D[R]5

19 10 0
                                    

Keesokan harinya, Sasa tetap hadir ke sekolah padahal Laina dan Rakan sudah melarangnya.

"Udah deh La, gua gapapa jangan khawatir." bujuk Sasa kepada Laina.

Mereka saat ini berada dikantin, sejak pagi tadi Laina sama sekali tidak berbicara kepada Sasa, tapi dia tetap mengajak Sasa ke kantin.

Laina membuang nafas."Tapi Sa, muka lo aja masih pucat. Keras kepala banget sih lo."

"Gua cuman mau menikmati masa SMA gua, walaupun nggak sampai lulus." gumam Sasa sambil tersenyum dan menunduk, gumamnya masih bisa didengar Laina yang berada di sampingnya.

Laina mengernyit."Maksudnya?"

"Gapapa, lo udah nggak marah kan?" tanya Sasa.

"Gua nggak marah, tapi gua khawatir sama lo."

"Gua gapapa, cuman lo harus janji sama gua. Apapun yang terjadi, lo harus tetap di samping gua ya."kata Sasa, sambil menyodorkan jari kelingking nya pada Laina.

"Pasti. Tanpa lo suruh pasti gua bakal selalu ada disamping lo."jawab Laina, dan mengaitkan jari kelingking nya kepada jari kelingking Sasa.

"Yaudah lanjut makan." kata Laina, Sasa mengangguk.

Tiba-tiba kantin menjadi ramai, Laina melihat Triple R menghampiri meja nya. Itu yang membuat para siswi heboh, pasalnya Rakan dan dua sahabatnya walaupun Ramah tidak pernah sampai mau makan dengan seorang wanita, para siswi tidak ada yang tahu apa yang terjadi kemarin, yang Rakan menggendong Sasa. Pasalnya waktu kejadian kemarin koridor terlihat sepi, karena masih waktu jam istirahat.

Kalau sampai ada siswi yang mengetahui kejadian kemarin, Sasa dan Laina akan menjadi bahan gosipan.

"Hai." sapa Rakan tersenyum pada Sasa.

"H-Hai juga." balas Sasa sambil melirik Laina.

"Boleh gabung?"tanya Reza.

"Silahkan." jawab Laina.

Akhirnya Triple R makan dengan Sasa dan Laina, Rakan duduk di depan Sasa dengan dibatasi meja kantin, Rian duduk didepan Laina, sedangkan Reza berada di sebelah Rian.

"Pesenin Za." kata Rian.

"Hmm, lo pesen apa?" tanya Reza pada Rakan.

"Samain kayak Sasa."

"Eh." kaget Sasa.

"Kenapa? Nggak boleh gua pesen bakso sama kayak lo?" tanya Rakan sambil tersenyum.

"Eh bukan, itu.. ya.. terserah lo dah hehe." kata Sasa.

"Hahaha.. lucu banget sih." kata Rakan sambil menarik hidung Sasa, Sasa mematung.

Rakan, Reza dan Laina yang melihat itu terbengong dengan mulut yang terbuka sedikit. Sedangkan, para siswi semakin heboh.

"Eh sorry, lagian lo gemesin hehe." kata Rakan, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sasa berdehem untuk menetralkan detakan jantungnya."Iya, gapapa."katanya.

"Udah sana pesen elah, waktu istirahat kurang dikit lagi habis."kata Rakan pada Reza.

"Iya. lo bagong, pesen apa?"kata Reza pada Rian.

"Heh gua bilangin mak gua lo, ganti ganti nama anaknya sembarangan." kata Rian.

"Hahahahaha.." Reza, Laina, Sasa dan Rakan tertawa, Rian mendengus. Membuat siapapun yang melihat mereka merasa iri.

"Hahaha iya iya, lo pesen apa Rian Antonio yang tampan ngalahin Laina?" kata Reza makin menjahili Rian.

"Terserah, gua pesen batagor." kata Rian sambil menatap Laina.

"Hahaha.. oke." setelah mengatakan itu, Reza langsung memesan makanan.

Dipintu kantin, ada seseorang yang melihat kelima remaja itu.

Awas aja lo Sasa Faidrana, gua bakal buat perhitungan ke lo. Karena lo udah berani deketin Rakan._batin seseorang itu sambil tersenyum licik.

🚲

Malam harinya Rakan berada di balkon kamarnya, sambil membawa gelas berisi air jahe hangat favorit nya.

"LAKAAAAAAN." teriak cadel gadis kecil berumur 6 tahun.

"Apa Lana?" balas Rakan kecil berumur 7 tahun.

"Hehe Lana ada es klim, Lakan mau?" kata Lana, yang tadi berteriak memanggil nama Rakan.

"Enggak, Rakan udah ada air jahe hangat." kata Rakan sambil memperlihatkan botol yang berisi air jahe hangat.

"Oooh bagus, Lakan kan halus sehat. Nggak boleh sakit, kalau Lakan sakit nggak ada yang jagain Lana." kata Lana.

"Iya dong, Rakan sayang Lana."

"Lana juga sayang Lakan, malah lebih besal." kata Lana.

"Terus disamping Lana ya Lakan. Janji."lanjut Rana.

"Iya, Rakan janji ke Lana." balas Rakan, sambil mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Lana.

"Huh, ingat itu lagi." gumam Rakan.

"Maafin Rakan, Rakan nggak bisa nepatin janji Rakan ke Lana." lanjutnya.

Setelah itu Rakan masuk ke dalam kamarnya, mematikan lampu kamarnya, dan tidur dengan penenerangan lampu tidur kecil disamping tempat didurnya.

🚲

Seorang gadis, juga sedang berada di balkon kamarnya.

"Kapan Rakan akan ingat Rana." kata gadis itu.

"Semoga secepatnya, sebelum semuanya terlambat."

"Selamat malam Rakan and have a nice dream." lanjutnya.

🐼🐼🐼🐼🐼

Assalamu'alaikum

Akhirnya chapter lima sudah aku publish ❤
Tetep stay di cerita aku ya
Saranghaeyo 💙

LEISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang