D[R]8

7 7 0
                                    

"ASTAGHFIRULLAH." teriak Sasa.

"Astaghfirullah." kaget orang itu.

***

"Ihhhh Rakan, ngagetin aja sih lo." kata Sasa sambil memukul pundak Rakan.

"Aduh, sakit Sa." ringis Rakan. "Lagian, lo juga ngapain nyuruh gua kesini." lanjutnya sambil mengusap pundaknya yang sakit.

Sasa mengernyit."Hah?"

"Lo, nyuruh gua kesini kan?" tanya Rakan.

"Bukannya lo yang nyuruh gua kesini? Gimana sih." kata Sasa.

"Enggak gua nggak nyuruh, tadi tuh ada adek kelas nyamperin gua. Terus katanya lo nunggu gua di perpustakaan lama." jelas Rakan.

"Kita..." Sasa menggantung ucapannya.

"Apaan?" tanya Rakan.

Lanjut Sasa."Dijebak."

Sasa dan Rakan diam, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba...

Brak

"Huaaaa." reflek Sasa memeluk Rakan karena terkejut, pintu perpustakaan tertutup dengan kencang.

"Eh maaf reflek hehe.." kata Sasa.

"Ehm iya gapapa." balas Rakan.

Alig, jantung gua kenapa nih_Batin Rakan.

Huaaa Mami, jantung Sasa mau copot_Batin Sasa.

"Eh pintunya."

Mereka berdua berusaha membuka pintu perpustakaan lama, tetap saja tidak bisa terbuka pintunya. Rakan mencoba mendobrak pintunya, tapi tetap saja, pintu perpustakaan yang sudah lama tidak terpakai ini tertutup rapat.

"Gimana nih, mana gelap lagi." kata Sasa.

"Lu bawa HP nggak? Telfon Laina gih. Suruh bukain pintu tua ini." kata Rakan.

Sasa mengangguk, dan mencari HP nya. Tapi nihil, HP Sasa tidak ada didalam tasnya.

"HP gua nggak ada, kayaknya ketinggalan di rumah deh."kata Sasa.

"Astaga, gimana nih. Gua juga nggak bawa HP, HP gua dikelas." kata Rakan frustasi.

"Tunggu aja, Insyaallah ada orang yang lewat." kata Sasa menenangkan, Rakan mengangguk.

🚲

"Eh La, Sasa kemana? tumben nggak masuk." tanya Figi, teman sekelas Laina.

"Nggak tahu gua, ditelfon HP nya mati." kata Laina.

Dilain tempat Reza dan Rian sama bingungnya seperti Laina, tapi bedanya mereka mencari Rakan.

"Mana nih Rakan? Ada tasnya orangnya yang kagak ada." kata Reza.

"He'eh tumben juga nggak ngabarin kita." timpal Rian.

"Cari?" tanya Rian kepada Reza.

Reza mengangguk."Ayo cabut."

Reza dan Rian mencari Rakan, meninggalkan jam pelajaran pertama.

🚲

Sudah dua jam, Rakan dan Sasa terkurung di perpustakaan lama.

"Mana nih? nggak ada yang lewat." kata Rakan.

"Sabarrrr." kata Sasa sambil berkeliling perpustakaan lama.

Sasa melihat novel di rak buku paling atas, dia berusaha mengambilnya. Tapi, masih tidak bisa digapai. Padahal, tubuh Sasa termasuk tinggi untuk standar perempuan.

"Iss kok nggak bisa."kata Sasa jengkel.

Tiba-tiba ada tangan yang mengambil novel incaran Sasa, dan menyerahkannya pada Sasa.

"Nih, kalau nggak bisa ambil minta tolong." kata Rakan.

Sasa menegang, karena suara Rakan berada dekat di samping telinga Sasa. Deru nafas Rakan juga terasa di lehernya, yang membuat Sasa menahan nafas.

Sasa berbalik dan melototkan matanya."R-Rakan."jarak wajah Sasa dan Rakan hanya terpaut beberapa centi saja.

"Eeh s-sorry hehe." kata Rakan salting, Sasa menundukkan kepalanya menyembunyikan pipinya yang merah karena malu.

"RAKAAAAN, KETOS RAKAN." teriak seseorang di depan pintu perpustakaan lama.

"Itu itu ada orang, kayaknya KaRez." pekik Sasa.

Rakan mengernyit."KaRez?"tanyanya.

"Ah itu Reza maksudnya hehe, udah ayo." kata Sasa.

Rakan mengepalkan tangannya, dia tidak suka Sasa memanggil Reza dengan sebutan KaRez, itu sama saja kalau Sasa memanggil Reza dengan sebutan spesial kan. Rakan tidak suka itu.

"KAREZ." teriak Sasa, yang menyadarkan Rakan dari lamunannya.

"REZA." teriak Rakan juga.

Reza dan Rian menoleh."Eh itu suara Sasa."kata Rian.

"Sama Rakan." sambung Reza.

Reza memutar kenop pintu perpustakaan."Dikunci." katanya.

"Bentar. Sasa, Rakan kalian mundur. Mau kita dobrak pintunya."

Rakan mengangguk."SUDAH." teriak Rakan.

Brak

Dobrakan pertama gagal.

Brak

Brak

Akhirnya dobrakan ketiga berhasil.

"KaRez." Sasa memeluk Reza.

Rian dan Rakan yang melihat itu bingung, sejak kapan Sasa dan Reza dekat?

"Kok Sasa sama Rakan bisa disini hmm?" tanya Reza.

Sasa juga Rakan, menjelaskan pada Reza dan Rian mengapa mereka berdua bisa terkurung di perpustakaan lama.

Rian mengangguk sambil menggaruk jidatnya."Kalian dijebak." kata Rian.

"Hmm iya, kita mikirnya gitu." kata Rakan.

"Yaudah yuk kita ke kelas, Sasa juga ke kelas, pasti Laina khawatir. KaRez anterin." kata Reza dan Sasa mengangguk.

"Bentar, sejak kapan kalian dekat?" tanya Rian.

"Hah o-oh itu.. kita dekat itu.."

"Aduh." pekikan Sasa membuat ucapan Reza berhenti.

Reza panik."Astaga, Sasa kenapa? Ke UKS ya?"

"Enggak usah, Sasa gapapa. Tapi kepala Sasa pusing."kata Sasa.

"Ayo ke UKS!! ini perintah." ucap Reza sambil menuntun Sasa ke UKS. Sasa yang dituntun pun hanya bisa pasrah.

Sedangkan Rian dan Rakan lagi lagi ter bengong, melihat Sasa dan Reza yang begitu dekat, seperti...

.

Sepasang kekasih.

Rakan mengepalkan tangannya, dan meninggalkan Rian didepan perpustakaan lama menyusul Reza dan Sasa.

"Kok gua merinding ya." kata Rian.

Dia menengok kesebelahnya."Ya Allah gua ditinggal. RAKAN TUNGGUIN OY elah."

🐼🐼🐼🐼🐼

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Akhirnya chapter delapan udah aku publish ❤
Kalau ada typo, kalian coment ya❤
Stay terus sama cerita Rakan ya
Love❤

LEISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang