Reyna baru saja menganti seragam sekolahnya dengan hoodie hitam dan celana jeans. Hari ini ia ingin menepati janjinya kepada gadis desa yang ia tolong semalam, untuk bertemu ibunya di kampung halamannya. Reyna mengambil kunci motor yang ada di atas nakas dan membawanya pergi.
Sebenarnya selama ini Reyna punya motor sport yang terparkir rapih di bagasi rumahnya. Reyna tipe orang yang lebih suka jalan kaki. Itu sebabnya ia tak pernah menggunakan motor saat berangkat ke sekolah.
"Baru saja pulang sekolah, sekarang udah mau pergi lagi?" Tanya Maya ketika melihat putrinya menuruni tangga dengan membawa sebuah kunci di tangannya.
"Iya ma, udah janji soalnya"
Mama mengangguk mengerti.
"Jangan pulang larut malam, bahaya.""Iya ma. Reyna usahakan cepet pulang"
"Kamu ga mau bawa mobil Mama aja?"
Reyna mengelengkan kepala.
"Ga usah, Reyna pake motor aja""Yaudah, tapi jangan ngebut- ngebut."
Reyna mengangguk mengerti, lalu berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan motor sport miliknya dan segera pergi.
~~*~~
Reyna duduk di atas motor menunggu gadis malang yang tadi malam ia tolong sedang berpamitan dengan kerabatnya.
"Udah siap?" Tanya Reyna ketika gadis itu menghampirinya.
Gadis itu hanya menganggukkan kepala.
"Naik." Pintah Reyna dengan melirik jok belakang motornya.
Gadis itu segera naik ke atas motor, dan Reyna segera melajukan motornya menuju desa tempat ibu gadis malang itu berada.
Perjalanan yang seharusnya menghabiskan waktu selama hampir 4 jam ternyata hanya sampai dalam waktu 2 jam untuk sampai di desa gadis malang itu.
"Berhenti di rumah itu ya" Tunjuk gadis itu.
Reyna mengikuti ucapan gadis itu, dan berhenti di rumah yang di tunjuk gadis itu.
Rumah yang sederhana, dengan halaman kecil dan pohon besar yang berdiri tegak di depan halaman rumahnya. Gadis itu segera turun dari motor Reyna dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Ia sangat tak sabar melihat kondisi ibunya. Baru saja ia melangkahkan kakinya menuju rumah, seorang wanita paruhbaya memangilnya.
"Dinda" Panggil seorang wanita paruhbaya yang berjalan ke arah gadis malang itu dengan tergesa-gesa.
Gadis malang itu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya.
"Din, Ibumu sekarang berada di rumah sakit. Penyakitnya kambuh, tak lama setelah kamu bekerja di kota. Pak kades yang mengetahui penyakit ibumu kambuh saat berada di rumah seorang diri, ia langsung meminta warga untuk membawa ibumu ke rumah sakit." Ucap bu Ningsih prihatin.
Bu Ningsih merupakan tetangga dekat layaknya saudara bagi Dinda dan ibunya.
Dinda terdiam, tubuhnya melemas dan air matanya berjatuhan membasahi pipinya ketika mendengar ucapan bu Ningsih tetangga dekat Dinda yang sudah ia anggap seperti saudara.
"Ibu berusaha memberitahu mu memalui telepon, tetapi kau tak pernah mengangkatnya"
Dinda baru ingat bahwa ponsel miliknya sengaja di sita oleh wanita iblis pemilik tempat haram itu, agar dinda tak bisa menghubungi siapapun termasuk keluarga dan kerabatnya. Sungguh ia sangat menyesal dengan niatnya untuk bekerja di kota waktu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna
Teen FictionReyna adalah gadis yang sangat membenci penindasan. Memory hitam diwaktu kecil membuat dirinya menjadi sosok yang penyendiri, dan misterius. Menyendiri dan menjauhi semua orang, sengaja ia lakukan untuk mengurangi kerumitan dalam hidupnya. Keleb...