Bab 13

76 15 11
                                    

Yeay
Balik lagi nih
.
.

****

"Jadi maksudnya, lo cinta sama Gaza dan lo bingung apa yang harus lo lakuin agar Gaza jatuh cinta sama lo?" tanya Tiara mulai mengerti.

"Ya ya ya." Via mengangguk girang.

"Bukannya lo tadi udah denger sendiri kalau Gaza nggak mau pacaran. Jadi, mau lo melakukan seribu cara apapun atau lo merubah diri menjadi Fatimah Rodhiyallahuanha sekalipun, itu nggak akan berhasil, Via."

"Gitu ya," ucap Via pasrah. Tiara mengangguk dan tersenyum miris.

"Tapi gue nggak akan menyerah Ra. Gue akan selalu berdoa biar Gaza mau membuka hatinya buat gue."

Gaza memicingkan matanya ketika mendengar kalimat itu. Ia mulai sadar bahwa Via sepertinya bukan tipe cewek yang gampang menyerah. Bahkan mungkin hampir setengah dari cewek-cewek di sekolahnya juga pantang menyerah untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kalo itu mau lo, ya gue cuman bisa kasih semangat dan goodluck aja."

"Makasih ya Ra atas dukungan lo. Oh iya Ra, lo nggak mau coba buka hati buat Roy?"

Glek.

Roy dan Gaza sama-sama menelan liurnya sendiri mendengar pertanyaan itu. Mereka penasaran namun sedikit berbeda dalam rasa.

Bagi Roy, ia sangat berharap ada jawaban positif dari Tiara yang bisa membuatnya mabuk dalam senyuman. Sementara Gaza, ia bahkan bingung harus merasa apa dan merasa bagaimana?

"Via ... Via. Gue nggak pernah nutup hati gue kok. Siapa aja boleh masuk. Tapi untuk urusan cinta apalagi pacaran, gue selalu bersihin hati gue dari cowok-cowok yang mencoba singgah."

"Maksud lo?"

"Maksud gue, setiap ada cowok yang gue kagumi dan berpotensi menjadi suka, gue langsung istighfar dan mengusir cowok itu dari hati gue."

"Bukannya itu sadis Ra!" komplein Via.

"Itu prinsip, bukan sadis."

Jederrr!

Roy kecewa mendengarnya. Tiara benar-benar tidak seperti apa yang dia bayangkan. Rasa-rasanya Roy akan menemukan jalan yang sulit dan membutuhkan perjuangan besar untuk bisa meluluhkan hati Tiara. Namun bagaimana mungkin ia akan berhasil mendapatkan Tiara, kalau baru mau masuk ke hatinya saja ia akan langsung diusir dan ditendang? Mengerikan.

Lalu bagaimana dengan Gaza? Apakah ia juga kecewa mendengar ucapan Tiara? Tentu saja tidak. Ia justru tersenyum bangga dengan kalimat yang baru saja Tiara ucapkan.

"Berarti lo pernah suka juga kan sama cowok? Karena dari ucapan lo tadi, hati lo pernah kemasukan nama cowok yang lo suka terus lo usir dia," cecar Via penasaran.

"Yap, bener. Itu namanya fitrah, Via. Mengagumi bahkan mencintai seseorang itu wajar. Tinggal bagaimana kita memenej perasaan kita agar kita tidak terlena oleh bisikan-bisikan syahwat. Makanya secara berkala kita perlu bersihkan hati kita, ok."

"Hemmm ... kalau gitu, kira-kira ada nama Roy nggak yang pernah mampir ke hati lo dan kemudian lo usir dia."

Ngeeeek!

Lagi-lagi Roy dan Gaza menelan ludah. Via benar-benar tak mengenal lelah untuk mengulik informasi dari Tiara.

"Kenapa lo nanya tentang Roy?" cicit Tiara heran.

"Ish, jawab aja kenapa sih? Lagian kan hati lo udah bersih sih siiiih. Jadi nggak ngaruh kan?"

Tiara tersenyum ragu. Ia merasa khawatir dengan jawaban yang akan ia ucapkan. Ia takut jika jawaban itu akan menyakiti seseorang.

"E ... Emm ...." Tiara menggumam mencoba untuk menjawab.

Roy tersenyum idiot, penuh harap. Ia tidak sabar menanti jawaban Tiara. Ia ingin tahu apakah selama ini Tiara juga pernah menyimpan rasa padanya. Jika memang pernah, Roy benar-benar akan merasa bahagia seperti belum pernah merasa bahagia sama sekali dalam hidupnya.

"Jawab aja Tiara. Nggak usah takut. Gue penasaran banget tau. Elo tega liat gue mati penasaran gara-gara gitu doang?" desak Via pantang menyerah.

Tiara pun tersenyum lembut dan kembali membuka mulutnya untuk berbicara. Namun,

"Gaz! Gaza lo mau ke mana?" pekik Roy panik karena tiba-tiba saja Gaza beranjak pergi.

"Gue mau ke kelas. Udah terlalu lama kita ngobrol di sini,"

"Tck, bentar aja lagi Gaaaz aduuuh," rengek Roy tidak rela. Ia bimbang, antara bertahan untuk mendengar jawaban Tiara ataukah pergi membujuk Gaza untuk tetap bertahan.

Akhirnya Roy memutuskan untuk menahan Gaza. Ia pun menghampiri Gaza yang kini sedang mengikat tali sepatunya.

"Gue baru sadar, nggak ada gunanya lama-lama di sini sama lo," ucap Gaza sambil berdiri bersiap untuk pergi. Namun dengan cepat Roy segera menggenggam tangan Gaza, bermaksud menahannya untuk tidak pergi.

"Elaah bentar aja kenapa sih? Lagian jam kosong kok. Mana ada guru di kelas." Roy berusaha membujuk.

Gaza melotot menatap tangannya yang digenggam oleh Roy.

~coo cuittt😆
~woi! Lo jan halu thoorr

Jebreeett!

Gaza melepaskan tangannya ke atas dengan keras. Ia tidak mungkin membiarkan Roy memegang tangannya lebih lama lagi. Bagaimana kalau ada orang lain yang melihat?

Nau'dzubillah mindzalik.

"Gaz, sedikit aja lagi Tiara mau jawab pertanyaan Via. Gue penasaran banget tau! Kira-kira dia pernah suka sama gue apa nggak?"

"Sorry Roy, gue nggak bisa. Gue nggak mau denger jawaban Tiara," geram Gaza dalam hati.

"Gue nggak mesti ikutan denger kan? Bukan urusan gue. Lagipula lo udah bohong tentang kejadian hari ini. Elo nggak jujur." Gaza mengakhiri kalimatnya dan pergi.

Roy hanya bisa mematung dengan wajah yang kesal. "Bangke memang. Rencana hari ini gagal. Bisa mati penasaran gue nunggu jawaban Tiara, tck!"

***

Hahay,
Kasian Roy mati penasaran

Thanks banget atas feedback kalian yang udah mau baca, komen, vote dan share.

High School CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang