twenty-four

44 16 1
                                    

Typo bertebaran

Assalamualaikum readers, akhirnya raniya back lagi, gak sabar mau baca kelanjutannya ceritanya? Yaudah langsung aja yuk baca kelanjutannya.

__________________

     Sinar matahari menyinari kamar seorang gadis yang masih terbelenggu dengan selimutnya, dia raniya yang enggan untuk membuka matanya, sampai akhirnya handphone rani berdering pertanda ada seseorang yang menelponnya, mau tidak mau rani pun bangkit dari tidurnya.

"Siapa sih pagi-pagi udah telpon orang aja" kesal rani sambil mengambil handphonenya

"Lama banget sih lo ngangkatnya"

"Ngapain lo telpon gue, ganggu aja"

"Rian jadi ikut gak? Kalo jadi sekalian gue siapin makanannya"

"Gak ikut dia rel" yaaaa seseorang yang sudah membangunkan Rani dari tidurnya adalah seorang farel fadelon, sosok laki-laki yang menurut Rani sangat menyebalkan.

"Ngapa gak ikut anjir"

"Kepo lo kek unta"

"Gue gak setinggi unta ran!"

"Dah lah diem, gue pati-"

"JANGAN DIPATIIN DULU"

"Biasa woy gak usah teriak masih pagi ini"

"Ya sorry elah"

"Hm"

"Eh kan rian gak ikut nih, jadi lo ajak siapa ran?"

"Gak tau gue"

"Kenapa gak ajak agam aja?"

"Ntar gue tanya dulu dia mau atau gak"

"Yaudah bye"

"E-"

Tuttt..tuttt..

"Ngelunjak ni anak udah ganggu orang aja terus tiba-tiba mutusin panggilannya kan sarap"sebal rani

"eh iya gue telpon agam aja dulu" Rani mencari kontak agam untuk segera menelponnya dan akhirnya telpon pun tersambung dengan agam

"Hallo gam"

"Kenapa ran?"

"Em besok lo ada acara gak?"

"Nggak ada ran kenapa emangnya?"

"Lo mau ikut kitaorang gak"

"Ikut kemana ran?"

"Muncak"

"Dadakan amat ran"

"Ya kan tadinya rian yang ikut tapi dia nya gak bisa"

" Yaudah, Siapa aja yang ikut"

"Gue, zena, novi, salsa, syena, queen, farel, bara, rio, aan, semin, rizky siapa lagi ya? Udah keknya itu aja"

"Rame amat dah"

"Ya biar makin seru lah gam, gimana mau ikut gak?"

"insyaallah gue ikut, jam berapa dan kumpul dimana"

"Kumpul jam setengah 9 di rumah gue"

"Okelah"

"Yaudah gue tutup ya"

"Iya ran, bye"

"Bye"

   Setelah rani memutuskan panggilannya, ia langsung bergegas ke toilet untuk mandi agar bisa menyiapkan barang-barangnya buat pergi besok.

"Haduh jaket gue mana ya, ish kok gak ketemu sih" bingung rani yanv mencari jaketnya yang belum ditemukan olehnya

"nah ini dia" ucap rani sambil mengambil jaketnya lalu memasukkannya ke dalam ransel yang akan dia pakai besok

Beberapa menit kemudian akhirnya rani selesai menyiapkannya lalu rani berjalan keluar kamar untuk menemui zena di kamarnya.

Tok...tok...tok...

Rani mengetuk kamar zena tetapi belum juga terbuka.

"Bang" panggil rani

"..."

"BANGGG,,," teriak rani dan akhirnya pintu terbuka dan terlihat muka zena yang setengah sadar

"Berisik sih lo" omel zena

"Ya lo nya gak nyaut" balas rani

"Ada apa?" Tanya zena

"Cuci muka dulu sana" suruh rani

"Hm" zena berjalan ke toilet yang ada di kamarnya untuk mencuci muka dan rani memasuki kamar zena yang sangat berbeda dengan kamarnya, kamar zena lebih dominan berantakan, semua barang pun bergeletakan dimana-mana membuat rani geleng-geleng kepala melihatnya. Tak lama zena keluar dari toilet dengan muka yang lebih cerah.

"Lo ada apaan ke kamar gue?" Tanya zena

"Lo udah siapin buat besok muncak?" Tanya balik rani

"Udah kenapa emangnya" jawab zena

"Ya gapapa, kirain gue lo belum nyiapin" balas rani "lagian ini kamar lo kok kayak gudang gini sih berantakan banget abis ngapain aja lo"

"Diem ah lo cerewet bener" tukas zena

"Bodo bang, dah ah ayok sarapan" ajak rani

"Duluan aja gue mau mandi dulu" ucap zena sambil mendorong rani keluar dari kamarnya

🍃🍃🍃

Rumah agam

     Setelah menerima telepon dari rani, agam turun kebawah untuk sarapan, tetapi suasana yang kali ini ia rasakan sangat berbeda. Agam merasakan kalau keluarganya masih bersama dengan dia walau dengan dunia yang berbeda. Agam kesepian dengan rumah yang sangat sepi karena tidak ada suara teriakan lagi dari adiknya sendiri hana. Agam yang sudah tidak bisa merasakan di suapin lagi oleh bundanya dan diperingati lagi oleh ayahnya. Agam sangat terpukul dengan perginya ayahnya, bundanya, dan hana. Tetapi agam tidak mau bersedih terus menerus ia memutuskan untuk pergi bersama teman-temannya yang akan muncak.

"Eh den agam udah bangun, selamat pagi den" sapa bi sri

"Pagi juga bi, bibi udah makan?" Tanya agam

"Belum den" jawab bi sri

"Bibi makan bareng agam aja disini" ajak agam

"Eh gak usah den" tolak bi sri

"Gapapa bi, agam gak suka sendirian" ucap agam

"Yasudah bibi makan disini" pasrah bi sri

"Nah gitu dong bi, sini bi sini" seru agam, sampai akhirnya agam dan bi sri sarapan bersama di meja makan dengan ketenangan

Raniya cahya angkasa

Raniya cahya angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






.....
Gimana chapter kali ini?
Nantikan terus chapter selanjutnya
Jangan lupa vote dan comment ya




RaniyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang