Autobiography | 11

18 3 0
                                    

Mau Istiqomah? Ya berjamaah

📝

P

agi ini aku berangkat dengan semangat. Aku ingin segera memberitahu Kak Mia, bahwa aku menerima tawaran pertandingan kemarin. Untuk menyelamatkan nasib yang akan dimasukkan pesantren.

Aku sudah berada di depan aula menuju basecamp karate. Karena memang disitulah tempat Kak Mia biasanya berada.

Dari kejauhan aku melihat sesosok yang berjalan berlawanan arah denganku. Semakin lama jarak kami semakin dekat. Tapi entah kenapa dia memang tidak melihatku atau pura-pura tidak mengenalku?

Jadi kuputuskan menyapanya, "Hai, kak." sapaku sambil memamerkan deretan gigi putihku. Seolah percakapan kita terakhir kali sudah ku lupakan.

Ia sedikit terkejut mungkin karena melihatku menyapanya dengan santai. Kemudian, "Assalamu'alaikum," ucapnya berlalu pergi.

Sekarang aku yang terkejut, kenapa dia hanya mengucap salam lalu pergi. 'Wa'alaikumussalam, aneh banget si Kak Yusuf' batinku menjawab.

Aku melanjutkan perjalanan menuju basecamp. Ku lihat pintunya masih tertutup rapat. Apakah Kak Mia belum datang?

Kuputuskan untuk mengambil ponsel di saku rok ku dan mencoba menghubungi Kak Mia. Tapi nomornya sedang tidak aktif.

"Nyari, siapa?" tanya seseorang dari belakang ku. Aku terkejut, karena tadi aku sendirian tiba-tiba ada orang di belakang ku. Saking kesal aku lupa jika aku sedang marahan dengan seseorang yang tiba-tiba datang itu. "Kalo dateng tuh sapa dulu kak, engga ngagetin kayak gini" ujarku dengan nada ketus.

Dia malah tersenyum manis. "Kenapa senyam senyum coba?!" tanyaku kesal. Dia masih belum melunturkan senyumnya, kemudian membisikiku pelan "Udah ngga marah nih ceritanya".

Aku memalingkan wajah, kenapa jadi salah tingkah gini. Ngga. Ngga boleh. Aku ngga boleh goyah. Aku menatap Kak Ghozi lagi, "Ngeselin lo kak!" dan aku melangkah meninggalkannya.

📝

Istirahat pertama, aku menyempatkan sholat duha. Aku coba membentuk habit yang baik. Dan itu membuatku berpapasan lagi dengan Kak Yusuf.

Dan kenapa batinku malah menyanyi,
'Aku tlah tau kita memang tak mungkin.

Tapi mengapa kita selalu bertemu.

Aku tlah tau hati ini harus menghindar.

Namun---' oke stop it. Lupakan.

Sambil menunggu bel aku bersandar di dekat jendela masjid dengan angin yang sepoi-sepoi. Kemudian, ada yang menepuk pundakku, "Ssya, nih" ternyata Khanif sambil menyodorkan sebuah buku.

Aku mengambilnya ku baca judulnya "Udah Putusin Aja, emangnya siapa yang pacaran?" komentarku.

"Baca aja dulu, baru nanti boleh komentar. Good luck, Assalamu'alaikum". "Wa'alaikumussalam".

"Kenapa Khanif ngasih buku ini? Buku apasih, yaudahlah ya entar ku baca" akupun turun dari masjid menuju kelas ku setelah bel masuk berbunyi.

Sedari tadi pagi, aku masih mendiamkan gadis di sampingku ini. Aku masih belum mengerti apa hubungan Niar dengan Kak Ghozi sebenarnya. Tapi kenapa juga ku pikirkan?

"Assya, lo kenapa sih? Kenapa rasanya lo ngejauh gitu dari gue? Lo ngga nyaman ya duduk bareng gue?" tanya Niar pelan, sambil menatapku dengan tatapan memohon jawaban.

"Gue nggapapa,"

"Bohong, kalo lo nggapapa ngga mungkin lo diem terus kayak gini." jawabnya dengan nada yang meninggi.

"Apa masalahnya buat lo? Justru gue ga ganggu lo kan?! Lo malah bisa fokus belajar daripada ngobrol sama gue". Aku menolehkan wajahku ke papan tulis mencoba fokus, mengabaikan Niar lagi.

📝

"

Kamu jadi mau ikut pertandingan ssya?" tanya Diraya. "Iya," jawabku.

"Ma'annajah, hamaasah" ujarnya sambil tersenyum dan mengangkat tangannya yang terkepal.

"Thanks," balasku juga sambil tersenyum.

Tahukan kalo liat orang senyum kita bakal ikutan senyum. Bener ga?!

"Jangan lupa dibaca bukunya tadi, bukan buat pajangan aja." sahut Khanif. "Hem,"

Entah kapan baikan padahal perang belum dimulai aku dan Khanif terasa lebih dekat sekarang. Walaupun dia tetap nyebelin, tapi sebenernya dia baik.

"Yaudah gue duluan ya, mau nyari Kak Mia. Tadi pagi belum ketemu, Assalamu'alaikum" ucapku sambil berdiri dari dudukku.

"Wa'alaikumussalam," jawab keduanya.

Aku menyusuri jalan tadi pagi menuju basecamp karate, semoga Kak Mia ada.

Tepat Kak Mia sedang di berdiri di depan pintu. "Kak," aku memanggilnya.

❤️
———————

Hai, Assalamu'alaikum..
Aku kembali 🙈
Maaf baru bisa update lagi, karena --- kalian tahulah pasti😁
Pada kangen ga?
Stay tune¡

AUTOBIOGRAPHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang