubuk hati Bima. Bima dengan gesit mengusap air matanya dan berharap kesedihan ini segera berakhir.
***
Saat sang dokter mengabarkan kabar yang sangat-sangag berbahagia, di situ mereka hanya butuh menunggu hingga Velin sadar saja. Sang dokterpun masih tidak percaya dengan keajaiban yang sekarang ada di hadapannya. Yang jelas-jeas pasie di depannya sudah di nyatakan meninggal namun seketika nyawa pasiennya itu kembali lagi. Bagaikan mimpi sang dokter sangat bersyukur, walaupun ikatannya hanyalah sebagai dokter dan pasien saja.suster yang membantu menangani Velin. tak kalah takjubnya. Mungkin tuhan sayang pada Velin dan membiarkan Velin menyelesaikan setiap tugas-tugasnya di bumi ini.
Tak sampai 1 jam Velin sadar. Matanya masih di rasa-rasa buram. Kepalanya pusing gak karuan, seluruh badannya berasa tak berdaya untuk bergerak. matanya seperti menolak untuk membuka dan menerima kenyataan bahwa ia masih hidup.
"hai Vel. Gimana? Udah enakan?" tanya April yang perlahan mendekati Velin dan mengambil duduk di sebelah ranjang Velin. Velin hanya mengangguk.
April masih dengan air matanya mencoba mengambil segelas air yang ada di nakas untuk di berikan pada Velin.
"Kita khwatir banget Vel sama lo" ujar Astrid yang posisinya sebagai ketua kelas di keas Velin. "gue kaget pas tau kabar kecelakaan lo dari grup kelas. Dan posisinya gue lagi Weekend bareng sama kelurga gue"seketika Astrid langsung mendekap Velin dengan Lembut.
"gue gapapa, gue cuman sakit badan aja"
"oh iya Vel, tadi pelaku yang nyoba nyulik lo lagi di rawat di ruangan sebelah, di jagain polisi juga" Ucap Fahmi. Dan Velin hanya mengangguk.
Di dalam ruang inap Velin masih hening. Belum ada tanda-tanda kebahagian. Sampai seseorang membuka suara "Ra, lo ngapain di situ? Lo gak mau peluk gue?" tanya Velin yang sadar sedari tadi Meira hanya diam tanpa ekspresi.
"raaa, lo kenapasii?" tanya Vani, teman sekelas Velin.
saat itu juga. Meira menangis sejadi-jadinya bak anak kecil yang menangis karena kehilangan mainan kesayangannya.
Semua yang melihat tingkah aneh Meira diam seribu bahasa, matanya masih pada satu objek yang tengah membuat semua orang yang ada di situ tak habis fikir. Meira sedari tadi tak menangis, namun saat Velin memanggil namanya ia justru menangis sejadi-jadinya.
"gue kira lo udah mati vel, terus ninggalin gue buat selama-lamanya hikshiks,, gue kira hiks lo bakhiks bakal ninggalin gue hiks hiks" mata Velin membulat sempurna. Ternyata inilah diri Meira yang asli? Meira yang slalu tampak cuek, Gampang emosian, Nyatanya lemah jika di tinggal Velin selama-lamanya?.
Semuanya tertawa terbahak-bahak di saat Meita justru bersedih. kesal, itulah yang di rasakan Meira saat ini. Teman-temannya seperti sedang berbahagia di atas penderitaannya.
Velin tersenyum lalu menarik lengan Meira ke dalam pelukannya dan berkata "gue gak bakal pergi kalo tugas gue di bumi ini belum selesai ra, termasuk bantuin lo supaya lo jadi orang yang bener" ucapnya seraya tersenyum dan lagi-lagi di tertawakan oleh teman-temannya yang lain. Meira tak ingin ambil pusing, yang jelas kini sahabatnya Velin masih hidup dan bernafas. Itu saja.Sebenarnya Dalam hati Velin kecewa, orang yang slalu ada di sebelahnya kini tak ada. kemana dia? Kenapa dia gak dateng jenguk gue? Apa dia belum tau kabar kecelakaan gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Velin
Teen FictionGak ada spoiler, kalo penasaran tinggal baca aja. -author cantik.