"Hahahahahha."suara tawa Reza terdengar didepan kelas XI IPA 1.
"Ngakak gua, udah dibilang lo itu cocok sama Bombom, masih aja ngelak hahaha." kata Reza kepada Rian.
"Jahat lo sama temen, gua tuh sukanya Laina bukan Bombom."kata Rian.
Memang Rian suka dengan Laina, Rakan dan Reza sudah tahu akan hal itu. Tapi, Laina dan Sasa tidak mengetahuinya. Seluruh sekolah juga tahu kalau Bombom, teman sekelas Triple R (Rakan, Reza dan Rian) menyukai seorang Rian.
"Sudah sudah, yuk masuk kelas. Dilihatin sama anak-anak tuh." kata Rakan.
Triple R pun masuk kedalam kelas XI IPA 1,dengan para siswi yang melihat mereka tanpa berkedip.
Bu Gebi guru Fisika masuk ke kelas Rakan. "Assalamu'alaikum semua." sambut Bu Gebi dengan riang.
"Wa'alaikumsalam Bu Gebi." yang dibalas tidak kalah riang oleh siswa/i XI IPA 1.
"Oke. Buka buku paket hal 125-136, pelajari yang ada disitu, kalau ada yang tidak dimengerti bisa ditanyakan ke ibu. Oke anak-anak."kata Bu Gebi.
"Oke buuuuuu." balas XI IPA 1.
Rakan mengernyit."Apaan nih? Oh ini lagi."kata Rakan setelah menemukan note berwarna merah kesukaannya dikolong meja.
"Dapet lagi Kan?" tanya Reza.
"Iya." jawab Rakan.
Lalu Rakan meletakkan note merah tersebut kedalam kotak kecil, yang didalamnya juga terdapat banyak note merah, tapi dengan kata-kata yang berbeda.
"Bagi gua satu Kan." pinta Rian, dengan posisi menghadap ke meja Rakan.
"Ga." singkat Rakan, dan Rian hanya memanyunkan bibirnya, sedangkan Reza terkekek kecil.
🚲
Kring kring kring
Bel pulang sekolah berbunyi, Triple R berjalan menuju parkiran sekolah. Rakan sedang menunggu Laina, yang ditunggu akhirnya datang bersama sahabatnya, Sasa.
"Yuk bang pulang, Lala capek." kata Laina dengan berbisik, Lala adalah panggilan seluruh keluarga Rakan kepada Laina.
Rakan mengangguk."Iya. Gua sama Lala pulang duluan ya. Sa, lo nebeng apa enggak?" kata Rakan.
Sasa menggeleng."Enggak Kan, gua ada latihan taekwondo. Gua juga bawa sepeda motor."
"Oh, yaudah kalau gitu. Gua sama Abang pulang duluan ya."kata Laina.
Reza, Rian dan Sasa mengangguk."Hati-hati." kata mereka.
"Siap." balas Rakan, setelah itu mobil Rakan melesat meninggalkan SMA Cakrawala.
"Mmm Za, Yan, gua duluan ya. Kalian hati-hati kalau bawa sepeda, jangan ngebut." pamit Sasa ditambah nasihat kepada Reza dan Rian.
"Siap Saaaaa." kata mereka kompak, Sasa tersenyum dan akhirnya pergi menuju gedung tempat latihan taekwondonya.
🚲
19:38
Brum brum brum
Suara bising sepeda motor terdengar dijalanan sepi, gadis imut yang sedang mengendarai sepeda motor tersebut fokus dengan jalan didepannya.
Ciiittt
Dia mengerem sepedanya, setelah dia sampai di depan rumahnya yang gerbangnya masih tertutup. Pak Kudin satpam yang menjaga, segera membuka gerbang, setelah mengetahui anak majikannya datang.
"Makasih Pak." kata Sasa, Pak Kudin mengangguk.
Sasa berjalan memasuki rumah."Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." jawab wanita setengah paruh baya dan berjilbab, tapi kecantikannya masih terpancar.
"Sudah pulang nak. Kamu sudah makan belum? kalau belum ayo ke meja makan dulu, Mami udah masak semur ayam." kata Ida Ananto, Mami Sasa.
"Sudah kok Mi, Sasa sudah makan tadi di gedung. Sasa langsung kekamar aja ya. Malam Mami."kata Sasa.
"Dasar, udah dimasakin juga, enggak tahu terima kasih sama Mami." kata Anasya Faidrana, kakak kandung Sasa.
Ida melotot pada Nasya."Astagfirullah Nasya, adik kamu itu lagi capek. Sudah diam kamu."kata Ida.
Sedangkan Nasya hanya memutar bola matanya malas, sambil bermain handphone disofa.
Sasa menuju kekamarnya."Nasya. Kamu kenapa sih, nggak suka banget sama adik kamu. Apa salah Sasa ke kamu, sampai kamu membenci dia?"kata Ida marah.
Nasya berdiri dan berjalan ke arah kamarnya, niat ingin melihat film Upin Ipin hilang ketika Maminya marah.
"Sudahlah Mami nggak akan paham." kata Nasya sambil menaiki anak tangga.
"Nasya. Mami belum selesai berbicara sama kamu." kata Ida, Nasya tetap berjalan menghiraukan suara Maminya.
Hiks hiks hiks
"Siapa tuh nangis?"kata Nasya pada dirinya sendiri.
Dia melihat pintu kamar adiknya yang sedikit terbuka, lalu dia melihat ke dalam. Sasa sedang menangis dengan memegang foto masa kecil Nasya dan Sasa.
"Hiks kenapa kak Nasya benci banget sama Sasa hiks, hiks Sasa kangen kakak yang selalu bereng sama Sasa hiks." kata Sasa sambil sesenggukan.
Nasya pergi kekamarnya, tidak tahan melihat adiknya menangis. Padahal adiknya menangis karena dia.
"Maafin kakak dek. Kakak egois, maaf." kata Nasya lalu memejamkan matanya.
Sedangkan Sasa masih menatap foto dirinya dengan sang Kakak, setelah itu dia ke kamar mandi untuk membersihkan badanya yang lengket karena keringat.
Sesudah mandi Sasa langsung beranjak tidur. "Salamat malam Rakan." gumam Sasa, setelah itu dia pergi ke alam mimpinya.
🐼🐼🐼🐼🐼
Alhamdulillah
Chapter dua sudah aku publish❤
Tetep stay di cerita aku ya💙
KAMU SEDANG MEMBACA
LEISE
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca [belum Revisi] Sasa si gadis cuek yang banyak sekali masalah dalam hidupnya, mengejar mimpi yang entah dia tau akan terwujud atau tidak. Rakan sang Ketua OSIS, bimbang dengan perasaannya sendiri. Antara menunggu t...