Bab 10

87 25 13
                                    

Part ini cukup berat guys.
.
.
.

****

"Elo ngomong apa Vi?" bisik Tiara penasaran.

Namun Via tidak menanggapinya. Ia malah menempelkan telinganya ke dinding agar lebih konsentrasi mendengar suara Gaza.

"Gini ya Roy. Sederhananya, setiap sesuatu itu ada porsinya. Allah itu kan Maha baik. Oleh karena itu Allah hanya akan menerima hal-hal yang baik juga."

"Ooow ...." Roy pura-pura mengangguk.

"Begitupun dengan semua keinginan lo. Keinginan lo yang baik-baik, dan minta ke Allah dengan cara yang baik, insya Allah terkabul. Tapi sebaliknya semua keinginan lo yang nggak baik, contoh ... sory ya, misal lo suka sama Tiara dan pengen nembak dia buat pacaran dan-"

Gaza menghentikan kalimatnya kemudian menatap Roy. Ia baru sadar kenapa jadi ikut-ikutan menyebut nama Tiara? Aneh, pikirnya.

Sedangkan Tiara dan Via sama-sama menahan nafas menunggu kelanjutan ucapan Gaza.

"Maksud gue, pacaran itu bukan jalan yang baik untuk mencintai seseorang. Gue, anak-anak rohis dan tentunya juga Tiara ... pasti punya pendapat yang sama bahwa pacaran termasuk salah satu keinginan yang tidak baik. Jadi kalo lo berdoa supaya dapat cewek untuk pacaran dan yang lo incar itu adalah cewek sholehah yang nggak mau pacaran, kayaknya bakal susah sih dikabulinnya. Allah pasti lebih sayang dan akan menyelamatkan cewek sholehah itu dari pada ngabulin keinginan lo."

Entah apa yang dirasakan oleh Roy, Tiara dan Via saat Gaza menyelesaikan ceramahnya itu.

Jujur, Roy tersinggung dan merasa tertampar. Tapi dia tidak pernah menganggap Gaza sebagai musuhnya. Ia terlalu mencintai sepupunya itu dari pada harus membencinya. Dalam diam, ada rasa segan dan kagum setiap dia bertemu dan berbincang dengan Gaza. Oleh karena itu, daripada memikirkan perkataan Gaza, Roy lebih memilih untuk memikirkan apa yang baru ia dengar tentang Tiara.

"Apa bener Tiara sekolot itu? Nggak mau pacaran meskipun sama gue yang macho nya na'udzubillah ini?" batin Roy penasaran.

Di balik dinding hijab, Via tampak termangu. Ia mecoba memahami apa yang baru saja Gaza katakan. Tapi ia masih belum bisa memahami kenapa cowok yang dia sukai harus Gaza? Kenapa ia harus jatuh cinta dengan cowok yang anti pacaran? Ini sangat menyulitkan baginya.

Tiara, meskipun pada awalnya ia tidak ingin mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh dua cowok ganteng di balik dinding hijab itu, namun karena namanya disebut di dalam obrolan mereka, mau tak mau ia pun melakukan hal yang sama seperti Via yaitu menajamkan pendengarannya.

Tersanjung? Ya Tiara merasa tersanjung dengan ucapan Gaza. Tapi bukan karena pandainya Gaza dalam berkata-kata. Bukan pula karena dalamnya pemahaman Gaza mengenai pacaran dalam pandangan Islam. Ia tersanjung karena Gaza secara tidak langsung menyelamatkan dirinya dari Roy yang tergila-gila padanya.

"Tapi Gaz, bukankah Allah udah menganugerahi kita rasa cinta. Terus masa salah gitu kalau gue menaruh rasa cinta yang gue punya ke cewek yang gue cinta?"

"Nggak salah Roy. Justru bagus ketika kita lebih memilih rasa cinta dibanding rasa benci yang ada dalam diri kita."

"Lah terus ...?"

"Hanya saja Allah menghendaki rasa cinta yang kita punya itu berada pada jalur yang Allah inginkan. Allah ingin agar kita menikmati cinta dengan cara yang halal. Karena Allah tidak ingin rasa cinta yang kita punya masuk pada jalur perzinahan."

Roy melongo sesaat. "Jadi menurut lo kalo gue pacaran, berarti gue udah berzina gitu?"

Gaza mengangguk pelan.

"Astaga Gaz, mana mungkin gue zina sama cewek-cewek di sekolah. Eh Gaz, biar kata gue dicap playboy, badboy, roomboy apa kek terserah, tapi gue jaaauh sama yang namanya seks. Elo mau bukti?"

"Na'udzubillah mindzalik," ucap Gaza pelan sambil melotot.

"Heh, gimana? Mau bukti?" tantang Roy sambil menaik-turunkan alisnya.

"Elo jadi ngeselin. Nggak malu apa kalau ada yang denger?"

"Nggak ada siapa-siapa juga kok. Tuh lihat, sepi cuma kita berdua," kata Roy dengan ekspresi sandiwaranya.

Perdebatan kecil mereka, berhasil membuat Via tertawa geli. Namun sebisa mungkin ia menahan suaranya. Jika tidak, maka rencana yang sudah disusun akan gagal berantakan.

"Gue nggak butuh bukti, bukan urusan gue juga. Asal lo tau Roy, zina bukan cuman untuk hal-hal yang lo maksud itu."

What!

"Jadi ada zina versi lain? Atau jangan-jangan di zaman modern seperti sekarang zina udah punya sepupu, gitu. Zina apa lagi sih syekh Gaza?"

Mendengar gaya bicara Roy yang super alay membuat Gaza sedikit muak. Kalau bukan sepupu ... ah sudahlah.

"Zina mulut saat lo pakai buat cium cewek. Zina mata saat lo pakai buat mandangin kecantikan cewek. Zina tangan saat lo pakai buat grepe-grepe cewek. Zina kaki saat lo melangkah buat ngapel atau ngedate sama cewek. Dan ... satu hal yang harus lo catet, semua itu bakal lo lakuin sama cewek yang statusnya belum halal buat lo apa-apain, ngerti lo!" tukas Gaza lugas dan tegas.

"Buset dah, ayang Gaza ngomongin zina aja udah kek kereta bawah tanah," batin Via terharu.

"Masya Allah. Gue nggak pernah denger Gaza ngomong panjang lebar nasehatin orang dengan cara yang luar biasa ini. Semoga kelak gue dapet jodoh yang kayak Gaza ... ups astaghfirullah! Ya Allah kok gue ngelantur!" Tiara menutup bibirnya setelah sadar bahwa dia baru saja berandai-andai tak jelas.

"Ok kalo menurut lo semua itu disebut zina. Berarti nggak masalah kan kalo gue pacaran sama Tiara asal nggak nyentuh dia. Gue juga nggak bakal ngedate sama dia ke suatu tempat. Dijamin pasti gue nggak bakal mandangin kecantikan dia dan nggak bakal grepe-grepe dia."

Mendengar Roy mengatakan itu malah membuat Tiara merasa takut dan khawatir. Nyentuh gue? Mandangin gue? Grepe-grepe gue? Dasar cowok brengsek!" kesal Tiara dalam hati.

"Pokoknya dijamin aman dari zina. Yang penting Tiara udah gue keep jadi milik gue biar nggak diambil sama cowok-cowok lain yang pasti lebih brengsek dari gue. Karena gue adalah cowok yang paling baik dari yang terbaik buat dia."

"Tck ...," Gaza tersenyum miring. "Elo bener-bener nggak nyerah buat nyari celah. Nih gue kasih tau ya, ada satu lagi jenis zina yang pasti gak bakal bisa lo hindari. Zina ini pasti bakal lo lakuin. karena dia adalah zina yang bisa nembus ruang dan waktu. Elo mau tau?"

Siap! Kali ini Roy benar-benar mati kutu. 😱

***

Terharu nggak dengerin Gaza ngomong...

Thanks banget atas feedback kalian yang udah mau baca, komen, vote dan share.

High School CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang