Bab 15

74 16 15
                                    

Ada yang nyeri nggak lihat duel Via sama Mona tadi..
.
.
.

****

Itulah peristiwa yang terjadi 50 menit sebelum rapat anggota Rohis berakhir.

Kini Gaza dan rombongannya sudah sampai di depan ruang BK. Murid-murid mendadak ramai kembali karena kedatangan pengeran surga menuju ruangan itu.

Bu Jenni segera tanggap dengan situasi yang terjadi. Ketika para siswi berkumpul, ramai dan ada yang menjerit-jerit, padahal tidak ada bel sekolah yang berbunyi untuk mengumpulkan para siswa, berarti sedang ada pangeran tampan di sekitar mereka. Kalau bukan Roy, ya pasti Gaza.

"Pak Satpam, cepetan buat pagar manusia biar Gaza bisa langsung masuk ke sini," perintah Bu Jenni.

Para satpam itu segera menjemput Gaza dan membuat tameng untuknya agar tidak secuil pun bagian tubuh Gaza yang terjamah.

"Alhamdulillah kamu sampai dengan selamat Gaz," seru bu Jenni senang.

Gaza duduk di sofa menghadap ke arah Via dan Mona. Dia cukup terkejut mendapati cewek-cewek itu dalam kondisi yang sangat miris.

"Astaghfirullah," bisik Gaza saat menyadari bahwa seragam mereka sedikit terkoyak dan tidak beraturan. Pemandangan yang seharusnya tidak layak dikonsumsi oleh matanya.

Via merasa malu dan takut sekali. Karena dengan kejadian ini, pasti akan menurunkan nilai dirinya di mata Gaza. Hal ini membuatnya merasa sesak.

"Bu, saya kan sudah bilang kejadian ini tidak ada hubungannya sama dia. Kenapa ibu tetap memanggil Gaza?" Via mencoba berdiplomasi.

"Hiliiiih. Kamu itu ya, yang jadi guru BK di sini saya atau kamu?"

"Menurut ibu?"

"Ya saya lah."

"Nah itu ibu tau sendiri."

"Makanya saya yang berhak mengatur. Kamu diam saja. Sudah bersalah, masih aja berkomentar."

"Maaf bu Jenni. Kenapa saya dipanggil? Apakah ada kesalahan yang saya lakukan?" tanya Gaza merebut atensi mereka.

Bu Jenni pun menceritakan kronologis peristiwa yang terjadi.

"Gaza sumpah, gue tadi keceplosan nggak sengaja nyebut nama lo." Via langsung memberikan klarifikasi begitu Bu Jenni selesai bercerita.

"Ya gue paham," jawab Gaza singkat.

Di luar ruangan, cewek-cewek masih berkerumun. Mereka penasaran, apa sih yang terjadi di dalam?

"Ok, Ibu percaya sama kamu Gaz. Kamu murid teladan. Yaaah resikolah jadi pangeran di sekolah bikin halu cewek-cewek macam Via ini."

"Ih, saya nggak halu ya Bu, maaf aja."

"Diem kamu!" semprot bu Jenni galak. Via membalas dengan menjulurkan lidahnya ke bawah.

"Kalau begitu saya boleh kembali ya Bu. Untuk urusan mereka berkelahi saya tidak ikut campur. Apalagi motifnya hanya karena cemburu dengan foto itu. Seharusnya yang dipanggil ke sini bukan saya tapi Roy," kata Gaza sedikit dingin.

"Maafin gue Gaz. Elo jadi salah sangka kan. Gue nggak pacaran sama Roy. Gue cuma curhat aja tentang gimana caranya dapetin lo." Via terisak di dalam hati.

Tiba-tiba keadaan di luar menjadi ribut.

"Woi ada apaan sih ini!? Kok pada ngumpul di ruang BK?" teriak seorang cowok macho bersama gengnya.

"Nah kebetulan orang yang kita maksud sudah datang Bu. Saya izin kembali ke kelas ya Bu." Gaza pun bangkit dan pergi meninggalkan ruangan BK.

Di pintu keluar, Gaza langsung disambut oleh satpam lagi. Namun keadaan di luar justru lebih tak terkendali. Karena dua pangeran tampan itu kini sedang berpapasan. Teriakan para cewek menggema memenuhi atmosfer sekolah.

"Hei, lo habis kena hukum?" tanya Roy dengan songongnya sambil menepuk pundak Gaza.

Gaza hanya tersenyum. "Selamat ya. Nambah cewek baru lagi."

"Maksud lo?"

Tidak ada jawaban. Gaza telah pergi dan tak terlihat di kerumunan itu. Kini hanya menyisakan Roy yang melongo.

***

Ruangan yang didominasi warna putih itu kini tak lagi sepi. Sebab ada dua pasien yang sedang diobati.

"Cuma segini aja lukanya? Kenapa nggak sampai timpas-timpasan aja sekalian?" omel perawat UKS.

"Astajim Waaat, ya kali saya sampe bacok dia. Sekolah kita kan nggak boleh bawa sajam," jawab Via.

"Bukan hanya sajam aja yang dilarang. Bahkan kelahi seperti yang kalian lakukan juga dilarang di sekolah ini. Tapi kenapa kalian tetep aja kelahi?"

"Tau tuh! Cewek gatel yang mulai duluan," celetuk Mona dari sebelah kamar yang hanya terpisah oleh gorden hijau.

"Eh, lo duluan bego yang ngusik gue! Enak aja nuduh yang enggak-enggak. Dasar adik kelas bangke lo!" balas Via tak mau kalah.

"Bahkan sudah sampe masuk ruang BK dan sekarang lagi diobatin di UKS kalian masih mau berantem?" semprot Perawat itu lagi.

"Kenapa nggak!? Saya nggak punya masalah sama dia Wat. Dia yang nyari masalah sama saya," jawab Via emosi.

"Assalamualaikum, permisi ...."

Mereka serempak menoleh ke arah seseorang yang baru saja mengucapkan salam.

"Alhamdulillah, akhirnya lo datang jengukin gue."

"Astaghfirullahalazim Via, lo kok sampe berantakan begini."

Tiara langsung mendatangi sahabatnya itu. Ia mencoba membenarkan pakaian yang Via kenakan.

"Wat, biar saya aja yang nemanin Via ya," mohon Tiara pada Perawat.

"Baguslah kalau kamu mau jaga dia. Saya juga mau istirahat. Jangan lupa nasehatin temen kamu itu."

Tiara pun mengangguk dan tersenyum. Sedangkan Via, ia justru mencibir.

"Loh Wat, giliran saya diobatin kapan? Kok pergi sih!" protes Mona.

"Panggil aja temen-temen kamu juga. Beres kan," sahutnya santai dan kemudian menghilang dari UKS.

"Mampus!" umpat Via senang.

***

Pendek banget part ini huhuuu.

Lanjut ya...

High School CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang