[Chapter 17] || Jadian

698 213 1.1K
                                    

- Jadian -
\
\

Langkah Maudy terhenti ketika lututnya terantuk. Ia mengerjap, menemukan Bunda ada didepannya.

"Bunda segede ini ngalangin jalan, masih ditabrak juga?" ledek wanita itu.

Si anak menyengir kaku, ambil tangan kanan Bunda-nya untuk dicium.
"Mau kemana Bun?" Tanya nya, menyadari pakaian Bunda tampak semi-formal.

"Acara ibu-ibu PKK, sama Bu Rita dipaksa ngikut. Ya gini deh."

"Yaudah, Ody anter ke rumah Bu Rita," baru memposisikan diri dibelakang kursi roda Bunda, Bu Rita sudah tampak di muka pintu.

"Ibu nya udah disini tapi Dy," ujarnya jenaka, mendekat.

Lekas Maudy salim, menyapa sopan. Berbincang sebentar sebelum dua ibu itu pamit berangkat. Ia juga menuju kamar setelah tutup pintu. Tidak ada lagi selain dirinya dirumah, Maurin belum pulang sekolah.

Kejadian disekolah masih tergambar difikiran Maudy, membuatnya melamun tanpa sadar sepanjang tadi. Ia akui, koridor senior memang tempat salah untuknya — bahkan hampir dicelakakan. Dan yang paling menghantui fikiran adalah bentakan Riko terakhir.

'Banyak manusia yang berperilaku setan disini. Ga hati-hati dikit, bisa nginep lo dirumah sakit!'

Juga bisikan tajam Riko saat mendorong Maudy pergi. Bikin tangannya kembali gemetar tanpa sadar.

Ponsel berdering memecah keheningan.

"Iya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Dimana Dy?"

Suara familiar. Maudy menilik ponsel sekilas untuk melihat kontak yang meneleponnya. Kak Andre.

"Di rumah kak. Kenapa?"

Jeda sejenak, terdengar samar perbincangan di sebrang telepon. Entah sedang bersama siapa Andre saat ini.

"Ga kok, kirain dimana. Ga biasanya kamu pulang sekolah langsung pulang. Elina juga bilang, dikelas kamu banyak diam."

Maudy meringis tanpa suara, merasa bersalah karena Elina jadi kena imbas.

"Aduh, iya kak. Efek bangun pagi banget, ngantuk, makanya diam mulu. Jadi gaenak sama Elina," ujarnya beralasan, tidak mau ungkit yang sebenarnya

"Gapapa kok Mod, gua nya aja lebay ngeri ngajak ngomong lu tadi," balas suara perempuan dari sebrang telepon, jelas sekali Elina. Eh, kok bisa sama kak Andre?

"Sorry El udah nyuekin lu."

"Sans, Mod. Yaudah, lu tidur deh, biar ga kayak tadi lagi. Persis kayak orang kesambet tau."

"Sialan," kekeh Maudy.

2 menit setelahnya panggilan berakhir. Maudy niat mengganti seragam, tapi ponselnya berdenting lagi. Sebuah pesan masuk.

'Gelang nya kalau ga dipake balikin.'

Dahi Maudy mengernyit, tidak mengerti.
Cepat ketik balasan, 'gelang apa?'

'hadiah.'

Segera ia menuju kotak di meja belajar. Mengeluarkan boneka bantal chibi maruko-chan yang dikira hanya itu isinya. Dibawahnya banyak potongan kertas pemanis kado, sebentar meraba, barulah Maudy menemukan benda kecil melingkar itu.

 Dibawahnya banyak potongan kertas pemanis kado, sebentar meraba, barulah Maudy menemukan benda kecil melingkar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Walking Towards Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang