D[R]4

19 12 2
                                    

"Hiks Bang, Sasa gapapa kan hiks?" tangis Laina.

"Sttt iya, Sasa gapapa...", "Semoga." Lanjut Rakan didalam hati, Rakan masih mencoba menenangkan Laina yang menangis.

Tadi, sesampainya mereka disalah satu Rumah Sakit Swasta, Laina lah yang paling panik. Semua dokter maupun pegawai dirumah sakit itu sampai bingung untuk menenangkan Laina, untungnya ada Rakan yang bisa menenangkannya.

Ceklek

"Dok gimana keadaan sahabat saya? Baik-baik saja kan? Apa keadaan sahabat saya parah?" tanya Laina beruntun pada seorang dokter, yang barusan keluar dari ruangan rawat Sasa.

Dokter itu pun tersenyum,"Keadaan sahabat kamu baik-baik saja, dia hanya kecapean dan banyak pikiran. Kalian harus menjaga pasien dengan baik, karena pasien membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Jangan sampai meninggalkan pasien sendirian."kata dokter itu menjelaskan.

"Maksud dokter?" tanya Laina.

"Saya harap, kalian melakukan apa yang saya katakan."

"Apa dia menginap dok?"tanya Rakan.

"Tidak perlu, saya hanya akan memberi resep obat saja, dan pasien boleh pulang setelah air infusnya habis."

"Alhamdulillah kalau begitu. Terima kasih dok." kata Laina.

"Apa kita boleh masuk?" tanya Rakan, dokter mengangguk,"Silahkan."

Akhirnya Rakan dan Laina pun memasuki ruang rawat Sasa, mereka melihat Sasa yang sedang tersenyum ke arah mereka.

"Sasaaaaa, gua khawatir tahu nggak sama lo." kata Laina sambil memajukan bibirnya.

"Utututu.. maaf udah bikin kalian khawatir." ucap Sasa sambil melihat Laina dan Rakan, Rakan mengangguk sedangkan Laina...

"Enggak.gua.maafin. Lo udah buat gua nangis tadi."kata Laina merajuk.

"Maaf La, kan gua juga nggak tahu mau pingsan tadi. Gua juga nggak mau kalau tahu bakal pingsan." jelas Sasa.

Laina menoleh kepada Sasa, "Oh iya ya, hehe." Sasa menggeleng.

"Astaghfirullah Sa, gua lupa buat ngabarin Mami lo, sorry gua sama Laina tadi khawatir
sampai lupa ngabarin Mami lo." kata Rakan sambil menepuk dahinya.

"Eh jangan! jangan dikasih tahu. Nanti Mami khawatir dan gua nggak mau itu terjadi." cegah Sasa.

"Loh, tante harus dikasih tahu lah Sa. Lo gimana sih." kata Laina.

"Pliss.. jangan oke." mohon Sasa, Laina pun menghela nafas.

"Oke." singkat Rakan.

"Gua tebus obat lo dulu ya, gua tadi minta resep obatnya sama dokter." kata Rakan.

"J-jangan! g-gua tebus sendiri aja." kata Sasa terbata.

"Lo kan masih sakit pe'a."

"U-udah deh, gua aja yang ngambil ya ya ya."

"Hmm seterah lo lah."kata Laina pasrah.

"La, pakailah bahasa Indonesia dengan baik dan benar." ucap Sasa.

"Whatever."

Sasa dan Rakan tertawa, dan tawa mereka dilihat oleh seseorang yang tidak jauh dari pintu ruangannya.

Bahagia banget ya kalian. Tapi, lihat saja. Tawa kalian akan menjadi sebuah tangisan._batin seseorang itu.

"Oh iya, gua nginep nggak?" tanya Sasa.

"Enggak, kalau air infus lo udah habis. Lo bisa pulang." jawab Rakan.

"Oh gitu, makasih buat kalian yang sudah bawa gua kesini." ucap Sasa.

LEISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang