[18] The Last Of Us

1K 116 46
                                    

Haii... Ini adalah part terakhir HIRAETH.
gak kerasa ya? Hehe. Seneng banget bisa nulis cukup konsisten kali ini, Sedih juga karna gak bakal lihat rame-ramenya kalian.

Well, aku bakal tetep nulis. Aku akan berusaha improve tulisanku. Aku mau terus mencoba hal baru dan menekuni apa yang aku suka.
Terima kasih banyak sama kalian yang udah stay dari awal, baru baca atau siapapun yang udah baca cerita ini.

Bacanya jangan cepet-cepet ya, sambil di renungin dulu.

Happy Reading

            Hawa dingin serasa menusuk tulang. Pantulan sinar matahari dari jendela kaca serasa menyilaukan, meski begitu gadis dengan gaun rumahan berwarna biru dan swaeter rajur senada itu masih terlihat enggan menutup matanya barang sedetikpun. Pamdangannya masih terasa berkabut tak beda jauh dengan keadaan hatinya yang terluka parah. Di atas bantal yang mulai mengering akibat hujanan airmatanya semalam Seohyun kembali memejam namun sialnya rasa sakit itu semakin nyata. Kelibatan ingatan tentang Jungkook dan suara pemuda itu masih terasa begitu nyata baginya. Dan setiap ia menarik napas segalanya terasa lebih berat dengan kenyataan itu.

Gadis itu masih enggan beranjak. Pun dia tidak tau apakah Jungkook semalam tetap tinggal atau pergi lagi entah kemana. Tubuhnya terasa begitu lelah dan tidak berminat pada apa pun.
Satu lagi pesan dari Jungkook masuk pada ponselnya.
| Bersiaplah, aku datang dengan Ayah kita sebentar lagi.
| Kami sudah diruang tamu.

Gadis itu menarik napas, diusapnya air mata itu dengan kasar. Seohyun sudah mengemasi baranngnya semalam. Jadi ia bisa langsung pergi.
Langkahnya perlahan menuju ruang tamu, dan semua terasa di perlambat ketika ia melewati setiap bagian kecil rumah ini. Seakan di dapur ia masih bisa melihat Jungkook dan Seohyun yang lain yang sedang tertawa sambil membuat Kimchi . Kemudian di ruang tengah ia kembali melihat Jungkook yang menggoda Seohyun dengan tidur di pangkuannya. Mereka terkikik geli hingga dirinya sendiri ikut tersenyum bodoh. Momen itu, kenapa baru teringatkan sekarang? Ketika semua tidak ada yang bisa di benahi.

Tepat saat Seohyun berdiri di ruang tamu disana sudah terduduk tiga pria yang mengamatinya dengan pandangan sama lelahnya.

“Seohyun, “ Im Wooseok melangkah maju. Mendekap sang putri yang sudah berbulan-bulan tidak ia temui itu. “Maafkan Papa, nak. Maafkan Papa.” Ujarnya.

Seohyun terisak, dengan lemah ia melingkarkan lengannya pada perut sang Ayah, mendekap tak kalah erat sambil menyembunyikan wajahnya di pundak Ayahnya itu.

“Ku rasa ini yang terbaik kan? Kau mendapatkan putrimu, dan aku akan mendidik putraku lagi. Aku akan menyuruh  seseorang untuk mengatur semua berkas perceraiannya.” Ujar Song Jaehyuk.




***

        Sejak hari itu Jungkook tidak lagi melihat Seohyun. Terakhir kali yang ia ingat gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik sang Ayah, melangkah dengan berani tanpa sedikitpun menatap kearahnuya. Lucu, memang apa yang bisa ia harapkan? Bahkan hari itu juga dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk sekedar menatap gadis itu. Tangannya mengepal erat, kepalanya menunduk dalam bagai seorang pengecut, di barengi serapahan dalam hati bahwa ia benar-benar sudah jadi lelaki brengsek untuk Seohyun.
Jungkook kembali menarik napas, ia memijat kembali kepalanya yang pening. Tak lama setelah itu bunyi ketukan pintu menggema untuk selanjutnya menampilkan sosok Ibu yang paling ia sayangi.

“Mama,” ujar Jungkook ketika melihat sang Mama membawa nampan berisi cemilan dan cokat hangat.

“Belum tidur kan? Sedang menggarap proyekmu?”

HIRAETH - JJK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang