Bab 22

9 2 0
                                    

Yuhuuuu
Still waiting?
.
.
.

***

Hari sabtu adalah hari yang paling menyenangkan baginya. Karena ia bisa keluar rumah, melaksanakan kegiatan kesukaannya dan jalan-jalan ke tempat yang ia inginkan sepuasnya.

Seperti hari ini, setelah mengikuti kajian Muslimah bersama akhwat Rohis se-Jakarta pagi tadi, ia meminta izin kepada Umanya untuk mengunjungi toko buku dan taman kota. Alhamdulillah Uma pun mengizinkannya asalkan tidak pergi sendirian. Alhasil, ia pun mengajak Via untuk menemaninya.

Sekarang Tiara sedang menikmati cemilan siomay dan minuman Boba di taman kota sambil membaca bukunya.

Di sebelahnya, Via sedang mengaduk-aduk Boba dan sesekali menyedotnya.

"Belum selesai juga baca buku itu? Udah hampir 3 minggu loh," kata Via.

"Buku ini nggak seperti novel Vi. Bacanya harus diresapi agar paham sepenuhnya. Kalau ada yang belum paham, biasanya gue akan tanya langsung ke senior-senior di Rohis."

Via manggut-manggut mengerti sambil melahap sepotong Siomay.

"Oh ya, gimana kondisi lo? Udah fit banget berarti kan sekarang?" Tiara bertanya.

"Seperti yang lo liat. Fisik gue nggak diragukan lagi. Tapi hati gue, jangan ditanya. Urusan gue belum selesai sama adek kelas bangsat itu."

Tiara mencoba untuk memahami sahabatnya. Meskipun Via dan Mona sudah mengucap kalimat damai di ruangan BK waktu itu, tapi dendam kecil tetap masih ada.

"Gue masih ngakak kalau ingat lo Vi. Bisa-bisanya lo nyebut nama Gaza pas lagi di interogasi sama bu Jenni."

"Mau gimana lagi. Gue kan nggak pacaran sama Roy. Tapi mereka nuduh gue pacaran sama dia cuma gara-gara foto itu. Gue nyebut nama Gaza karena gue pengen negasin ke mereka kalau gue cintanya sama Gaza. Untung bu Jenni paham."

Tiara tertawa kecil melihat sahabatnya mengomel. "Eh ngomong-ngomong, selama ngedekem di rumah, lo ngapain aja?"

Via berpikir sejenak mengingat-ingat apa saja yang ia lakukan selama pemulihan tubuhnya di rumah.

Ting!

"Ya! Gue baru ingat!" jerit Via sampai membuat Tiara kaget dan menutup bukunya.

"Kurang nyaring dong Vi," nasehat Tiara yang hanya dibalas dengan ringisan malu.

"Lo ingat apaan? Cerita gih."

"Gue inget ... lo sama Roy chatingan kan beberapa malam kemarin. Dan lo katanya kena gombalan pamungkasnya," ujar Via dengan senyuman menyelidik yang mampu membuat orang lain ingin muntah kalau melihatnya.

Tiara menatap sahabatnya itu bingung. Berpura-pura tidak mengerti apa yang dia maksud. "Gue emang di chat sama dia. Tapi gue nggak kena gombalannya kok."

"Eleeeh jangan bohong lo. Orang gue baca chatingan lo sama Roy kok."

"Loh kok bisa?"

"Dia kan sohib gue."

Tiara tiba-tiba tertawa keras mengingat chat dia dan Roy beberapa malam lalu.

"Lo ngapa ketawa sih. Emang lucu ya?"

"Lo tau nggak? Waktu dia chat gue, gue udah ngerasa ada yang nggak beres. Gue juga sadar, setiap kalimat yang dia tulis mengarah ke sesuatu yang berbau gombal. Jadi gue berpura-pura polos, seolah-olah nggak tau. Terus gue ikutin aja alurnya. Dan bener kan, kalimat yang lo bilang itu adalah gombalan pamungkasnya dia, sudah gue tebak sebelum dia nulis," terang Tiara sambil terpingkal-pingkal.

High School CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang