7

459 264 494
                                    

Pukul 05.30

Terdengar suara tv menyala dari ruang keluarga yang luas dan gelap.

Beberapa ruangan di dalam rumah ini memang sengaja di matikan ketika malam hari dan di nyalakan ketika menjelang pagi.

Begitu juga di lantai atas. Lantai ini selalu dimatikan. kecuali kamar Mama dan Reyna yang letaknya bersebelahan.

Lampu kamar Reyna tak pernah di matikan kecuali, jika ia tidak sedang dirumah. Sejak kecil ia memang tak bisa tidur di tempat yang gelap. Alasannya cukup simpel, ia selalu mimpi buruk ketika tidur dalam keadaan kamar yang gelap.

Mama terbangun, ketikan melihat jam di sudut kamar yang memperlihatkan pukul 05.30.

Mama berniat pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk Reyna dan dirinya.

"Seperti ada suara tv yang menyala."

Pandangan Mama tertuju pada cahaya tv yang menyala dari lantai bawah.

"Orang itu siapa?"
Mama berusaha memperjelas pandangannya untuk mengetahui siapakah seseorang yang saat ini duduk di sofa dengan menyalakan tv.

Mama menuruni tangga dengan hati - hati menuju lantai bawah.

Seseorang yang mengenakan baju serba hitam tengah duduk di sofa dengan menggenggam pisau dan satu buah apel di tangannya.

"Pisau?" Mama membulatkan matanya ketika melihat benda itu. 

"Sepertinya, aku harus mencari sesuatu untuk berjaga - jaga" batin Mama dengan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, guna untuk mencari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk memukul.

Mama mengambil vas bunga dari kramik yang ukurannya pas untuk di genggam.

Mama berjalan sangat hati-hati mendekati orang itu.

Reyna membuka penutup kepalanya ketika mendengar suara langkah kaki dari balik sofa.
"Mama mau apa?"

Mama membulatkan matanya, ketika melihat seseorang dengan baju serba hitam itu ternyata orang yang sangat ia kenal.
"Kamu! Kamu ngapain di sini?"

Reyna hanya tersenyum tipis melihat ekspresi Mamanya yang begitu tegang.

"Kamu sengaja ya bikin Mama takut?" Tuduh Mama yang mulai kesal.

Reyna mengelengkan kepala.

"Semalam Reyna ga bisa tidur setelah nolongin orang. Jadi Reyna nonton tv sambil makan apel biar bisa tidur."

"Lalu, pisaunya buat apa?"
Mama menunjuk pisau yang berada di tangan Reyna.

Pandangan Reyna mengikuti arah telunjuk Mama.
"Pisau ini cuma untuk ngupas kulit apel. Kebetulan Reyna pengen makan apel yang dikupas kulitnya"

"Oh" Mama mengangguk mengerti.

"Kalo gitu, Reyna ke kamar dulu ya."

"Eh, tunggu." Mama menarik tangan Reyna. "Ini tangan kamu kenapa di perban gini?"

Reyna melihat sebentar perban di telapak tangannya.

"Biasa, digigit nyamuk." Ucap Reyna dengan ekspresi datar.

Mama mengerutkan keningnya dengan masih memegang pergelangan tangan Reyna.
"Mama serius Rey."

Reyna melepaskan tangan Mama perlahan.
"Mama ga usah khawatir. Reyna bersihkan darahnya. Nanti juga lukanya nutup sendiri"

"Kenapa kamu ga bilang Mama sih. Kan Mama bisa obatin luka kamu"

Reyna menatap Mama sangat dalam hingga menyentuh hatinya.
"Selagi Reyna bisa ngelakuin sendiri. Reyna pasti akan lakukan sendiri" Reyna meninggalkan senyum tipis di wajahnya.

Reyna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang