Setelah berkutat 15 menit mengubek tempat-tempat pakaian, bocah itu keluar kamar. Menuju tempat dimana barang jadi mudah ditemukan.
"Bu, lihat slayer Ari ga?" tanya nya dengan pelafalan samar. Katakan saja cadel, tapi bukan merubah 'R' jadi 'L'.
Seorang wanita yang sibuk didepan kompor berbalik sebentar. "Tumben udah bangun Ri pagi-pagi?"
"Iya, mau olahraga. Liat slayer Ari ga?" tanya nya sekali lagi.
"Terakhir Ari asal taro aja di sofa," tegur sang Ibu, tapi tetap memberi tahu benda yang dicari. "Abis ibu cuci, kalau ga salah di laci depan. Coba cek."
Tanpa basa-basi, Harry melenggang. Ambil slayer, lalu diikat diwajahnya sebagai masker dan pergi dengan sepeda.
Dua hari lalu ia dan kawanannya ditantang balap sepeda oleh anak gang sebelah. Namanya anak kecil, diprovokasi lewat tantangan jelas tersulut. Menolak di cap pecundang, jadi Harry mengorbankan waktu tidur Minggu nya.
Harry memacu sepeda cepat karena terburu-buru. Tiba-tiba di tikungan berpapasan dengan gadis kecil yang menunduk melihat siku tangannya, telat menyingkir. Meski Harry banting stang sampai membuatnya oleng, roda depan sepeda nya sempat mengenai gadis itu hingga mereka sama-sama jatuh.
"Arghh.. sial," ringis Harry, sebelah sisi nya terhimpit sepeda dan lututnya nyeri karena terhantam conblock rusak.
"Jalan lihat-lihat dong!"Sebelah kakinya yang bebas ia gunakan untuk mendorong sepeda menjauh darinya, lalu memeriksa lecet yang ada. Selain lutut yang berdarah, tidak ada luka serius. Tapi tetap saja Harry tak terima, ia masih bocah kecil dengan sifat sok jagoan disini.
"Mata tuh dipake buat lihat jalan, bukan lihat sikut! Masih pagi udah bikin sial aja!" lanjut Harry mencak-mencak.
Posisi gadis itu duduk membelakangi, perlahan berdiri setelah mengusap debu dari tubuhnya. Geraknya lamban, makin menambah kesal. Sedangkan Harry dikejar waktu ke tempat janjian. Jadi ia mengusahakan berdiri dengan susah payah.
Sebuah plester terjulur di depan pandangan Harry sebelum sempat bisa berdiri. Ia mendongak, menemukan wajah innocent dihadapannya.
Untuk sesaat, Harry terpaku pada sorot polos yang menatapnya. Sebelum akhirnya Harry menyadari goresan di siku gadis itu.
"Lu juga luka?"
Gadis itu melihat sebentar siku nya, "Ini tadi kena pagar rumah. Bukan karena kamu kok."
Plester itu tanpa bungkus, seolah akan dipakai. Harry sanksi mungkin ini sebabnya gadis kecil didepannya ini jalan menunduk.
"Gausah, lu pake aja. Gua laki-laki."Harry berusaha berdiri lagi. Gadis itu melihat sebentar lalu pergi. Tidak Harry perhatikan karena ia susah payah menyeret kaki lukanya mendekati sepeda, menegakkan kendaraan itu.
Tepat ketika sepeda berdiri, gadis kecil tadi kembali. Menjatuhkan standar sepeda, lalu duduk didepan lutut Harry.
"Eh, mau ngapain?" seru Harry, ingin jongkok tapi nyeri cepat menyetrum sekujur tubuh.
"Berdiri lurus, pegangan di sepeda," perintah gadis itu.
Tak lama luka lututnya terasa sejuk, dingin dan basah. Harry menunduk, gadis kecil itu memoles lidah buaya ke luka nya sambil ditiup. Agak sedikit nyeri, tapi tiupan gadis itu cukup membantu. Setelahnya luka ditutup dengan daun, baru diplester. Dia juga memoles gurat kecil di beberapa titik kaki Harry dengan lidah buaya, baru berdiri.
"Ada lagi luka nya?" tanya gadis itu.
Harry mengangkat pergelangan tangan, yang langsung diambil gadis kecil itu untuk dipoles getah lidah buaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walking Towards Me [COMPLETED]
Teenfikce"Gausah, ketahuan pacar lu berabe nanti" "Gajadi, ketahuan pacar gua berabe nanti" ------------------------------------------ Well, mereka sebenarnya tidak cocok satu sama lain sebagai manusia saling ramah. Hanya kebetulan terikat situasi dimana sul...